Rabu, 10 Februari 2010

Khayalanku

Aku sekarang berada di rumah. Di minggu pagi ini, huah, sangat membosankan.aku sedangberfikir apa yang harus aku lakukan di pagi ini.
“ Marsya….Marsya”, panggil mama ku.aku langsung menyahut, “ apa ma? “
“ cepat ke bawah, saran sudah siap “, teriak mama ku dari lantai bawah

Aku langsung keluar dari kamarku yang berada di lantai atas. Aku langsung turun dengan cepat dari tangga. Saat aku sudah berada di ruang makan, aku melihat di meja makan sudah ada nasi goring. Hmmm, kelihatannya lezat.
“ ayo, cepat makan, masih hangat”, kata mamaku tersenyum. Aku langsung makan dengan lahap. Masakan mama memang yang paling enak.

Dan, di saat itu juga, aku mendapakan ide.
“ma, boleh gak aku jalan-jalan?”, tanyaku kepada mama.
“mau kemana? Sama siapa?”
“yaa… sama teman. Boleh kan ma?”
“siapa teman mu?”
“ ya…, ada deh ma. Nanti aku kenalin sama mama”, kata ku sambil menyilangkan sendok dan garpuku.
“ udah ya, aku mau siap-siap dulu”, kata ku
“ ya udah, tapi….” Kata-kata mamaku terputus karena aku sudah meninggalkannya.


Aku sekarang sudah berada di taman kota, sedang berjalan di bawah sinar matahari yang belum terlalu panas. Wah, rasanya hangat.

Aku melihat ada bangku di dekat taman. Sambil menggendong tas kecil ku,aku langsung menghampiri bangku itu. Aku duduk di bangku itu. Agar lebih santai, aku langsung mengeluarkan I-Pod ku yang ada di tas. Aku menyetel lagu RAN yang Thank’s God is Friday. Yah.., walaupun hari ini bukan hari jumat, tapi buatku lagu ini paling enak untuk di dengar. Lalu aku berfikir sebentar dan langsung tenggelam le alunan lagu ini.

Saat beberapa menit kemudian, aku merasa ada yang berbicara, tapi aku diamkan. Paling itu cumin perasaan ku saja. Tetapi, sesaat ada yang mencolekku. Aku langsung menoleh kearah orang yang mencolekku.
Saat ku lihat, di depanku sekarang sudah ada seorang laki-laki yang kelihatannya sudah mahasiswa. Dan ku lihat wajahnya, hmmm, manis juga. Saat ku sadar, bahwa laki-laki itu berbicara kepadaku.aku langsung melepaskan handset dari telingaku.
“boleh saya duduk di sini?”, Tanya laki-laki itu dengan sopan
“ boleh kok. Ini kan tempat umum”, kataku dengan santai.

Lalu, laki-laki itu duduk disampingku.dia lalu mengajakku ngobrol.
“ nama kamu siapa?”, Tanya laki-laki itu.
“ namaku Marsya, kalau kamu?”, Tanya ku kepada nya.
“ nama ku Dinar, kamu masih sekolah ya?
“ iya, masih kelas X SMA”, jawabku. “ kalau kamu?”
“ kalau aku sudah kuliah semester 4”, jawabnya
“ oh ya, jurusan apa?”
“ kedokteran “
“ohh…”, dari situ aku tahu, kalau laki-laki yang bernama Dinar ini sangat pintar, eh, jangan pintar deh, cerdas.
“mendingan kita jalan-jalan. Yuk”, ajak Dinar kepada ku. Aku senang. Baru pertama kali aku di ajak jalan-jalan sama cowok.

Kami jalan-jalan di sekitar taman. Lalu kami melihat ada pertunjukan drama. Kami langsung berjalan kearah pertunjukan itu.

Pertunjukan nya hanya di lengkapi dengan alat-alat yamg di buat dari kardus dan gabus. Baju pemainnya terbuat dari plastic yang sudah di desain sebagus mungkin. Panggungnya hanya dari karpet yang mengalasi lantai taman.
“ aku bingung, bagaimana cara membuat naska drama yang bagus, dan menyentuh ke hati para penonton?”, Tanya Dinar kepada ku.
“ entahlah, tapi menurutku, mereka yang membuat naskahnya harus menjadi tokohnya” jawabku.
“ maksudnya?”
“ yah…, mereka harus bisa berimajinasi untuk bisa mengetahui karakter tokoh. Kalau bisa mereka harus bisa masuk kedalam cerita itu, agar bisa menulis bagaimana suasana dan berbagai macam lain nya”,kata ku panjang lebar.
Dinar tersenyumkepada ku.
“ kok kamu bisa tahu?”
“ aku sering berkhayal yang aneh-aneh. Kupikir, kalau di bikin cerpen, mungkin bagus”, kata ku sambil tersenyum.
“ oooo.. ya udah yuk, jalan lagi”, ajak nya.



Tidak terasa, sudah siang. Kami pun menyudahi acara jalan-jalannya. Dinar ingin mengantarkan aku pulang. Aku merasa senang kalau dianterin pulang. Asal tidak kerepotan.
“ Marsya,besok, gimana kalau kita jalan-jalan lagi?”, Tanya Dinar kepada ku.
“ besokkan aku sekolah”, jawabku
“ bagaimana kalau sepulang sekolah?”
Aku masih berfikir, mau gak ya?
“ aku fakir-fikir dulu deh”

Tak berapa lama, kami sudah berada di depan rumah ku. Sesaat, ku lihat Dinar ingin membicarakan sesuatu.
“ Marsya…”, panggilnya kepada ku
“ yah, kenapa?”,
“ aku seneng banget. Hari ini aku bisa jalan sama kamu. Aku bisa kenal sama kamu. Kamu mau tahu, kamu adalah perempuan pertama yang buat aku tertarik”
“ oh ya, ah.. kamu bisa aja”
“ jadi kamu mau kan jalan lagi besok?”

Aku langsung terdiam. Tapi aku sudah tegaskan.
“ sorry, tapi aku gak bisa”
“ kenapa?kok gak bisa”, Tanyanya sedikit kecewa
“ pokok nya gak bisa “, kata ku sambil ingin masuk ke rumah. Tetapi Dinar mencegah.
“ aku mau tau penjelasan kamu”
Aku langsung berdiri di depannya
“ karena kamu besok sudah tidak ada “
Dinar langsung terdiam
“ kamu besok sudah tidak ada, kamu akan menghilang, kamu cumin ada di……”, kata-kata ku terputus, karena mama keluar dari rumah.
“ Marsya, kamu ngomong sama siapa?”, kata mama bingung.
“ aku lagi gak ngomong sama siapa-siapa kok”, jawabku.
Lalu aku melihat kedepanku lagi. Dinar sudah tidak ada di hadapanku. Dia sudah tidak ada di pikiranku lagi. Di khayalanku.

Yah, memang benar. Semua yang aku lakukan tadi pagi sampai sekarang, hanya sendiri. Tidak ada yang menemaniku. Hanya Dinar, orang yang ku khayal yang menemaniku. Dinar hanyalah lelaki khayalan yang aku buat, agar bisa menghiburku, menemaniku, di saat aku kesepian.
“penyakit kamu kambuh ya?”,kata mama ku. Kelihatannya dia khawatir sekali.
“ mama!,apaan sih. Aku tuh gak punya penyakit”, bantah ku

Karena khayalankuyang terlalu tinggi ini,banyak orang yang menganggap ku gila.di sekolah, tidak ada orang yang mau berteman dengan ku. Mama sangat khawatir dengan keadaanku yang seperti ini. Malah, waktu itu pernahdi bawa ke psikiater untuk di periksa.

“oh ,ya udah. Ayo masuk, mama sudah siapakan makan siang buat kamu”, kata mama sambil merangkul pundak ku.

Kejadian hari ini, aku akan melupakan kejadian di hari ini. Aku juga akan melupakan Dinar yang telah berbaik hati menemaniku hari ini.


THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar