Senin, 29 Agustus 2011

Gema Suaramu...

Anya yang sudah membereskan seluruh peralatan sekolahnya untuk besok, mulai dari seragamnya hingga mata pelajaran untuk besok, sudah siap. Dia hanya tinggal pergi ke tempat tidur dan menyelimuti dirinya agar tidur terlelap, tetapi dia memiliki kebiasaan sebelum tidur, apalagi sekarang adalah hari minggu.

Dia lalu menyalakan radionya yang berada di samping tempat tidurnya, dia mengatur frekuensi radio favoritnya.

“selamat malam muda mudi Jakarta. Kembali lagi bersama gue, Morgan yang bersuara sekseh ini di acara “Mellow”, Melodi Malam Selalu Rowmantis.”, terdengar suara dari dalam radio itu.

Anya selalu senang mendengar suara Morgan yang memang benar, sangat seksi, walaupun dia tidak tahu Morgan itu yang mana, tetapi setidaknya dari suara Morgan adalah sosok yang sangat diidamankan oleh semua wanita.

Anya langsung mengambil HP nya dan langsung mengetik beberapa kata untuk merequest lagu yang dia ingin putar untuk malam ini.

Hai Morgan yang makin hari suaranya makin sekseh, hehehe. Gimana kabarnya malam ini?? udah makan malam belum?? Gue hari ini pengin ngerequest lagunya Ivan Handojo yang terlalu lama dong, buat gue aja yang lagi menyendiri di kamar dan buat lo juga deh buat nemenin lo siaran. Hahaha ok puterin ya gan.

Anya menunggu SMSnya dibaca oleh si penyiar, dan betapa senangnya dia karena SMSnya malah yang paling dibaca oleh Morgan.

“ok ternyata sudah banyak SMS yang masuk, dan bahkan banyak banget ya. Ok gue baca dulu yang pertama dari…..”, kata Morgan yang berhenti sebentar.

“Anya yang bersekolah di SMA Bunga Jaya, wau deket dari MM radio ya. ‘Hai Morgan yang makin hari suaranya makin sekseh’, hehehe tahu aja suara gue makin seksi”

Anya tertawa mendengar kePDan sang penyiar.

“katanya ‘gimana kabarnya malam ini? udah makan malam belum?’ Tentu aja Anya pasti udah makan kok. ‘gue hari ini pengin ngerequest lagunya Ivan Handojo yang terlalu lama dong, buat gue aja yang lagi menyendiri di kamar dan buat lo juga deh buat nemenin lo siaran, ok diputerin ya gan’, ok Anya gue puterin lagu ini khusu buat lo khusus yang pertama, karena kebetulan gue juga pengin lagu ini, ok ini dia untuk Anya yang selalu stay tune dengerin gue, Terlalu Lama dari Ivan Handojo”

Anya langsung membanting badannya ke kasur sambil mendengarkan alunan lagu yang dia request, dan sambil diiringi lagu tersebut, Anya pun tertidur dengan lelap.

**********

Mario Giovanni, yang sedang duduk-duduk sambil menunggu jeda siarannya selesai, melihat-lihat SMS yang sudah masuk dari tadi, seperti biasa memang SMS nya selalu beratus-ratus dalam semenit! Mario tidak tahu apa yang membuat dirinya menjadi terkenal? Masa hanya dari suaranya?

Ada beberapa pendengar yang membuatnya senang, bukan karena dari pujian mereka yang selalu bilang suaranya seksi, tetapi dari kesetiaan mereka yang selalu mendengarkan dirinya siaran, termaksud dengan Anya, gadis SMA yang selalu menjadi yang pertama dalam line SMSnya.

Sayang, peraturan di MM Radio tidak boleh memberitahu indentitas diri yang sebenarnya, termaksud Twitter dan Facebooknya. Morgan, itulah nama samaran Mario. Tidak tahu kenapa saat ditanya bosnya apa nama samaran dirinya, yang hanya terlintas adalah nama itu, mungkin nama itu seperti plesetan dari nama Mario Giovanni.

Kalau saja tidak ada peraturan seperti itu, dia ingin berkenalan dengan Anya ini, memberitahu Twitter, Facebook, bahkan no HPnya. Sebenarnya bisa saja berkenalan dengan Anya, tetapi tidak boleh memberitahu kalau Mario adalah Morgan, tetapi kalau ditanya Anya darimana Mario tahu tentang dirinya, harus jawab gimana?

Tanpa terasa jeda siaran sudah selesai, Mario langsung mengambil earphonenya dan menyapa para pendengar setianya, termaksud Anya sendiri.

********

Keesokan harinya, Anya yang sudah memakai seragam sekolahnya yang bisa dibilang, unik dari pada sekolah lain, siap untuk berangkat sekolah. Sebelum berangkat sekolah, dia mendatangi mamanya yang sedang menyiapkan sarapan pagi bersama mbok Ulip, mbok yang sudah setengah baya dan sedikit gembul, tetapi masih enerjik.

“ma, bekel aku mana??”, kata Anya kepada mamanya.

“nih bekel kamu lagi disiapin, mending kamu sarapan dulu sana sama papa kamu dimeja makan”, kata mama nya yang masih berkutat dengan nasi goring di wajan.

“ya sudah”, Anya langsung pergi berlalu meninggalkan mamanya.

Papa yang sedang membaca Koran hariannya melihat anak gadisnya yang tidak seperti biasa.

“Anya, tumben lebih rapi pakaiannya. Ada acara?”, tanya papa kepada Anya.

“tidak tuh, emangnya lebih rapi ya?”

“ya begitulah. Setiap hari seperti ini lah”, kata papa yang diakhiri dengan tawaan yang khas seorang ayah.

Tidak lama Anya sarapan dengan roti yang diselai dengan coklat, bekal yang sudah disiapkan oleh mama untuk Anya juga sudah siap.

“nih bekal kamu. Kamu hati-hati ya di sekolah, belajar yang bener”, pesan mama ke pada Anya.

“iya mama ku yang tetep cantik”, kata Anya yang langsung mencium punggung tangan mamanya.

“pa aku berangkat dulu ya”

Setelah mencium punggung tangan papanya, Anya langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan berjalan di jalan setapak menuju sekolahnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

**********

Mario yang masih tertidur di sofa ruang tunggu di ganggu oleh Brenda, sekretaris MM Radio dan penyiar yang memiliki nama samaran Baby.

“Mario, masih molor aja, lo tidur jam berapa sih”, kata Brenda saat membangunkan Mario. Mario yang kaget dibangunkan langsung terjatuh dari sofa, Branda tertawa melihat perilaku Mario.

“elah lo Bren, masih ngantuk gila nih gue. Gue siaran selesai jam 12 juga”

“hahaha, iya sih. Eh hari ini anak-anak pada ke SMA Bunga Jaya buat promosiin acara Modeling School 2011, mau ikut gak?”

Mario awalnya tidak ingin ikut, tetapi mendengar sekolah yang di datangi SMA Bunga Jaya, matanya langsung melek.

“eh, jam berapa ke sana?”, kata Mario yang langsung berdiri tegak.

“jam 10an, saat istirahat pertama. Sekolah itu akan pulang lebih cepat”

“oh ok gue akan siap-siap dulu”, Mario pergi meninggalkan Brenda ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***********

Cherris, gadis cantik yang berjalan sangat mantap di koridor sekolah seperti magnet yang menarik kawat. Penampilannya membuat semua laki-laki yang ada disekolah melihatnya, terkecuali guru tentunya. Mana mungkin guru melirik gadis remaja?

Cherris yang sedang berjalan menuju taman sambil membawa buku-buku di tangannya. Dia mencari Anya, sahabatnya yang selalu menyendiri jika sedang memiliki bacaan baru, dia tahu itu, karena setahunya Anya baru saja membeli novel baru yang katanya sangat menarik untuk remaja putri. Setelah menemukan Anya, Cherris langsung berlari menghampiri Anya dan mengagetkannya.

“Anyaaaaa, gue ada kabar baik dong buat lo”, kata Cherris sambil kegirangan.

“kabar baik apaan?? Lo dateng-dateng ngagetin gue aja sih”, kata Anya ngedumel.

“hehehe sorry, habis kabar ini pasti membuat lo seneng deh”

“iya kabar apaan??”

Cherris merapikan roknya yang sedaritadi sedikit berantakan saat datang mengagetkan Anya.

“nanti kita pulang cepet”

“hah itu doang?”, kata Anya semakin bingung

“bukan itu doang, nanti ada crew dari MM Radio dateng ke sini, buat promosiin acara Modeling School 2011”

Mendengar nama MM Radio, Anya mulai mendengar serius pembicaraan Cherris.

“iya? Ada acara itu?? yang promosiin MM Radio?”

“iya nyaa, gue tahu kalau lo pasti suka banget kan dengerin MM Radio, nah ada lagi kabar terserunya”

“apaan lagi?”

“lo dan gue, sebagai perwakilan dari Jurnalistik, bakal ngewawancarai salah satu crew dari MM Radio?”

“hah?! Yang bener Cher?”, Anya langsung terlonjak kaget mendengar kabar yang lebih mengejutkan lagi dari Cherris.

“iya beneran. Tadi gue disuruh sama Bu Nawasi.

Ekspresi Anya sekarang sudah senyam senyum tak karuan. Dia tiba-tiba memeluk Cherris.

“Ya Tuhan mimpi apa gue semalem kenapa tiba-tiba dapet rejeki nomplok sih?”

“hahaha, bagus kan kabar gue. Untung aja pakaian lo lagi rapi nya, biasanya kan lo simpel-simpel aja gak pake dandanan, tumben sekarang pake bedak. Hahaha”

“gak tahu deh gue tumben tadi pagi sadar akan kesisian feminism gue. Eh kapan tuh crew nya pada dateng?”

“katanya jam istirahat pertama”

“berarti sekarang dong?”

“eh iya ya sekarang jam istirahat pertama ya, tapi dari tadi gue gak lihat spanduk-spanduk gitu, mungkin nanti kali ya”

“ya sudah, sekarang kita siap-siap aja dulu”, kata Anya kepada Cherris

Anya dan Cherris langsung beranjak dari tempat duduk taman dan pergi meninggalkan tempat itu. Selama di perjalanan menuju kelas, Cherris berdiskusi dengan Anya.

“By the way, nanti tema wawancara kita apaan?”, tanya Cherris kepada Anya

“lah tadi di suruh Bu Nawasi apaan?”, Anya berbalik nanya kepada Cherris

“katanya sih cuman radionya aja. Gak ada sangkut pautnya dengan acara promosi itu”

“oh ya sudah kita paling nanya radio itu sejarahnya gimana, crewnya gimana, apalagi yang paling gue penasaran, kenapa indentitas penyiarnya harus dirahasiain”

“oh iya, trus kenapa nama penyiarnya unik-unik, hahaha”

“iya tuh, bisa dicurigain itu kan nama samaran, bukan nama asli penyiarnya”

Setibanya di kelas, Anya dan Cherris menghampiri meja belajar mereka yang kebetulan duduk bersama. Anya mengambil note kecilnya dan Cherris mengambil perekam suara dari dalam tasnya. Beberapa detik kemudian, mereka pergi meninggalkan kelasnya menuju ruang Jurnalistik.

************

Di kantor MM Radio, semua crew sudah bersiap dengan perlengkapan untuk dibawa ke SMA Bunga Jaya. Mario yang berada di pojokan dapur sampil meminum capucinno yang baru saja dia seduh.

“eh Mario, nanti lo ke BeJs (baca: BiJis) naik motor sendiri ya, soalnya mobil udah penuh sama ladies-ladies”, kata Toni, manajer MM Radio.

“oohh ya sudah gampang lah. Eh nanti gue disana ngapain?”

“paling bantu-bantu aja. Trus kan tampang lo masih klimis tuh dan jiwa lo masih anak muda banget, lo nanti ladenin anak-anak aja yang nanti pengin ikutan audisi Modeling School”

“hahaha jiwa muda apaan usia gue udah 20 tahun cuy”

“setidaknya yang paling muda di kantor tuh elu, lagipula kan baru 2 tahun yang lalu lo lulus SMA, hahaha”

“haha ya sudah gue berangkat duluan ya buat ketemu sama kesiswaan sana. Nanti lo habis ini langsung berangkat ya, biar gue ada temennya disana”

“ok deh bos”, kata Mario sambil mempperlihatkan senyum manisnya

Toni lalu meninggalkan Mario sendiri di dapur. Setelah menikmati capucinno hangatnya sampai habis, Mario pergi menuju meja kerjanya untuk mengambil jaket. Setelah mengambil jaketnya, Mario pergi menuju tempat parkir. Di parkiran sudah ada mobil kantor yang siap untuk berangkat.

“eh ada gak nih yang nebeng gue?”, tawar Mario kepada kumpulan crew dekat mobil kantor.

“gak ada yo, udah pada muat di mobil”, kata salah satu crew.

“ya sudah, gue cabut duluan ya. Disuruh Toni nih buat duluan”

Beberapa menit kemudian, motor Mario sudah melaju di jalan. Jarak dari Bejs dengan MM Radio tidak terlalu jauh, jadi hanya menempu waktu 5 menit Mario sudah sampai di sekolah itu. Saat memasuki sekolah, ada satpam yang menghentikan motor Mario untuk masuk.

“dari mana mas?”, tanya Pak Satpam kepada Mario.

“dari MM Radio pak, ada acara hari ini di sekolah”, kata Mario sambil menunjukkan tanda pengenalnya.

“oh, ya sudah parkir buat crew nya disitu mas”, kata Pak Satpam sambil menunjukan tempat parkir yang sudah di siapkan khusus untuk crew.

“makasih ya pak”, Mario langsung melajukan motornya dengan pelan dan memarkirkan motornya di dekat motor Toni.

Setelah itu, Mario lalu memasuki lingkungan sekolah dan mencari-cari sesosok Toni, dan dia mendapatkan Toni di depan ruang guru sambil berbicara dengan salah satu guru. Mario tidak mungkin mengganggu percakapan Toni dengan guru itu, dan pada akhirnya daripada berdiam diri ditempat, Mario berkeliling sekolah agar tidak canggung di BeJs yang mempunyai arsitektur dan gedung sangat mewah.

Mario memperhatikan anak-anak yang berlalu lalang sambil membawa cemilan kecil mereka. Kalau dilihat-lihat, seragam sekolah ini sangat unik, seperti seragam sekolah Jepang, hanya saja yang tidak ada di seragam adalah pita besar bagi siswi. Lalu kalau lebih diperhatikan, murid-murid disini memiliki orang tua yang perekonomiannya sangat baik. Mereka tidak hanya menggenggam BB sebagai HPnya, tetapi ada beberapa yang memakai IPhone ataupun Android yang masih terbaru. Gaya fashion mereka juga seperti anak gaul jaman sekarang, yang cewek belah tengah, cowok bajunya rapi tetapi membuat mereka terlihat lebih ganteng.

Kondisi fisik juga sangat mendukung dalam penampilan mereka. Hebatnya, walaupun disini semua adalah anak-anak kaya, tetapi tidak ada kata Bullying disini, tidak seperti sekolah swasta kaya pada umumnya. Mungkin karena disini semua sama saja, sama-sama saling menghargai dan sama-sama saling membantu.

Mario masih mengelilingi sekolah, sampai pada akhirnya dia melihat ruangan yang sangat luas. Ruangan itu dinamai Ruang Jurnalistik, ruangan yang sangat besar untuk sebuah ekstrakulikuler yang membuat Majalah Sekolah itu. saat melihat kedalamnya, Mario melihat 2 siswi yang sedang berdiskusi. Mario tidak tahu apa yang mereka diskusikan, tetapi salah satu dari mereka melihat Mario dan tersenyum dengan ramah. Nilai plus terbaru dari Mario untuk sekolah ini, muridnya sangat ramah dan murah senyum.

Tiba-tiba Mario dikagetkan dengan tepukan bahu dari Toni. Mario melihat Toni bersama Bu guru yang kelihatannya masih muda.

“heh Mario sudah daritadi datang?”, tanya Toni kepada Mario.

“iya, tadi gue liat lo lagi ngobrol sama guru, jadi gue gak ganggu deh”, jawab Mario sesingkatnya.

“oh iya kenalin, ini Bu Nawasi, Pembina eskul Jurnal, nanti kita pakai kelas ini buat crew nya”

“oh ya? Ada 2 siswi didalamnya”, kata Mario kepada Bu Nawasi.

Bu Nawasi melihat kedalam dan mendapatkan 2 siswi bimbingannya sedang berdiskusi.

“Anya Cherris, sedang apa kalian disana?”, kata Bu Nawasi kepada 2 siswi itu.

Anya dan Cherris langsung saja beranjak dari tempat duduk dan menghampiri pembinanya itu.

“ini bu, lagi siapin pertanyaan buat wawancara sama crew MM Radio”, kata Anya dengan pelan.

“oh iya mas Toni, nanti dua siswi saya bakal mewawancarai salah satu crew anda tentang MM Radio, boleh kan mas?”, tanya Bu Nawasi kepada Toni

“oh bisa kok bu, kalau boleh tahu tentang apa?”

“tentang pekerjaan di MM Radio saja. Oh iya menurut mas, siapa crew yang pas buat di wawancara?”

Tanpa berpikir panjang, Toni dengan mudahnya berkata.

“Mario saja bu, kebetulan dia crew yang paling muda, pasti lebih nyambung ngomongnya”, kata Toni sambil menepuk bahu Mario. Awalnya Mario bengong tiba-tiba disuruh meladeni kedua siswi yang kebetulan sangat manis-manis, tetapi dia lalu menampilkan ekspresi pasrah saja.

“kalau begitu, nanti Anya dan Cherris saja yang membantu kalian dalam mempersiapkan perlengkapan kalian di ruangan ini”, kata Bu Nawasi dengan santainya.

“ya kali bu”, celetuk Cherris yang langsung dapat cubitan kecil dipinggang dari Anya.

“saya permisi dulu ya”, Bu Nawasi pergi meninggalkan Anya dan Cherris bersama Toni dan Mario.

Anya dengan ke’spontanan’nya langsung mengajak bicara Mario dan Toni.

“well, apa yang bisa kita berdua bantu buat mas-mas ini?”, tanya Anya kepada dua lelaki itu.

“sebentar lagi crew kami akan sampai, kalau bisa kalian dibantu sama Mario membereskan meja-meja ya, trus agak di lebarin didepannya buat audisi nanti”

“ya kali Ton gue terus yang dari tadi disuruh”, bisik Mario kepada Toni.

“ye kali-kali yo”, kata Toni yang langsung pergi untuk menghampiri crew-crewnya yang sudah berada di parkiran.

Mario menatap Anya dan Cherris, begitu juga Anya dan Cherris.

“hmm kita memulai dari mana?”, tanya Mario kepada kedua siswi itu.

“ya sudah, ayo kita bereskan meja-meja ini”, kata Cherris yang sangat antusias.

Mereka langsung menyusun meja-meja dan merapikan perlengkapan jurnal yang tidak diperlukan. Mario yang mengangkat-angkat meja dan Anya dan Cherris yang merapikan perlengkapan jurnal. Anya dan Cherris adalah senior sekaligus ketua dan wakil di eskul Jurnalistik, jadi merekalah yang lebih tahu akan isi ruang jurnal ini.

“kalian berdua kelas berapa?”, tanya Mario memulai percakapan diantara mereka bertiga.

“kita berdua kelas XII IPA 3, mas sendiri sekarang masih kuliah atau kerja aja?”, kata Anya kepada Mario

“aduh dek, jangan pake mas dong, usia saya masih 20 tahun nih”

“oohh ceritanya kita beda 3 tahun doang, hihihi”, kata Cherris yang sikap centilnya mulai keluar.

“oh iya kalian sudah kelas XII kok masih jalan eskulnya?”, tanya Mario

kan belum turun jabatan, jadi aku ketuanya, trus Cherris wakilnya. Ketua itu biasanya selalu jadi prioritas dalam wawancara sambil ditemani wakil yang siap nulis, tetapi kalau sistim kita beda, kadang aku yang mewawancara, tetapi bisa gentian sama Cherris, atau saat wawancara bisa juga ganti-gantian mewawancara”, kata Anya panjang lebar.

Lalu mereka diam sejenak, membereskan ruangan tanpa berbicara.

“oh iya kak Mario, nanti ada penyiar gak yang datang?”, kata Anya kepada Mario.

“gak ada pasti yang dateng, kalau pun ada pasti dirahasiain”, kata Mario dengan jujur.

“kok dirahasiain sih, kan gak seru kita jadi gak ketemu sama penyiar favorit kita”, kata Anya kemudian.

“emangnya kamu pendengar setia MM Radio?”

“ya begitulah, bahkan sering banget sebelum tidur aku dengerin MM Radio”

Tidak disadari di dalam ruangan hanya tinggal Anya dan Mario, Cherris sedang mengambil sapu untuk menyapu lantai ruang jurnal. Sudah ada beberapa crew yang datang sambil membawa spanduk promosi.

“ya sudah, aku udah selesai membantu beres-beres, jadi aku permisi dulu ya”, kata Anya kepada Mario.

“katanya pengin wawancara, kapan?”, tanya Mario kepada Anya.

“emangnya kakak gak sibuk ngurusin ini?, nanti saja kalau saat audisi, pasti kalau sudah ditengah acara yang daftar tinggal sedikit, hehe”

“ya paling hanya ngasih formulir saja. Ya sudah nanti datangin saya aja”, kata Mario sambil tersenyum.

Anya lalu meninggalkan Mario di ruang jurnal, setelah di luar ruangan, dia melihat Cherris yang membawa sapu.

“eh mau pergi kemana lo?, tunggu gue dong belum nyapu nih”, kata Cherris kepada Anya

“ah ya udah nanti aja nyapu nya”, kata Anya yang langsung menarik tangan Cherris dan pergi meninggalkan ruang jurnal.

Di dalam ruang jurnal, semua nya sudah siap, yang awalnya hanya sebuah kelas, sudah menjadi ruang audisi yang terlihat lebih lebar. Mario yang sekarang duduk di salah satu kursi sambil minum air mineral. Sesekali, dia memikirkan dua siswi tadi, Anya dan Cherris. Dia lebih memikirkan Anya, karena dia menjadi teringat dengan pendengar setianya yang bernama Anya.

“apa dia Anya yang sering dengerin gue siaran?, kan kebetulan banget dia sekolah di BeJs dan dia juga suka dengerin MM Radio. Ya Tuhan semoga dia, berharap banget”,guman Mario dalam hati.

Pertama kali melihat Anya, Mario seperti melihat gadis lugu yang jarang melakukan kenakalan remaja, tetapi tetap dalam standarisasi remaja ‘gaul-jaman-sekarang’, apalagi saat dia tersenyum kepadanya, maniiiis sekali, seperti manis alami bukan manis buatan. Lebih mengejutkan lagi, kalau ternyata gadis itu bernama Anya, itu membuat Mario makin menggebu-gebu untuk mendekati gadis itu.

***********

Anya yang sedari tadi duduk di depan ruang jurnal sedang duduk menunggu Cherris yang ngantri dalam pendaftaran Modeling School 2011. Cherris memang sangat suka menjadi model, walau masih dalam tingkat model amatir, tetapi dia sangat bersungguh-sungguh dalam menggapai cita-cita kecilnya itu. kenapa cita-cita kecil? karena cita-cita besarnya adalah dokter, sangat muliakan cita-citanya?

Anya masih menulis-nulis pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan untuk Mario, apalagi Mario masih muda dan lebih tua 3 tahun darinya, pasti bahasanya tidak terlalu berat. Disaat Anya masih sibuk dengan pekerjaan jurnalnya, dia dikagetkan dengan tepukan bahu oleh Mario.

“hei, masih sibuk?”, tanya Mario dengan ramah.

“tidak juga, aku hanya menunggu Cherris yang sedang mengantri dengan cewek-cewek lain”, jawab Anya yang langsung berhenti menulis.

Mario melihat sikap Anya yang langsung berhenti menulis, itu menandakan Anya ada seorang pendengar yang baik, dengan menghentikan semua aktifitasnya dan mendengar sang pembicara.

“oh iya boleh tanya sesuatu?”, tanya Mario kepada Anya

“apa itu?”, tanya balik Anya

“emangnya kamu suka dengerin MM Radio ya?”

“ya lumayan suka sampai menjadi ritual sebelum tidur”

“siaran yang paling kamu suka apa?”

“hmm acara yang tiap minggu malam, Mellow ya namanya. Sangat unik hihi”

Mata Mario semakin melebar karena perkataan Anya.

“oh, apa mungkin kamu ya yang sering diceritain Morgan”, kata Mario sedikit mengarang, karena tahu sendiri, Mario adalah Morgan.

“hah? Emang Morgan ngomong apaan kak?”, kata Anya yang sangat antusias setelah mendengar nama Morgan.

“wau, kelihatannya kamu suka dengan Morgan”

“ya kalau dilihat begitu, habis, sekali aku dengar suaranya, suara itu selalu terngiang-ngiang di kepala ku, well, jadinya seperti ketagihan buat dengerin dia”

Mendengar perkataan seperti itu, Mario hanya senyum-senyum mesem, karena suaranya sudah membuat kecanduan pendengarnya.

“kalau seandainya kamu bisa kenal sama Morgan, trus jadi deket, sampai pada akhirnya menjadi hubungan khusus gimana?”

“wau, aku belum bisa menjawab pertanyaan itu”, kata Anya dengan singkat.

“kenapa?”, tanya Mario yang semakin penasaran.

“soalnya yang selama ini aku dengar hanya lah suaranya, kita tidak tahu dia seperti apa, sifatnya seperti apa, kelakuaannya juga, karena itu aku sedikit kecewa kenapa kita gak boleh tahu indentitas penyiarnya, padahal pendengar ingin tahu lebih banyak tentang penyiar favoritnya kan?”

Mendengar perkataan itu, Mario menjadi terenyuh, segitukah para pendengar ingin mengenal para penyiar idaman mereka? Dan karena itu juga dirinya menjadi susah untuk dekat dengan Anya!

“well, itu kritikan yang bagus”, kata Mario dengan singkat.

“hmm sorry, bukannya ngejelekin, hanya memberi kritik”, kata Anya takut-takut ada salah kata.

“tidak kok tidak, hanya saja, peraturan itu membuat para penyiar tidak menjadi diri sendiri”

“benarkah?”, tanya Anya dengan penasarannya.

“ya, itu sih kata sebagian penyiar”, kata Mario dengan pelan.

Lalu mereka berdua terdiam. Mereka memiliki pemikiran masing-masing. Yang ada dipikiran Anya sekarang, apakah benar tidak ada penyiar yang datang? Atau ada beberapa penyiar yang datang lalu dirahasiakan.

“apakah Mario adalah salah satu penyiar yang dirahasiakan? Atau jangan-jangan dia Morgan”,guman Anya dalam hati.

kMario berpikir lain, dia memikirkan kritik Anya yang membuat dirinya sedikit down. Lalu ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri benak Mario.

“emang apa sih tujuan ada peraturan itu? kenapa dengan adanya peraturan itu gue jadi susah meraih apa yang gue mau?”, guman Mario dalam hati.

“Anya, kamu beneran suka ya sama Morgan?”, tanya Mario sekali lagi untuk memastikan.

“suka, tetapi hanya sekedar suaranya, bukan lebih”, kata Anya dengan pelan.

“kalau dia memberitahu indentitasnya sama kamu gimana?”

“ya sudah, lagi pula, kenapa dia ngasih tahu indentitasnya sama aku?, emang nya ada hal penting sampai harus melanggar peraturan kantor?”

Pertanyaan Anya membuat Mario sedikit gelagapan.

“nih anak, pemikirannya panjang banget sih, gak salah lah dia masuk jurusan IPA”

“mungkin memang ada salah satu hal penting yang mau disampaikan sama kamu”, kata Mario dengan sedikit terbata karena mencari alasan.

“seperti apa?”, kata Anya semakin bingung dengan arah pembicaraan Mario.

“hmmm entahlah. Mungkin dia sudah tahu kamu lebih dulu, dan mungkin dia suka sama kamu”

“tahu dari mana?? Dari Twitter? Facebook? Kalau Morgam suka sama aku karena dia hanya mengenalku lewat jejaring sosial lebih baik dia berpikir 2 kali untuk menyukaiku”

“kenapa memangnya?”

“karena orang yang suka hanya sebatas tahu lewat sumber-sumber tertentu, bukan dari orangnya langsung, pasti orang itu akan kecewa”

“kecewa kenapa?”, sekarang malah Mario yang semakin bingung dengan perkataan Anya.

“karena pasti dia tidak mengenalku lebih dalam, tidak tahu kejelekanku, tidak tahu apa saja yang terselubung di dalam aku, dan kalau saja yang tidak tahu itu adalah sesuatu yang dia tidak suka, aku takut dia akan kecewa, mengerti kan maksud ku?”, tanya Anya yang mulai melihat garis kebingungan di wajah Mario.

“oohh ngerti kok. Kok kamu sebagai gadis SMA pemikirannya canggih banget sih?”, tanya Mario yang takjub dengan perkataan Anya.

“canggih gimana? Dikira elektronik masa kini canggih-canggih, hahaha”, kata Anya yang tertawa dengan pertanyaan Mario.

“iya beneran canggih banget, atau karena elektronik masa kini kali ya, anak jaman sekarang jadi berpikir dengan panjang, hahaha”, kata Mario yang ikutan tertawa.

Obrolan hangat Anya dengan Mario terputus karena Cherris sudah datang menghampiri mereka. Sudah ada nomor dada yang dilebel di dadanya. Tertulis nomor 75 di lebel tersebut.

“kayaknya gue masih lama deh soalnya didalam masih nomor 20”, kata Cherris kepada Anya dan Mario. Kelihatannya Cherris tidak canggung berkata gue lo kepada Mario karena tahu kalau jarak usia mereka hanya 3 tahun.

“ya sudah gimana kalau kita mulai saja wawancaranya, mumpung aku lagi tidak sibuk?”, tawar Mario kepada Anya dan Cherris.

“ok deh, kita wawancara dimana?”, tanya Anya.

“mending didalam saja, lebih adem. Hehe”, kata Mario kepada Anya.

Mereka lalu beranjak dari tempat itu dan pergi ke dalam ruang jurnal.

************

Dua minggu sudah terlewati dari acara promosi yang dibawakan MM Radio. Semakin hari kegiatan Anya mulai sibuk dengan kesibukan anak kelas XII yang mulai menghadapi try out, persiapan UN, UTS, dan UAS. Karena kesibukan itulah, Anya jadi jarang mendengarkan MM Radio, apalagi setiap hari minggu di acara kesukaanya itu. Apalagi kalau bukan Mellow yang dibawakan Morgan si penyiar bersuara seksi itu.

Tepat di hari minggu ini, Anya yang sedang tiduran di tempat tidur empuknya karena kecapekan dengan tugas-tugas barunya itu. Ingin rasanya dia tidur, tetapi ada suatu niat yang membuatnya menyalakan radionya terlebih dahulu. Tedengarlah suara seksi Morgan dari dalam radio itu.

“Malam muda mudi Jakarta yang masih ngalong jam 9 malam ini, gue Morgan datang lagi untuk nemenin kalian di malam yang sunyi ini di acara ‘Mellow’ Melodi Malam Selalu Rowmantis. Ok gue tunggu SMS kalian di nomor 085723678954 dan nanti ada berita terhangat dari MM Radio so jangan matiin radionya, tetap stay tune di Mellow”, setelah pengantar pembuka Morgan tadi terdengar lagu yang mengawali jeda siaran, Lady Antebellum yang Just a Kiss.

Mengingat MM Radio, dia malah jadi kepikiran Mario, cowok yang sudah mau menyediakan waktu untuk diwawancarai oleh Anya dan Cherris. Selama dua minggu ini, hanya Mario yang mengganggu pikirannya dalam belajar. Apalagi suara Mario, masih tetap terngiang di otaknya. Ada apa ini? apa dia menyukai Mario?

“ok kembali lagi sama gue Morgan di Mellow, Melodi Malam Selalu Rowmantis. Ok sudah ada beberapa SMS yang masuk di line SMS gue, dan gue hari ini kecewa banget”, kata Morgan di kejauhan sana. Anya masih mendengarkan dengan seksama.

“gue berasa kayak kehilangan salah satu pendengar setia gue nih, udah dua minggu ini dia gak SMS ke line SMS gue, biasanya dia selalu menjadi yang pertama gue bacain, jangan sirik ya para pendengar setia ku hehehe”

Anya tersenyum sendiri dengan kePDan Morgan yang mulai menjadi.

“namanya Anya, anak BeJs, tahu kan BeJs, SMA Bunga Jaya yang deket MM radio. Dia itu menurut gue, kayaknya bukan pendengar biasa. Dia selalu SMS gue semenjak 3 tahun yang lalu! Trus, dia itu kalau SMS punya ciri khas.

Anya terkejut dengan pendengar yang dimaksud Morgan.

“hah? Gue? Gak salah tuh”, Anya jadi teringat dengan Mario yang katanya Morgan suka kepada dirinya. Apakah itu benar?

“ok, cuman gitu aja sih curhat gue, oh iya gue mau ngasih tahu kalau ada peraturan baru di MM Radio, peraturan yang katanya kita para penyiar tidak boleh memberikan indentitas pribadi kepada pendenger muda-mudi, sekarang udah dihapus.. pus.. pus…”

Anya lebih terkejut lagi dengan peraturan konyol itu yang sudah dihapus mulai dari sekarang. Apa Mario sudah menyampaikan kritikannya kepada Bosnya?

A “jadi kalian yang mau tahu si Morgan ini, bisa tanya Facebook dan Twitternya, tetapi tetep, no HP mah pribadi gak boleh sembarang orang, hehehe”

Anya lalu mengambil HPnya dan mulai mengetik kalimat-kalimat yang akan dikirimnya ke line SMS Morgan.

Hi Morgan, gimana kabar lo?? Udah makan belum?? Hehehe udah dua minggu gue gak dengerin

lo siaran aja membuat gue gimanaa gitu, gue lagi sibuk sama kegiatan gue disekolah, maklum lah kan anak kelas XII hehehe. Trus hari ini gue dengerin lo lagi, padahal awalnya gue mau langsung tidur nih karena capek ngerjain tugas kimia yang sebenarnya gue masih rada gak ngerti, tapi entah kenapa ada aja dorongan buat nyalain radio, ya sudah gue nyalain deh radio gue.

Gue sangat kaget karena ternyata lo kangen sama gue! Hahahah gue sekarang jadi senyum-senyum sendiri nih gara-gara lo. Lo harus tanggung jawab kalau gue tiba-tiba dikira gila sama nyokap gue.

Yang lebih gue kaget, jadi peraturan konyol itu udah dihapus?? Wah senangnya, jadi gue bisa kenal lo lebih jauhkan? Gue penasaran lo orangnya kayak gimana, jadi gakusah lama-lama, lo obral deh tuh Facebook sama Twitter lo. Ok ok hihihi ^^V

Anya langsung mengirim SMS yang lumayan panjang itu ke line SMS Morgan. Anya lalu menunggu kapan SMS nya dibaca, tetapi sampai jam 23:30 pun, belum di baca SMSnya. Mata Anya sudah mulai menurun daya kapasitasnya, mungkin sudah 3 watt, tetapi dia tetap semangat mendengar sang penyiar itu.

“ok udah jam setengah 12 malam nih, tinggal setengah jam lagi gue siaran. Tetapi ada satu SMS yang daritadi gue tahan buat penutup siaran gue kali ini, dan SMS ini sangat spesial”, Anya masih tetap mendengarkan suara Morgan.

“akhirnya, gue dapet SMS dari Anya, yeah. Ok gue bacain ya sekarang. ‘Hi Morgan, gimana kabar lo? Udah makan belum?’ Alhamdulillah gue udah makan kok Anya. ‘Gue udah seminggu gak dengerin lo siaran, itu membuat gue gimana gitu, gue lagi sibuk sama kegiatan gue disekolah, maklum lah kan anak kelas XII. Trus hari ini gue dengerin lo lagi,padahal awalnya gue langsung mau langsung tidur nih karena capek ngerjain tugas kimia yang sebenarnya masih rada gak ngerti, tetapi entah kenapa ada aja dorongan buat nyalain radio, ya sudah gue nyalain radio deh’ ini lumayan panjang ya SMSnya”, kata Morgan yang berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.

“’gue sangat kaget karena ternyata lo kangen sama gue! Gue sekarang jadi senyum-senyum sendiri nih gara-gara lo.lo harus tanggung jawab kalau gue tiba-tiba dikira gila sama nyokap gue. Yang lebih gue kaget, jadi peraturan konyol itu udah dihapus? Wah senangnya jadi gue bisa kenal lo lebih jauhkan?’ oh tentu nya lo bisa kenal gue lebih jauh, bakal gue mau deket banget sama lo.’gue penasaran lo orangnya kayak gimana, jadi gak usak lama-lama, lo obral deh tuh Facebook sama Twitter lo, ok ok’ ok deh nya, tetapi gue sekarang pengin jujur sama lo sekarang”

Anya semakin penasaran saat Morgan berkata ingin jujur sama dia.

“hmm sebenarnya gue udah pernah deket kok sama lo, lo masih inget gak saat crew MM Radio ke BeJs, lo sama temen lo yang bantuin gue buat beresin ruang jurnal untuk tempat audisi”

Anya semakin penasaran dengan perkataan Morgan. Dia lalu berpikir sebentar.

“yang bantuin dia beresin ruang jurnal buat jadi tempat audisi, waktu itu gue bantuin kak Mario sama mas Toni, tapi yang jadi Morgan yang mana?”

“lo yang ngewawancarain gue. Udah tahu kan gue yang mana? Hehehehe”, suara Morgan semakin merendah seperti bercerita dengan bisik-bisik. Anya yang tadinya sudah mulai mengantuk, seketika itu juga dia langsung melek lagi.

“jadi, Morgan itu….”, Anya masih tercengang dengan perkataan dari suara radio itu.

***********

Mario yang masih menganggurkan microphonenya, terdiam sejenak.

“ok deh, udah jam 12 malam nih, lumayan kan dapat cerita curhatan dari penyiarnya langsung, hehehe gue tutup acara ini lagu terakhir gue. Ivan Handojo yang Pada Waktunya, buat Anya, nya, aku sayang sama kamu”

Siaran Mario selesai dengan alunan lagu yang dia putar. Sekarang semua beban yang terpikirkan oleh dirinya sudah pol dikeluarkan. Hanya karena dia menyampaikan kritikan Anya kepada Toni, Toni langsung mendukung reformasi yang diajukan oleh Mario dan Toni langsung menyampaikan pendapat Mario ke Bosnya. Tidak disangkah kalau pendapat Mario bisa dicerna oleh bosnya dan sekarang peraturan itu telah dihapus di kantor MM Radio.

“udah selesai mas Mario dengan pernyataan cinta dadakannya?”, kepala Brenda muncul dari balik pintu studio.

“eh Brenda, hehe ya begitulah”, Mario sekarang hanya duduk di kursi studio sambil menikmati lagu yang sedang diputar.

“menurut lo dia bakal nelpon lo?”, tanya Brenda kepada Mario

“gue harap dia bakal telpon gue, dia kan udah megang nomor HP gue”

“kenapa gak lo duluan yang nelpon?”

“nah itu dia bodohnya gue, gue lupa minta nomor HP dia”

Brenda lalu menghela nafas mendengar perkataan Mario tadi. Mario juga ikutan menghela nafas dengan kepasrahannya.

“gimana kalau dia lupa kalau dia punya nomor lo?”, tanya Brenda kepada Mario

“haduh sedih banget gue dilupain. Tapi bisa juga sih”, kata Mario yang sekarang mirip anjing yang memelas.

Mereka berdua lalu terdiam, memikirkan pikiran mereka masing-masing.

“ya sudah, gue pulang duluan ya, lo seperti biasa kan nginep disini?”, kata Brenda sambil berdiri dari sofa studio.

“ya gitu deh. Udah kayak tempat tinggal sendiri nih kantor, haha”

“ya sudah, hati-hati ada sutiyem nemenin lu”

“eh udah napa”, kata Mario yang langsung melempar bantal kursi studio ke Brenda. Sialnya tidak mengenai Brenda, tetapi mengenai pintu yang sudah keburu ditutup oleh Brenda.

Yang belum tahu, Sutiyem adalah ‘penunggu’ kantor. Katanya sih, OB yang nginep di lantai paling atas, sering melihat dia suka nyanyi di atap gedung. Awalnya Mario tidak percaya dengan cerita itu, tetapi dengan cerita yang makin hari makin serem, dia makin tidak ingin percaya, bahkan dipaksa tidak ingin percaya.

Mario lalu beranjak menuju sofa studio dan tiduran disana. Jam sudah menunjukkan pulu 00:20, tidak ada tanda-tanda bunyi telepon dari Anya. Mario mulai menyerah, setidaknya dia sudah berusaha untuk menyatakan perasaan sebenarnya kepada Anya. Beberapa menit kemudian rasa ngantuk sudah menyelimuti tubuh Mario, dan akhirnya dia tertidur pulas.

************

“jadi itu ya yang namanya Anya kelas XII IPA 3?”

“iya yang itu. sumpah dia tadi malem beruntung banget ditembak sama Morgan tadi malem”

“hah yang bener sumpah. Gue juga pengin”

“eh jadi Anya itu anak siapa??”

Beberapa pertanyaan bisik telah Anya dengar setelah sampai disekolah, dari hari pagi sampai jam istirahat makan siang. Cherris yang menemaninya daritadi pagi malah memasang tampang prihatin sama Anya.

“kok tampang lo gak enak sih?”, tanya Anya kepada Cherris.

“gue kasihan sama lo”, kata Cherris dengan singkat.

“kasihan kenapa?”

“habis lo jadi bahan omongan satu sekolahan”

“hahaha biasa aja kali”

Lalu mereka didatangi oleh Rifa, adek kelas yang juga termaksud dalam anggota jurnalistik.

“eh kak Anya kak Cherris, nih majalah sekolahnya udah dicetak, mau secepatnya di terbitkan, cuman kata Rere minta izin sama kalian berdua dulu”, kata Rifa kepada mereka berdua.

“coba sini liat cetakan nya dulu, ini cetakan keberapa?”, tanya Cherris kepada Rifa

“cetakan pertama kak”

Cherris melihat dari lembar perlembar, lalu berhenti di rubik Wawancara.

“eh nya,liat deh”, kata Cherris kepada Anya. Di rubik Wawancara terlihat foto Mario bersama dengan Anya dan Cherris. Isinya tentu adalah wawancara saat MM Radio datang kesekolah dalam rangka promosi Modeling School 2011. Melihat foto itu, Anya menjadi Kangen dengan Mario.

“heh nya, lo lama banget liat rubiknya, liat rubiknya apa fotonya?”, goda Cherris

“enggak kok, hanya melihat takut ada kesalahan cetak”, kata Anya dengan singkat.

Cherris dan Rifa yang mendengar perkataan Anya yang singkat itu hanya menanggapinya dengan kata oh yang diakhiri dengan tertawa kecil.

“ya sudah ini langsung cetak perbanyak saja, besok kamu terbitin ya”, kata Anya kepada Rifa.

“ok deh bos”, kata Rifa yang mengambil majalah itu dari tangan Anya dan pergi meninggalkan Anya dan Cherris.

Cherris dan Anya pun terdiam. Lalu ada suara yang mengagetkan mereka berdua. ‘kriuk kriuk’

“ehehe, ini suara perut gue, laper banget”, kata Cherris kepada Anya.

“lo bilang dong kalau lagi lapar, ya sudah yuk ke kantin”

Mereka yang sedaritadi duduk di kursi taman langsung beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

**************

Saat pulang sekolah, Anya berjalan begitu pelan. Perjalanan yang biasanya hanya ditempu 20 menit jika berjalan kaki sekarang terasa lama. Anya yang sudah terbiasa pulang sendiri dengan malas mengangkat kakinya saat berjalan. Dia pikir dengan adanya kejadian tadi malam, dia akan didatangi oleh Mario di sekolah, walaupun hanya untuk memperjelas hubungan apa yang sekarang dijalani oleh Mario dan Anya, tetapi harapannya itu pupus begitu saja.

Sebenarnya jalan pulang ke rumah bisa dari mana saja, tetapi entah kenapa kaki Anya melangkah menuju kantor MM Radio yang kebetulan dekat dengan sekolahnya. Saat di depan kantor tersebut, Anya sempat melihat kearah pintu masuk gedung tersebut. Dia tunggu sebentar, siapa tahu Mario keluar disaat yang tepat, tetapi karena itu sesuatu yang tidak mungkin, Anya langsung berjalan kembali dengan pelan.

Ternyata takdir bekata lain, saat Anya berjalan dengan pelannya, Mario yang bersiap untuk pulang kerumah melihat Anya di dekat kantornya. Disaat itu juga Mario langsung memanggil nama Anya.

“Anya!”, panggil Mario dengan lantang, seperti memanggil serdadu yang ingin di siding.

Anya yang terkejut karena namanya dipanggil langsung berbalik badan dan mendapatkan Mario yang berdiri di pintu kantor. Mario lalu mendekati Anya.

Di hati Anya ada suara-suara yang membuatnya jantungnya menjadi dag-dig-duk. Antara pilihan mau melanjutkan perjalanan pulang dengan cara jalan cepat atau tetap berdiri mematung menunggu Mario sampai dihadapannya. 4 meter lagi, 2 meter, 1 meter hingga akhirnya Mario sudah tepat didepannya.

“kamu baru pulang sekolah?”, tanya Mario kepada Anya.

“hmm i-iya, baru pulang sekolah”, kata Anya terbata-bata.

“oohh kok lewat kantor? Atau emang setiap pulang kamu lewat kantor?”

“heh i-iya gitu deh”

Melihat sikap Anya yang sedikit canggung, Mario pun tidak banyak basa-basi.

“hmm soal yang kemarin malam….”, sebelum Mario melanjutkan perkataannya, Anya sudah memotongnya.

“Jadi yang tadi malam itu beneran?”, tanya Anya kepada Mario.

“ya, semua itu benar. Masa kamu gak mengenali suara aku sih?”

“aku cuman kaget, semuanya tuh diluar bayangan aku aja”

Ekspresi Anya sekarang seperti ingin menangis, tetapi ditahan olehnya. Mario yang menyadari sikap Anya yang seperti cewek-digantung-cinta jadi bingung harus gimana.

“maafin aku karena tidak langsung menelpon mu setelah siaran selesai”

“kakak kok jahat sih gak ngabarin aku langsung, kan aku bingung banget setelah itu”

“ya kan aku gak tahu nomor kamu, kamu yang punya nomor aku bukannya telpon”, kata Mario yang sedikit sewot karena seperti disidang oleh Anya.

“ya masa aku telpon, kan gak enak banget cewek duluan yang telpon. Kakak juga kan bisa lihat nomor aku di line SMS”

Kebodohan Mario yang kedua kalinya. Mario baru sadar kalau nomor Anya bisa saja ada di line SMS.

“hmm ya sorry, aku gak kepikiran sampai situ”, kata Mario dengan pasrah.

“iya kok gak papa”, kata Anya sedikit menyekat air matanya yang sudah mulai keluar.

“kok kamu nangis?”, kata Mario mulai panik. Takut dikiran habis mencegat-gadis-SMA-lalu-dinikahin-sirih.

“habis, aku mikirin kakak dari kemarin”, kata Anya jujur kepada Mario. Mendengar kejujuran Anya, Mario jadi ingin tersenyum.

“ya sudah jangan nangis lagi, aku anterin kamu pulang ya”, kata Mario sambil menyeka air mata yang sudah jatuh ke pipi Anya.

Lalu, tangan Anya digandeng oleh Mario dan pergi mendekati motor Mario.

“trus sekarang kita apa dong?”, tanya Anya dengan polosnya.

“apanya apaan?”, kata Mario sok-sok tidak mengerti.

“yaa itu, hmm hubungan kita sekarang apa?”

“kamu maunya apa?”, kata Mario yang mendekatkan wajahnya ke wajah Anya. Membuat pipi Anya menjadi bersemu merah.

“ih kakak mah jangan deket-deket banget dong”, Anya langsung mendorong Mario menjauh.

“hahaha mukanya langsung memerah gitu, haha”, kata Mario yang mendapatkan cubitan kecil dari Anya.

“iya iya sayang”, kata Mario yang sedikit mengernyit, tetapi dia langsung mencium kening Anya. Itu membuat Anya menjadi tersenyum dengan senang.

Mario lalu memberikan helm kepada Anya, dan beberapa menit kemudian, motor yang membawa mereka sudah melaju pergi menuju rumah Anya.

--The End--

Rabu, 24 Agustus 2011

Di Saat Selembar Kertas Bercerita....

Di saat semua manusia sudah tertidur di malam ini, ada seorang gadis yang masih terjaga di kamarnya. Bertepatan di sebuah rumah yang cukup mewah, gadis itu masih membaca semua buku pelajarannya. Dia tidak ingin ujiannya besok gagal karena meninggalkan sedikit materi saja. Walaupun dia ingin tetap belajar, ternyata tidak untuk fisiknya.

Gadis itu sudah merasa ngantuk menyelimuti dirinya. Dilihat jamnya sudah menunjukkan pukul 23:30, matanya sudah tidak kuat untuk membuka, dan pada akhirnya dia akan pergi ke tempat tidurnya.

Sebelum dia tertidur lelap, dia mengambil memo nya, dia menulis suatu kalimat yang akan membuatnya semangat keesokan harinya.

“semoga besok akan menjadi hari yang baik dari sebelumnya”

**********

Mandy, gadis yang selalu bercerita di atas kertas, bukan hanya di cerpennya yang setiap bulan selalu ada yang terbaru, tetapi dia juga suka bercerita di memo kesayangannya itu. Beberapa catatan kecilnya itu ada yang dia simpan, ada juga yang dia buang di mana saja, di tempel di dinding gedung, bangku taman, di mana saja. Terkadang dia ingin semua orang tahu apa yang dia rasakan sekarang, karena itu dia menempelkan kertas itu di sembarang tempat.

Tidak ada yang tahu kebiasaan Mandy, karena memang Mandy tidak ingin orang tahu. Dia sangat ingin jika ada orang yang melihat kertasnya menjadi penasaran dan ingin mencari dirinya. Mandy percaya, hanya dengan selembar kertas kecil bisa mempertemukan seseorang yang baik. Itu dinamakan dengan Jodoh bukan?.

Ok berhenti berbicara tentang Mandy, karena Mandy itu adalah aku. Kalau aku terlalu sering menceritakan diriku, nanti aku akan cepat terkenal karena dibicarakan terus. Hehehe maaf aku jadi PD gini.

Aku yang sedari tadi sudah duduk di bangku meja makan sambil memakan roti bakar buatan sendiri, masih tetap membaca buku biologi ku yang lumayan tebal. Haaah aku bingung kenapa pelajaran di jurusan IPA yang paling gampang adalah Biologi, padahal ada pelajaran seperti Kimia dan Fisika, tetapi kalau dilihat, memang pelajaran Biologi yang paling enak.

Bukan, bukan karena aku tidak bisa Kimia dan Fisika, tetapi setahuku Kimia dan Fisika itu harus diajari oleh guru yang bisa berbicara dengan baik dan bahan ajarnya diterima oleh muridnya bukan? Nah sialnya aku tidak dapat guru seperti itu. Jadi, ya akhirnya pelajaran yang paling gampang itu Biologi kan. Disini terbukti kalau guru sangat berperan dalam proses belajar murid.

Berhenti berbicara pelajaran ku karena aku sudah muak belajar. Aku berusaha untuk mendapatkan nilai bagus agar aku tidak bertemu dengan guru itu untuk remedial, dan beruntungnya aku karena jarang bertemu dengan remedial, walaupun nilainya kadang di rata-rata, yang penting aku tidak remedial kan?

Aku melihat jam tangan ku yang sudah menunjukkan pukul 05:30, sudah waktunya aku berangkat sekolah. Kalian pasti berpikir aku berangkat sekolah terlalu pagi, tetapi itulah resiko sekolah jauh, berangkat lebih pagi, dan lebih sialnya, pemerintah memajukan jadwal masuk sekolah dari jam 07:00 menjadi 06:30, sial banget kan?

Sebelum aku meninggalkan rumah, aku menulis pesan untuk mama ku yang masih tertidur dikamar.

“ma aku udah siapin sarapan, dimakan ya ^^V”

Aku menempelkan pesannya di kulkas. Setelah itu aku langsung pergi meninggalkan rumah dan bersiap untuk melanjutkan cobaan hidup di dunia ini.

********

Di pagi yang dingin dan sunyi, jam masih menunjukan pukul 06:00, aku yang sudah menginjakan kaki di SMA Perwira Muda tercinta ini masih melirik-lirik sekitar sekolah. Aku langsung saja masuk ke dalam sekolah, berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Aku sudah melihat para OB yang sedang membersihkan halaman sekolah.

Aku sudah sampai di ruang kelas ku yang berada dilantai 2, aku kelas XI IPA 1, kelas ku paling ujung. Aku langsung saja duduk di bangku ke 3 barisan ke 2. Posisi yang paling ‘aman’ jika ada ulangan. Bukan, bukan karena aku suka menyontek, tetapi yaa, hanya ‘berjaga-jaga’ hehehe.

Beberapa menit aku menunggu teman-teman ku. Tenang saja aku tidak baca buku biologi untuk menunggu teman-teman ku, otak ku sudah full dengan biologi dan sudah ingin memuntahkan ilmunya ke selembar kertas jawaban nanti.

15 menit kemudian, anak-anak sudah datang. 5 orang, 10 orang, hingga akhirnya kelas sudah penuh. Teman sebangku ku, Elle (read: Elle! Bukan Elli!) yang datang paling terakhir. Aku tidak tahu kenapa dia selalu datang paling akhir, mungkin karena dia mencatok rambutnya dulu sebelum berangkat.

“hai El, udah siap biologi?”, tanyaku dengannya. Dia yang langsung duduk disamping ku menoleh kepadaku.

“tenang aja Man, otak gue udah mau muntah gara-gara kepenuhan biologi”, kata Elle ngelantur.

“memangnya otak muntah seperti apa ya? hihihi” kata ku diiringi dengan cekikikan kecil ku.

“mikir saja sendiri, hahaha”

Tiba-tiba, bel tanda masuk kelas sudah berbunyi.anak-anak yang berada di luar kelas masuk kedalam kelas dan duduk di tempatnya masing-masing. Aku dan Elle masih mengobrolkan tentang hal-hal yang sedang hot saat ini.

“eh Man, katanya ada anak kelas X yang nyatain perasaannya loh sama Reihan”, kata Elle memulai percakapan kecilnya

“really? Siapa??”

“namanya Donna, ituloh cewek yang udah cari sensasi semenjak awal masuk sekolah ini”

“oohh Donna itu, kapan dia nembaknya?? Trus diterima gak?”

“ya enggaklah. Tahu sendiri Reihan seperti apa, Reihan tidak suka anak yang suka cari sensasi”

“masa sih? Setidaknya Donna itu cantik. Bagaimana keadaan Donna sekarang?”

“Down, semua orang menjelekkannya di Twitter, Facebook, bahkan Renata kelas XII IPS 3 saja mempostingnya di Blog. Itu menjadi Trending Topic saat ini”

“sepertinya semua orang tidak suka Donna ya”

“begitulah. Semua orang”

Aku dan Elle terus membicarakan kejadian Donna itu. Aku sangat ingin tahu tentang kejadian itu, sangat ingin tahu. Kalau boleh jujur, aku mengagumi Reihan. Masih mengagumi loh, belum suka ataupun sayang. Reihan dan aku tidak terlalu dekat, malah mungkin tidak pernah mengobrol.

Bu Sammy, guru Biologi kamu datang dengan setumpuk kertas yang terlihat masih bersih. Ini dia saatnya, dimana semua isi otak ku yang sudah penuh dengan biologi, akan dimuntahkan.

*********

Bel istirahat telah berbunyi daritadi. Aku dan Elle sudah keluar lebih dulu sebelum bel berbunyi setelah ulangan biologi tadi. Kami yang berada di depan perpustakaan sedang menikmati cemilan yang baru saja dibeli di kantin sekolah. Di selang kami mengobrol, kami melihat Donna yang berjalan di halaman sendirian.

“eh, le, liat Donna deh, kok penampilannya rada beda ya”, kata ku kepada Elle.

“iya ya, tumben dia gerai rambutnya. Biasanya dia bando atau dikat”, komentar Elle tentang gaya Donaa

Donna beda. Pakaiannya lebih simpel, rambut berantakan, dan tidak memakai aksesoris apapun. Dia langsung duduk di bangku halaman, sendirian.

“tumben sendirian, gak ada yang nemenin tuh”, kata Elle

“sudahlah, aku bosan ngomongin Donna terus, aku ke perpus bentar ya cari novel”, kata ku pada akhirnya.

“haha ya sudah aku tunggu sini”

Aku memasuki Perpustakaan dan langsung ke rak tempat novel-novel remaja berada. Aku langsung melihat ke catalog Novel terbaru yang berada di samping rak. Aku melihat-lihat sinopsisnya dan ada beberapa yang bagus, aku lalu mencarinya di antara buku-buku lainnya.

Saat aku membaca-baca beberapa halaman novel yang sudah kudapati, tiba-tiba aku merasa ada yang memperhatikanku dari jauh, aku menoleh kearah yang kurasakan, tetapi tidak ada siapa-siapa di rak novel. Aku melanjutkan membacanya, lalu dengan cepat aku langsung menoleh ke kanan, dan tidak disangkah, ada Reihan yang sepertinya sedang berjalan mendekat kearah ku.

Aku sedikit terkejut, tetapi aku sembunyikan rasa terkejutku, dan aku hanya tersenyum kepada ku. Dia juga membalasnya dengan senyumannya yang manis. My God, aku baru tahu kalau senyumannya manis, dan matanya itu, tatapannya terlihat ringan. Aku juga tidak tahu mata dengan tatapan ringan itu seperti apa, tetapi menurutku, tatapannya ringan saja.

Lalu dia melewatiku begitu saja. Haah, aku pikir dia ingin mengajak ku mengobrol, sedikit kecewa dengan prediksi sok tahu ku ini. Dengan perasaan yang masih kecewa, aku beranjak pergi dari rak novel sambil membawa novel pilihanku, tetapi tiba-tiba, Reihan sudah ada di depanku.

“hmm, kamu yang namanya Mandy kan?”, tanya Reihan kepadaku. Aku bisa menangkap ekspresinya sangat gugup. Kenapa harus gugup sih? Aku juga ikutan gugup nih.

“iya, aku namanya Mandy, dan aku gak akan nanya kalau kamu namanya Reihan karena aku tahu kalau kamu Reihan”, kata ku dengan sangat-sangat ngelantur. Well Mandy kenapa kamu berkata seperti itu sih!

“hehe iya. Gini, kamu ikut OSN Biologi kan?, aku kebetulan di suruh Bu Sammy untuk ikut, cuman aku disuruh ke kamu buat yaa, buat tanya-tanya gitu”

Aku ingin tertawa lihat tingkah Reihan, kok dia jadi terlihat polos gini sih, tidak seperti cowok keren yang dibicarakan kalangan cewek lainnya.

“haha, kamu kok kelihatan canggung sih, kamu susah buat memulai pembicaraan ya?”, judge ku kepada Reihan, Reihan malah jadi makin salting.

“enggak kok. Mungkin karena kita gak pernah ngobrol aja jadi bingung mau ngomong apa”, kata Reihan dengan polos.

“sama aja tahu. Santai aja sama aku, aku gak ganas kok”, kata ku sedikit bercanda, Reihan juga jadi tertawa.

Tiba-tiba bel tanda masuk jam pelajaran berikutnya sudah berbunyi.

“Reihan, gimana kalau nanti saja pembicaraannya dilanjutin, aku mau masuk kelas”

“oh ok ok. Gimana kalau nanti sepulang sekolah?”

“hmm lihat nanti ya, hehe”

Aku langsung meninggalkan Reihan di perpustakaan. Aku lalu menghampiri Elle yang daritadi duduk di depan perpustakaan.

“Mandy kok lama sih, kamu minjem berapa novel??”

“enggak kok, hanya satu, cuman banyak banget yang pengin aku pinjem jadi milihnya bingung deh, hehehe”, kata ku sambil cengengesan.

“sepertinya habis keluar dari perpustakaan jadi seneng gitu, ada apa sih?”

“nanti aku ceritain, yuk ke kelas”

“ya sudah bentar ya”, kata Elle yang langsung membereskan buku-buku disampingnya.

Aku menunggu sambil duduk. Di lantai tempat kami duduk, ada sebuah selembar kertas yang sengaja di tempel. Aku lalu mengambilnya dan ada sebuah kalimat yang tertulis di kertas itu

“She’s so beautiful, she’s so perfect for me”

Ya Tuhan, ternyata bukan aku saja yang mempunyai kebiasaan menulis lalu ditinggal, ada orang lain yang sama seperti ku. tetapi siapa? Nalar penasaranku sudah timbul.

“eh udah yuk, ke kelas”, kata Elle yang mengagetkan ku. aku langsung saja meninggalkan tempat itu dengan Elle sambil membawa kertas yang ketemukan. Aku ingin mencari orang yang menulis kertas ini.

********

Aku lalui pelajaran selanjutnya dengan tenang dan mudah dimengerti, dan beruntungnya aku mengerti dengan pelajaran Fisika yang di ajar oleh Pak Nuturi tadi. Setelah bel pulang berbunyi, aku dan Elle yang memperkirakan bel pulang akan berbunyi sebentar lagi dan sudah membereskan buku-buku kami ke dalam tas langsung saja beranjak dari tempat duduk.

“eh Man ke toilet yuk, mau ganti nih”, kata Elle yang langsung menarik ku saat berjalan.

“oohh ya sudah aku temenin, cepetan ya”

Saat ku menuggu di dekat toilet. Aku mengeluarkan kertas yang tadi aku temukan dari kantong ku, aku masih penasaran dengan orang yang menulisnya, lebih penasaran lagi dengan orang yang dimaksud si penulis. Lalu aku punya ide cemerlang. Aku mengambil memo ku dan mengambil selembar kertas.

“dari mana kamu tahu dia sempurna? Aku yakin dia ada kekurangannya. Lebih baik kamu menyukai kelebihan dan kekurangannya daripada kamu menyesal nantinya”

Aku menempel kertas itu di tembok dekat mading yang kebetulan dekat toilet. Aku juga menempelkan kertas si penulis itu di sampingnya. Aku berdoa mudah-mudahan si penulis melihat komenter ku atas tulisannya.

Elle yang sudah selesai mengganti ‘roti jepang’nya langsung menghampiriku. Kami berjalan menyusuri koridor dan keluar dari daerah sekolah, saat melihat jalanan depan sekolah yang masih ramai, aku mengajak Elle duduk dulu di dekat pos satpam. Sambil menunggu jemputan Elle, aku membicarakan kejadian tadi di perpustakaan.

“eh tadi di perpus kamu lama ngapain sih?”, tanya Elle kepada ku.

“oohh iya, tadi masa di perpus, aku ketemu sama Reihan”

“trus-trus? Setelah ketemu Reihan?”

“gak tahu kenapa ajaib apa emang kebetulan, Reihan ngajak aku ngobrol”

“serius? Ngobrol apaan??”

“cuman ngomongin OSN biologi sih, cuman yaa gitu karena bel masuk jadinya gak ngelanjutin deh ngobrolnya”

“yaah, trus kalian ngelanjutin ngobrolnya kapan lagi?”

“hmm kata dia sih habis pulang ini. cuman kok daritadi aku gak liat dia ya, mungkin gak ketemu kali, huhu sedih”, kata ku sambil pura-pura sedih, atau emang beneran sedih?

“cieee, dideketin sama cowok populer, hahaha. Nanti kalau beneran deket siapin PJ ya”

“yeee gak gitu juga kali. Tapi lihat nanti aja deh”

“tuh kan ketahuan suka yaa sama Reihan, hahaha ketahuan”, kata Elle sambil ngegodain aku.

“iihh kan belum sekarang. Tapi tahu kan nanti”, kata ku dengan santai.

Tiba-tiba ada suara klakson mobil yang mengagetkan aku dan Elle, di depan kami sudah berhenti mobil Jazz warna silver. Kami barengan ngelihat kearah dalam, lalu jendela mobil (aku gak tahu kalau di otomotif jendela mobil disebut apa sih?) terbuka. Ternyata itu mobil Reihan, aku dan Elle terkejut. Kita saling lihat dan lalu melihat Reihan.

“hai Mandy, gak pulang?”, sapa Reihan kepada ku.

“hmm belum nih. Hehehehe”

“ya sudah, bareng yuk, aku anterin pulang”, ajak Reihan kepada ku. Aku menoleh kearah Elle. Elle memberikan sinyal setuju kepadaku.

“hmmm tapi aku lagi nungguin Elle… auh!”, kata-kata ku terhenti karena kaki diinjak oleh Elle.

“udah kok gak papa pulang aja sama Reihan, hehehe”, kata Elle sambil cengengesan.

Aku yang sudah pasrah, mengiyakan ajakan Reihan. Aku langsung melangkah menuju mobil Reihan dan membuka pintu sebelah kiri.

“Elle,aku pulang dulu yaa, daaah”, kata ku kepada Elle

“iyaaa dadaaah Mandy”, kata Elle yang sangat terlihat dirinya sangat senang.

Beberapa menit kemudian mobil Jazz itu sudah melaju pergi dari sekolah. Di dalam mobil, Reihan diam, aku pun juga diam. Diam seribu bahasa. Aku juga tidak yakin kalau bahasa itu ada seribu, pasti lebih banyak dari seribu.

Lalu, Reihan dengan insiatifnya mengambil kumpulan menyalakan tape nya dan memutarkan lagu Lady Antebellum yang Need You Now.

“wau, lagu kamu romantis juga ya”, kata ku yang tiba-tiba keluar begitu saja, bagus Mandy, setidaknya ada topik pembicaraan yang keluar.

“hehehe, memangnya cowok harus lagu yang ngerock terus, enggak kok. Ada yang suka mellow kok”

“termaksud kamu??”

“yaa begitulah, eh iya kamu kelas XI IPA 1 kan ya?”

“iya dan kamu kelas XI IPA 3, gak mungkin kan aku nanya balik kalau udah tahu, hihihi”, kata ku dengan keceplosan lagi.

“hahaha kok kamu lucu sih, sukanya to the point gak suka basa-basi”

“siapa bilang gak suka basa-basi, itu juga termaksud basa-basi kali”

“oh iya kata Bu Sammy kamu biologinya bagus banget, aku jadi mau tahu kelebihan kamu”

“hmm sepertinya tidak juga, soalnya tadi setelah ulangan biologi aja langsung pusing banget. Haaah”, kata ku langsung membantingkan kepala ke jok mobil.

Aku tidak tahu ini adalah sebuah kesialan atau keberuntungan, jalanan menuju rumah ku sedang macet. Sialnya, aku sudah ingin cepat-cepat sampai rumah dan istirahat, kepala ku sudah ingin pecah rasanya. Beruntungnya, ya gitu deh, bisa lama-lama disamping Reihan.

Loh? Kok seneng sih kalau aku lama-lama di sebelah Reihan?? Ada apa gerangan nih?? Masa aku suka sih sama Reihan? Masa aku … aku cin… aaah apaan sih Man!!

“Mandy, kok bengong?”, suara Reihan menyadarkan aku dari kebengongan sesaat.

“eh enggak kok. Aku ngantuk. Habis kena macet”, jawab ku dengan lemas.

“kamu sakit ya?, kok mukanya merah gitu?”, kata Reihan kepadaku. Haah aku sadar kalau badan ku seperti ditiban oleh berton-ton baja.

“enggak kok, aku gak sakit, cuman pengin cepat-cepat pulang”

Saat mobil sudah keluar dari kerumunan mobil yang terjebak macet, Reihan langsung tancap gas dan mobilnya melaju dengan cepat. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, karena kepala ku sudah pusing dan beberapa detik kemudian aku tertidur dengan lelap.

*********

Rasa nyaman, itu yang aku rasakan sekarang. Tidur di kasur yang empuk, dan aku mencium bau masakan yang enak.

Wait! Ini dimana?? Saat itu juga aku langsung terbangun. Aku sudah berada di kamar ku, dengan seragam yang masih menempel dibadanku. Itu tadi, saat pulang bareng dengan Reihan bukan mimpi kan? Haaah aku harap bukan.

“sayang, kamu baru bangun?”, suara mama yang tiba-tiba masuk kamar mengagetkan aku.

“ma, tadi aku dianterin siapa??”, tanya ku dengan sigap, sampai mama terlihat kaget dengan pertanyaanku.

“sama teman kamu. Dia yang gendong kamu sampai kamar. Kalau tidak salah, namanya Re..Ra.. Reihan”

Jadi, aku dianterin Reihan bukan mimpi, tapi memang kenyataan.

“tapi kok aku sampai di gendong ma??”

“lah ya jelas kamu sakit. Tahu-tahu tertidur di mobil kata Reihan, makanya kamu kalau belajar jangan terlalu dipaksa, nanti kesehatanmu terganggu”

Aku melihat mama membawa semangkup sup daging sapi dan sepiring nasi. Loh? Setahu ku mama tidak bisa bikin sup daging deh.

“ini tadi Reihan beliin kamu sup daging sapi saat kalian dalam perjalanan pulang tadi, dan ini juga ada pesannya, katanya kamu harus makan”

“iya ma iya, aku pasti makan kok”, kata ku kepada mama.

“ya sudah mama mau siap-siap kerja dulu, mama ada meeting sampai malam loh, jaga rumah”

Mama lalu meninggalkan aku sendirian di kamar. Aku langsung mengambir nampan yang diatasnya ada makanan dari Reihan. Diatas nya ada selembar kertas, mungkin ini pesan dari Reihan.

“dimakan ya, ini aku beliin khusus buat kamu. Istirahat yang cukup dan jangan lupa minum obat, Reihan”

Kok so sweet banget sih? Aku sampai senyum-senyum sendiri melihatnya. Aku langsung memakan sup itu dengan lahap. Saat aku makan, tiba-tiba suara HP ku berbunyi di meja samping tempat tidur. Aku langsung meraih HP ku dan melihat ada 1 SMS. SMS dari Elle.

“eh Mandy gimana tadi pulang nya?? Sampai dengan selamat kan??, wkwkwkw”

Maksudnya sampai dengan selamat ini apa??, aku langsung saja membalas dengan cepat.

“maksudnya sampai dengan selamat apaan nih??? Iyalah aku sampai dengan selamat tidak ada lecet. Cuman badan ku panas dingin nih gara-gara kecapaian belajar. Reihan bawain aku makanan loh, hihihi ┐(^•^┐)”

Baru beberapa menit aku tinggal HP di samping ku, HP nya berbunyi lagi. Aku lihat kembali ada 1 SMS dari Elle.

“eh ciee deh. Makanan apa tuh?? Makanan yang dibikin dengan rasa cinta ya?? Hahaha”

“enggak juga sih, tapi dibeliin. Week salah kan :P tapi seneng sih dibeliin sama dia ☺”

“kalau udah perhatian kayak gitu, itu tandanya si Reihan suka sama kamu Mandy, hahaha tinggal nunggu ditembak aja dah itu”

“yaaa, gimana ya. Lihat nanti saja. Hahahha”

“iihh kenapa sih Man kamu selalu bilang ‘lihat nanti saja’, emangnya kamu gak mau?”

“bukannya gak mau, tapi kan siapa yang tahu sih cerita kehidupan selanjutnya”

“ya kenapa kita gak berusaha buat ngerencanain cerita kehidupan selanjutnya?”

Aku langsung terdiam dengan SMS terakhir Elle, apakah kita bisa merencanakan cerita kehidupan selanjutnya? Takdir? Bisa kah?

*******

Keesokan harinya, aku datang ke sekolah seperti biasa, tetapi aku datang lebih telat dari biasanya, mungkin karena aku sangat kecapaian, jadi tidurku juga lebih lama, bahkan aku tidak belajar sama sekali.

Saat aku sampai di sekolah, aku sempat melihat mading yang ada di dinding-dinding koridor, memang di sekolah ini mading nya sangat banyak. Aku lebih sering lihat mading yang ada di dinding koridor ini, dan saat ku lihat, ada sesuatu yang mengejutkan. Aku menemukan selembar kertas misterius itu lagi!

“Aku sudah berusaha untuk mendekatinya, dan ternyata kau benar, dia ada kekurangannya, tetapi cinta itu harus apa ada nya kan? aku akan tetap mendekatinya”

Ya ampun, orang ini sangat tahu bagaimana membuat aku menjadi lebih penasaran. Dia sangat romantis. Dia ini cewek, apa cowok ya? Kalau cowok, sangat lah beruntung cewek yang dicintainya. Aku lalu mengambil memo dan mengambil selembar kertas lagi.

“kalau begitu kejar lah terus. Aku tahu kau pasti bisa”

Tentunya aku tidak menempel kertas itu di mading kembali, aku mencari tempat yang menurutku, pasti ditemukan oleh si misterius ini. Lalu aku menemukan tempat yang bagus. Perpustakaan!

Aku sadari, si misterius ini suka menyebarkan kertas ini sama sepertiku, mungkin hobinya juga sama seperti ku, suka pergi ke perpustakaan. Aku langsung pergi ke perpustakaan.

Sesampaiku di perpustakaan, sangat disayangkan perpustakaan masih di tutup. Ekspresiku menjadi kecewa dan sedih. Pada akhirnya aku hanya menempelkan kertas itu di samping pintu perpustakaan. Tiba-tiba dari belakang ada yang mengagetkan aku. aku langsung saja menoleh ke belakang dan mendapatkan Reihan sudah ada di depan ku.

“Hai Reihan, gimana kabar mu hari ini?”, tanya ku kepada Reihan. Itu seperti pertanyaan orang konyol bukan?

“lumayan lah. Tidak terlalu buruk. Gimana keadaan mu? Sudah sembuh?”, tanya balik Reihan kepada ku.

“yaap lumayan lah. Maaf ya kemarin udah ngerepotin. Makasih juga makanannya. Kebetulan aku suka sup daging. Hehehe”

“oh ya? Syukurlah karena aku juga suka sup daging. Kalau lagi sakit pasti disediakan itu oleh mama ku”

“wau ternyata kita banyak kesamaan ya”

Reihan diam, aku pun juga diam. Diam seribu bahasa, dan aku juga tidak akan ngejelasin lagi kalau sebenarnya bahasa itu bukan seribu tapi lebih.

“Mandy, ke kelas bareng yuk”, tiba-tiba Reihan berkata seperti itu kepadaku.

“hmm baiklah”, kata ku dengan pelan.

Aku memulai berjalan menuju kelas, dan Reihan menyeimbangkan jalannya agar seiring dengan ku. Di perjalanan, kami berdua diam. Entah kenapa aku merasa jantung ku seperti berdetak lebih cepat dari detakan normal, aku merasa suhu badan ku meningkat hingga suasana di sekitar ku menjadi panas. Aku menoleh kearah Reihan. Kelihatannya dia sangat gugup, tetapi kenapa gugup? Apa karena berjalan bersama ku? tetapi kenapa?

“Reihan kenapa tiba-tiba kamu mengajak ku berkenalan waktu itu?”, kata ku dan aku berhenti berjalan. Reihan juga berhenti berjalan di saat bersamaan.

Kelihatannya suasana tidak mendukung perkataan ku. Koridor dimana aku berada masih sangat sepi, aku sempat melirik kearah jam tangan ku dan waktu menunjukkan pukul 06:20. 10 menit lagi bel masuk akan segera bunyi, tetapi kenapa Reihan lama menjawab pertanyaan ku.

“hmm kan mau ngomongin soal OSN”

“hanya itu? soalnya kalau soal itu aku akan langsung menyampaikannya ke Bu Sammy”

“ya sudah. Trus apa?”, pertanyaan Reihan sangat membingung kan.

“maksudnya?”

“maksudku setelah kau menyampaikan soal keikutsertaan ku dalam OSN ke Bu Sammy,apa lagi kelanjutannya?”

Aku benar-benar bingung dengan pertanyaan Reihan, yang dia maksud apa sih?”

“ya sudah. Kau ikut OSN Biologi”

“trus kita gimana?”

Pertanyaan Reihan yang satu ini lebih membingungkan. Apa maksudnya kita? Memangnya kita selama ini bagaimana?

“maksud kamu apa sih han, aku gak ngerti”

“yaa, memangnya kita gak bisa lebih dekat?, nanti kalau soal ini sudah selesai, hubungan kita sudah selesai gitu?”

“Reihan, kok kamu ngomongnya jadi bertele-tele, intinya apa sih?”

Reihan jadi menatap ku sangat lekat, sedangkan aku, sama sekali tidak berani, kadang aku memanglingkan wajah ku, kadang menatapnya, yang terpenting sekarang adalah intin dari pembicaraan Reihan apa?

“intinya adalah..”, tiba-tiba Reihan mendekatkan jaraknya kepada ku dan memegang pergelangan tangan ku.

“aku ingin lebih dekat dengan mu, aku tidak ingin jauh dari mu. Aku sudah cukup nyaman di dekat kamu dan..”, perkataan Reihan terputus begitu saja.

Aku sekarang mengerti apa yang dimaksud Reihan. Reihan masih tetap memegang tangan ku, bahkan lebih erat. Seperti tidak ingin kehilangan sesuatu.

“Reihan, aku….”, perkataan ku terputus dengan bunyi bel masuk yang nyaring.

“lebih baik kita ke kelas”, kata Reihan dengan cepat. Dia tetap memegang tangan ku, bahkan menariknya agar aku bisa berjalan disampingnya. Aku membiarkan dia tetap memegang tangan ku. Aku bahkan senang dengan sikap Reihan seperti itu. Sangat terlihat kalau Reihan sangat posesif, tetapi tidak apa-apa kok.

*********

Saat jam makan siang, aku sama sekali tidak nafsu makan, lebih tepatnya, mager alias malas gerak. Aku duduk-duduk saja di bangku sambil membaca novel yang baru aku pinjam kemarin di perpustakaan. Setelah Bel istirahat berbunyi, Elle sudah langsung pergi keluar, katanya mau beli makan siang di kantin. Dia juga ingin membelikan makan siang untuk ku agar aku cepat sembuh, senangnya punya sahabat seperti Elle.

Di kelas hanya ada aku di kelas. Suasana semakin sunyi dengan aku yang terlalu serius membaca novelnya. Karena semakin sepi, aku akhirnya mengambil IPod ku di dalam tas dan memasangkan earphonenya ditelingaku, aku memutar playlist yang ada di IPod dan memilih lagu Party Rock Anthem nya LMFAO. Suasana yang tadinya sunyi menjadi ramai dengan adanya lagu ini, sampai aku berhenti membaca dan menikmati lagu ini. aku mengubah posisi duduk ku dengan membungkuk kan badan ku dan wajah ku mengenai meja. Beberapa lama aku dengan posisi ini, lagu sudah keganti dengan lagu Need You Now nya Lady Antebellum. Aku jadi keinget lagu ini saat Reihan mengantar ku pulang. Aduuh jadi kepengin pulang bareng lagi.

Aku lalu mengambil memo ku dan menuliskan beberapa kalimat di beberapa kertas.

“aku ingin kejadian indah itu terulang lagi”

“ya Tuhan, kapan aku bisa bersatu dengan nya”

“aku akan berusaha untuk merencanakan cerita kehidupanku agar aku bersamanya, selamanya”

Untuk kertas ketiga dengan kalimat terakhir tadi, aku menjadi lebih bersemangat. aku ambil selembar kertas ketiga tadi dan menempelnya di kaki meja sekolah. Setelah menempelkan kertas itu, aku langsung mengangkat badan ku dan ternyata sudah ada Elle di depan ku. Dengan membawa 2 kotak makan siang, Elle langsung duduk disamping ku dan memberikan kotak makan siang itu kepadaku.

“tuh aku traktir beef teriyaki. kamu suka kan makan itu”, kata Elle diiringi dengan senyum manisnya itu

“hehe iya tahu aja sih kamuu ihhh”, kata ku sambil mencubit pipinya yang sedikit tembem.

“iihh Mandy sakiit. Lama-lama pipi ku tirus gara-gara kamu cubitin”

Kami segera melahap menu makan siang kami dengan lahap. Di selang makan siang kami, ada seseorang yang memasuki kelas, dan aku melirik kearah pintu dan ku lihat Reihan berdiri di pintu kelas. Aduh, kok dia kelihatan keren sih di depan situ.

“ciee disamperin pacar, hihih”, bisik Elle sambil cekikikan.

“ih, belum tahu”, kata ku sambil mencubiti pipi Elle lagi.

Aku lalu beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Reihan.

“ngapain han kesini?”, tanyaku dengan senyuman manis (mudah-mudahan senyum ku manis di depan Reihan)

“cuman mau ke kelas kamu, nyamperin kamu. Lagi makan siang ya, padahal aku mau ngajak kamu makan siang di kantin”, kata Reihan kepada ku.

“yaah, kebetulan aku lagi mager ke kantin, jadi Elle beliin aku makan siang. Lagi pula badan aku masih lemes”

“oohh badan kamu masih panas?”, kata Reihan yang tiba-tiba memegang pipi ku. secara otomatis pipi ku langsung memerah. Aku sedikit menjauh dari Reihan karena takut salting.

“eh sorry, cuman ingin memastikan keadaan kamu saja”, kata Reihan yang langsung menjauhkan tangannya dari wajah ku. aku lihat dia juga langsung salting.

“gak papa kok, kan cuman memastikan. Mau masuk kelas aku dulu atau kamu mau balik ke kelas kamu?”

“kayaknya balik ke kelas deh, lagipula kamu sama temen kamu. Oh iya nanti pulang bareng ya?”

“ok, nanti aku tunggu di pos satpam”, kata ku

Reihan lalu pergi meninggalkan senyuman manisnya saat berkata bye kepadaku. Aku seperti lagi berada di langit ketujuh bersama para malaikat dan melihat sunsite dari awan yang tebal. Biarin aku terlihat lebay, semua orang kalau lagi jatuh cinta pasti lebay kan?

Apa? tadi aku bilang jatuh cinta? Hah ya sudahlah ku akui kalau aku lagi jatuh cinta. Lalu aku berbalik badan ingin kembali ke meja, tetapi Elle dengan enak nya, berteriak sesuka hati.

“CIEEEEE YANG TADI PIPINYA DIPEGANG!!”

Astaga Elle, tidak tahu sikon apa kalau kelas udah penuh sama anak-anak?? Sepertinya butuh disumpelin juga sama kapas pembersih wajah agar suara cemprengnya tidak keluar dengan sangat polos.

********

Sebulan sudah berlalu begitu saja, dan sebentar lagi sekolah akan mengadakan UTS (Ulangan Tengan Semester). Aku yang juga sibuk dengan OSN Biologi baru seminggu yang lalu menyelesaikan seleksi OSN Biologi, yang bikin deg-degkan, kenapa pengumumannya sangat lama, mudah-mudahan aku mendapatkan peringkat pertama.

Lalu, soal si penulis misterius itu, aku sudah tidak menemukan kertasnya lagi. Huhuhu padahal aku sangat berharap menemukannya. Apa dia tidak menemukan kertas yang aku tulis? Atau aku tidak menemukan kertasnya lagi? Hah tidak tahu lah, semua sudah takdir yang mempertemukan kami.

Soal Reihan? Hah hubungan kami seperti tergantung. Aku tahu Reihan suka dengan ku dan Reihan sendiri tahu bagaimana perasaan ku, tetapi kenapa dia tidak menyatakan perasaannya kepadaku, padahal sudah jelas-jelas kalau dia melakukannya, aku tidak akan menolaknya. Huh nyebelin!

Tetapi setidaknya hubungan aku dengan Reihan masih berjalan dengan baik. Dia masih mengantarku pulang dan memberikan perhatian lebih kepadaku, dan aku senang akan itu, tetapi tetap saja, kapan peresmian hubungan kami dari seorang “sahabat” menjadi “sepasang kekasih”.

Aku sekarang berada di sekolah. Aku dengan beberapa murid lainnya sedang ada tambahan materi Fisika dalam rangka memmpersiapkan diri dalam UTS nanti. Aku sangat bersyukur dengan ada nya kelas tambahan ini, tahu saja kalau aku sangat buruk dalam Fisika, setidaknya dalam ulangan nanti, aku mendapatkan nilai yang tidak pas-pas an lagi.

Kelas tambahan materi berjalan begitu cepat. Aku dan beberapa murid lainnya bubar pada jam 17:00. Suasana sekolah sudah pada sepi, anak-anak yang lain ternyata sudah ada yang dijemput, tinggal aku sendiri yang berada di pos satpam. Bukan, bukan karena aku dijemput, cuman bingung mau pulang sekarang apa tidak. Saat aku duduk di pos satpam, aku mendengar ringtone HP ku. aku lalu mengambil HP ku di saku rok ku dan membukanya, ada 1 SMS dan itu dari Reihan.

“Mandy, kamu masih di sekolah? Aku jemput ya. Aku tahu kamu pasti pulang sendiri, ehehe”

Hihi, Reihan sok tahu. Tahu darimana kalau aku pulang sendiri, tetapi pada kenyataannya memang aku pulang sendiri.

“iya kebetulan aku masih disekolah. Memangnya gak ngerepotin?? Nanti kamu dicariin ortu kamu loh (>.<)”

“enggak kok, aku baru pulang dari les dekat sekolah. Aku jemput ya?”

“ok deh. Aku tunggu ya, makasih udah mau jemput ☺”

Aku menunggu Reihan di depan gerbang sekolah. 5 menit…10 menit… hingga 15 menit, barulah ada mobil Jazz berhenti di depan ku. Aku langsung saja masuk kedalam mobil itu dan menoleh kearah Reihan yang berekspresi senyum kepada ku.

“lama ya nunggunya?”, tanya Reihan kepadaku.

“tidak juga, baru 15 menit, kamu kena macet ya tadi?”

“iya begitulah. Kalau memang jam-jam segini ada aja yang menghalang. Hehehe”

Beberapa menit kemudia, mobil Reihan sudah melaju dijalan. Selama perjalanan, seperti biasa, tidak usah aku bilangin lagi, kita saling diam satu sama lain. Aku melihat Reihan yang serius mengendarai kendaraannya. Untuk saat ini, aku berharap kena macet lagi agar Reihan bisa mengajak ku ngobrol.

Ternyata Tuhan mendengar harapanku, jalan kerumah ku kena macet! Yes yes. Aku melirik-lirik kearah jalan, tetapi aku baru sadari, sepertinya ini bukan jalan kerumah ku deh.

“han, ini kayaknya bukan jalan ke rumah ku deh”

“hmm iya, mau gak kita makan dulu. Aku mau ngajak kamu dinner bareng”, kata Reihan yang sedikit gelagapan.

“tapi, masa masih pakai baju sekolah?”

“enggak kok aku udah bawain kamu baju dikasih tadi sama Elle, mau ya? Aku udah siapin dinnernya daritadi”, kata Reihan sedikit memelas.

Aku sendiri yang diajak dadakan oleh Reihan aja jadi salting. Gimana Reihan yang udah siapin dari jauh hari.

“ya sudah, tetapi kita makan dimana?”

“ada deh, nanti aku kasih tahu. Kan kejutan”, kata Reihan sambil tersenyum.

Ya ampun, aku mau diajak kemana ini. ets ets Mandy masih sempatnya berpikir negative thinking. Aku tahu seorang Reihan tidak akan berperilaku buruk kepada ku. Mudah-mudahan dia melakukan hal yang aku harapkan dari dulu. Yaaa you know me so well lah

******

Aku melihat baju yang tadi dikasih Reihan. Aku lihat dari atas sampai bawah, ini kan gaun kesayangannya Elle. Aku tahu betul karena Elle selalu pakai gaun ini kalau ada acara khusus. Segitu mewahnya ya Dinner ala Reihan sampai harus memakai gaun.

Aku langsung saja ganti baju di dalam mobil Reihan. Tenang saja, Reihannya sudah di luar kok, tidak mungkin lah aku menunjukkan ‘barang berharga’ aku ke dia, sorry lah yau, bukan aku banget!

Reihan juga memberi ku kotak kosmetiknya Elle, katanya disuruh dandan biar lebih cantik. Haah Elle pasti tidak kasih tahu kalau aku tidak suka pakai alat kosmetik yang tele-tele, tetapi ya sudahlah. Aku hanya memakai bedak dan lipglossnya saja. Setelah semua beres, aku keluar dari mobil. Kalian pasti berpikir kalau aku masih pakai sepatu sekolah yang berwarna serba hitam itu, enggak kok. Ternyata Elle juga minjemin Wedges nya juga. Mudah-mudahan setelah aku mengembalikan semua barang yang dia pinjam, dia tidak minta uang sewa karena sangkin banyaknya barang yang dia pinjamkan.

Aku mencari Reihan di dekat mobil, tetapi aku tidak menemukannya.

“hei udah selesai dandannya?”, suara Reihan mengagetkanku dari belakang.

“eh, iya nih. Gimana? Gak jelek-jelek banget kan?”, tanya ku kepada Reihan.

“enggak kok, makin manis malah. Hehehe”, kata Reihan kepadaku. Wajah Reihan malah jadi memerah. Aku sendiri yang dipuji juga memerah.

“oh iya, karena ini kejutan, aku punya ini”, kata Reihan sambil memperlihatkan sebuah kain.

“ini untuk apa??”, kata ku karena bingung.

“aku tutup mata kamu ya, biar makin terasa kejutannya, hehehe”, kata Reihan yang langsung pindah ke belakangku dan menutup mata ku dengan kain itu.

“Reihan, sebenarnya kita mau kemana sih?”, kata ku dengan keadaan sudah buta karena ditutup kain oleh Reihan.

“ada deh say, nanti juga tahu sendiri”, bisik Reihan di telingaku.

What? Say? Maksudnya?? Ya ampun, ku harap itu bertanda baik.

Aku yang dibantu oleh Reihan berjalan sesuai arah yang dituju Reihan. Kalau kalian pikir mudah berjalan dengan mata ditutup karena dituntun seseorang, kalian salah besar, karena aku memakai Wedges nya Elle yang lumayan tinggi. Kalau kalian ingin merasakan seperti aku yang sekarang, coba saja sendiri.

“nah kita udah sampai”, bisik Reihan dan disaat itu juga kita berhenti.

“han bisa buka ikatannya gak?”, tanya ku dengan pasrah.

“bentar-bentar ya. Aku lagi siapin sesuatu”

Aku masih menunggu Reihan yang aku rasakan sedang jauh dari ku. Tidak lama kemudian Reihan mendekat lagi kepadaku dan sepertinya ingin melepaskan ikatan kain ini.

“ini dia yang aku ingin tunjukin ke kamu”, saat Reihan berkata seperti itu, disaat itulah ikatannya juga terbuka. Mata ku masih sedikit rabut dan aku kucek-kucek sebentar. Setelah terlihat jelas, aku langsung terpesona dengan tempat dinner yang dipilih Reihan. Aku saja tidak tahu ini dimana, tetapi sungguh ini indah, dengan di daerah perbukitan dan dibawah sana, ada lampu warna-warni perkotaan yang sangat indah.

“han, kok romantis sih??”, kata ku kepada Reihan sangkin senangnya.

“hehehe kan buat kamu”, kata Reihan yang langsung tersenyum didepanku. Aku juga ikut tersenyum dengan perkataan Reihan yang menurutku, itu benar-benar manis.

Lalu perlahan aku mendengar lagu. Semakin lama semakin jelas lagunya terdengar. Lagu Just a Kiss nya Lady Antebellum. Kelihatannya Reihan sangat suka band ini, sama seperti ku, aku juga suka lagu ini.

“dansa yuk, lagunya lagi enak nih”, ajak Reihan yang langsung meraih tanganku.

“aku gak tahu aku bisa apa enggak”

“i know you can”, bisik Reihan di telinga ku. perlakuan Reihan sekarang sangat beda dari biasanya. Kali ini sangat sangat romantis. Aku yang sebenarnya memang tidak pernah dansa hanya bisa mengikuti gerakan Reihan.

Beberapa menit kami berdansa sampai lagu itu habis, aku dan Reihan sekarang hanya diam. Aku tahu Reihan tidak pintar dalam berbicara romantis, tetapi perlakuannya bisa menunjukkan kalau setidaknya dia bisa membuat aku senang.

“aku harus membalas kamu dengan apa malam ini? aku pasti tidak bisa membalas semua kejutan yang sudah kamu kasih malam ini”, kata ku kepada Reihan pada akhirnya.

“aku mau menunjukkan sesuatu”, Reihan menarikku dan mengajakku ke meja dimana nanti kita akan dinner. Di atas meja itu ada sebuah buku kecil. Reihan mempersilahkan aku duduk dengan menarikkan kursinya untuk ku.

“coba kamu lihat buku itu”, kata Reihan.

Aku lalu membuka buku itu, aku sangat terkejut dengan isi di dalamnya. Selembar kertas itu, bahkan ada berapa kertas itu, dan yang lebih mengejutkan kertas-kertas si misterius ada di dalam itu. Kertas-kertas yang aku tulis untuk si misterius, dan memo terakhir ku.

“aku akan berusaha untuk merencanakan cerita kehidupanku agar aku bersamanya, selamanya”

“aku orang yang nulis ini”, kata Reihan sambil menunjukan kertas si misterius.

“lalu kamu tahu darimana kalau aku yang nulis ini?”, kata ku sambil menulis memo ku sendiri.

“awalnya aku tidak tahu kalau kamu yang nulis, tetapi saat aku menemukan kertas ini”, kata Reihan sambil menunjuk memo terakhir ku “disitulah aku tahu”

Tahu darimana?? Apa karena aku menempelkan memo ini di kaki meja ku?

“apa karena memo ini ada di kaki meja ku?”, tanya ku kepada Reihan.

“bukan, aku menemukan kertas ini saat aku mencari mu di kelas karena waktu itu aku tungguin kamu di gerbang malah gak ada, trus saat aku mencari kamu lagi, aku ketemu Elle”, kata Reihan panjang lebar.

“lalu Elle melihat aku membawa kertas ini, dia lalu mengambilnya dari tanganku. Saat dia lihat, dia sadar kalau ini kertas yang ditulis sama kamu, dan aku juga yakin kalau yang menulis ini sama dengan orang yang suka mengomentarin tulisan aku yang ada di kertas”

Ya Tuhan, kenapa akhir ceritanya seperti ini? ini terlalu kebetulan, atau mungkin ini rencana mu untuk mempertemukan aku dengan Reihan?

“Reihan, aku gak nyangka kalau kamu bakal tahu kalau itu tulisan aku”

“sebenarnya inti dalam acara dinner ini bukan soal kertas itu, anggap saja itu hadia kenangan dari aku”, kata Reihan sambil tersenyum lebar kepada ku.

“terus, intinya apa?”

“coba kamu baca halaman terakhir”

Aku lalu membalik buku itu dan membuka halaman terakhir. Di halaman terakhir ada sebuah kalimat, atau lebih tepatnya puisi kecil.

Kertas

Ya itu hanya sebuah selembar kertas yang bersih tidak ada noda.

Tetapi kamu tidak tahu kalau selembar kertas bisa bercerita

Di saat selembar kertas bercerita

Maka si penulis tidak bisa bercerita dengan lisan kepada si pendengar

Di saat selembar kertas bercerita tentang cinta

Itu baru masalah kecil

Jika di dalam cerita tidak ada tokoh, apa yang mau diceritakan?

Maukah si pendengar menjadi tokoh dalam cerita cinta yang si penulis tulis di selembar kertas ini?

Setelah membaca puisi kecil itu, aku melihat Reihan. Reihan pun menatap aku dengan sangat lekat.

“Maukah kamu menjadi tokoh dalam cerita cinta yang aku tulis di selembar kertas?”, kata Reihan dengan perlahan.

Aku terkesima dengan puisi kecil buatan Reihan, simpel tetapi ada makna terselubung.

“Reihan, aku tidak tahu harus berkata apa lagi”, kata ku kepadanya

“hanya bilang mau atau tidak Mandy”

Aku bingung, sebelum Reihan menyatakan perasaannya pada ku, aku malah ingin berkata ya, tetapi kenapa sekarang kata-kata itu susah untuk dikatakan, atau mungkin ada cara lain untuk mengatakannya. Lalu keluarlah ide cemerlang dari kepalaku.

“Reihan, kamu punya pulpen atau pensil?”, tanya ku kepada Reihan.

“untuk apa?”, kata Reihan terlihat bingung, tetapi tidak ingin menunggu lama, Reihan langsung memberikan pulpen yang ada di saku celananya.

Aku langsung mengambil pulpen itu dan menulis satu kata di buku tadi. Setelah menulisnya, aku langsung menunjukan nya kepada Reihan

“Ya”

Aku melihat Reihan, dan aku yakin dia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain hanya menatap ku dengan senyum. Aku pun juga tersenyum kepadanya, bahkan menurut ku, bulan yang sedang bersinar diatas kami juga tersenyum kepada kami.

“jadi intinya permasalahan kita berdua sudah selesai kan?”, kata Reihan dengan tersenyum.

“belum tahu”, kata ku dengan singkat.

“loh emangnya apalagi?”, tanya Reihan yang makin bingung.

“kata kamu ini Dinner, mana makanannya??”, celetukku ku sambil diakhiri dengan suara tertawa ku yang ringan. Reihan yang mendengar celetukku juga langsung tertawa.

---The End---