Senin, 29 Agustus 2011

Gema Suaramu...

Anya yang sudah membereskan seluruh peralatan sekolahnya untuk besok, mulai dari seragamnya hingga mata pelajaran untuk besok, sudah siap. Dia hanya tinggal pergi ke tempat tidur dan menyelimuti dirinya agar tidur terlelap, tetapi dia memiliki kebiasaan sebelum tidur, apalagi sekarang adalah hari minggu.

Dia lalu menyalakan radionya yang berada di samping tempat tidurnya, dia mengatur frekuensi radio favoritnya.

“selamat malam muda mudi Jakarta. Kembali lagi bersama gue, Morgan yang bersuara sekseh ini di acara “Mellow”, Melodi Malam Selalu Rowmantis.”, terdengar suara dari dalam radio itu.

Anya selalu senang mendengar suara Morgan yang memang benar, sangat seksi, walaupun dia tidak tahu Morgan itu yang mana, tetapi setidaknya dari suara Morgan adalah sosok yang sangat diidamankan oleh semua wanita.

Anya langsung mengambil HP nya dan langsung mengetik beberapa kata untuk merequest lagu yang dia ingin putar untuk malam ini.

Hai Morgan yang makin hari suaranya makin sekseh, hehehe. Gimana kabarnya malam ini?? udah makan malam belum?? Gue hari ini pengin ngerequest lagunya Ivan Handojo yang terlalu lama dong, buat gue aja yang lagi menyendiri di kamar dan buat lo juga deh buat nemenin lo siaran. Hahaha ok puterin ya gan.

Anya menunggu SMSnya dibaca oleh si penyiar, dan betapa senangnya dia karena SMSnya malah yang paling dibaca oleh Morgan.

“ok ternyata sudah banyak SMS yang masuk, dan bahkan banyak banget ya. Ok gue baca dulu yang pertama dari…..”, kata Morgan yang berhenti sebentar.

“Anya yang bersekolah di SMA Bunga Jaya, wau deket dari MM radio ya. ‘Hai Morgan yang makin hari suaranya makin sekseh’, hehehe tahu aja suara gue makin seksi”

Anya tertawa mendengar kePDan sang penyiar.

“katanya ‘gimana kabarnya malam ini? udah makan malam belum?’ Tentu aja Anya pasti udah makan kok. ‘gue hari ini pengin ngerequest lagunya Ivan Handojo yang terlalu lama dong, buat gue aja yang lagi menyendiri di kamar dan buat lo juga deh buat nemenin lo siaran, ok diputerin ya gan’, ok Anya gue puterin lagu ini khusu buat lo khusus yang pertama, karena kebetulan gue juga pengin lagu ini, ok ini dia untuk Anya yang selalu stay tune dengerin gue, Terlalu Lama dari Ivan Handojo”

Anya langsung membanting badannya ke kasur sambil mendengarkan alunan lagu yang dia request, dan sambil diiringi lagu tersebut, Anya pun tertidur dengan lelap.

**********

Mario Giovanni, yang sedang duduk-duduk sambil menunggu jeda siarannya selesai, melihat-lihat SMS yang sudah masuk dari tadi, seperti biasa memang SMS nya selalu beratus-ratus dalam semenit! Mario tidak tahu apa yang membuat dirinya menjadi terkenal? Masa hanya dari suaranya?

Ada beberapa pendengar yang membuatnya senang, bukan karena dari pujian mereka yang selalu bilang suaranya seksi, tetapi dari kesetiaan mereka yang selalu mendengarkan dirinya siaran, termaksud dengan Anya, gadis SMA yang selalu menjadi yang pertama dalam line SMSnya.

Sayang, peraturan di MM Radio tidak boleh memberitahu indentitas diri yang sebenarnya, termaksud Twitter dan Facebooknya. Morgan, itulah nama samaran Mario. Tidak tahu kenapa saat ditanya bosnya apa nama samaran dirinya, yang hanya terlintas adalah nama itu, mungkin nama itu seperti plesetan dari nama Mario Giovanni.

Kalau saja tidak ada peraturan seperti itu, dia ingin berkenalan dengan Anya ini, memberitahu Twitter, Facebook, bahkan no HPnya. Sebenarnya bisa saja berkenalan dengan Anya, tetapi tidak boleh memberitahu kalau Mario adalah Morgan, tetapi kalau ditanya Anya darimana Mario tahu tentang dirinya, harus jawab gimana?

Tanpa terasa jeda siaran sudah selesai, Mario langsung mengambil earphonenya dan menyapa para pendengar setianya, termaksud Anya sendiri.

********

Keesokan harinya, Anya yang sudah memakai seragam sekolahnya yang bisa dibilang, unik dari pada sekolah lain, siap untuk berangkat sekolah. Sebelum berangkat sekolah, dia mendatangi mamanya yang sedang menyiapkan sarapan pagi bersama mbok Ulip, mbok yang sudah setengah baya dan sedikit gembul, tetapi masih enerjik.

“ma, bekel aku mana??”, kata Anya kepada mamanya.

“nih bekel kamu lagi disiapin, mending kamu sarapan dulu sana sama papa kamu dimeja makan”, kata mama nya yang masih berkutat dengan nasi goring di wajan.

“ya sudah”, Anya langsung pergi berlalu meninggalkan mamanya.

Papa yang sedang membaca Koran hariannya melihat anak gadisnya yang tidak seperti biasa.

“Anya, tumben lebih rapi pakaiannya. Ada acara?”, tanya papa kepada Anya.

“tidak tuh, emangnya lebih rapi ya?”

“ya begitulah. Setiap hari seperti ini lah”, kata papa yang diakhiri dengan tawaan yang khas seorang ayah.

Tidak lama Anya sarapan dengan roti yang diselai dengan coklat, bekal yang sudah disiapkan oleh mama untuk Anya juga sudah siap.

“nih bekal kamu. Kamu hati-hati ya di sekolah, belajar yang bener”, pesan mama ke pada Anya.

“iya mama ku yang tetep cantik”, kata Anya yang langsung mencium punggung tangan mamanya.

“pa aku berangkat dulu ya”

Setelah mencium punggung tangan papanya, Anya langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan berjalan di jalan setapak menuju sekolahnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

**********

Mario yang masih tertidur di sofa ruang tunggu di ganggu oleh Brenda, sekretaris MM Radio dan penyiar yang memiliki nama samaran Baby.

“Mario, masih molor aja, lo tidur jam berapa sih”, kata Brenda saat membangunkan Mario. Mario yang kaget dibangunkan langsung terjatuh dari sofa, Branda tertawa melihat perilaku Mario.

“elah lo Bren, masih ngantuk gila nih gue. Gue siaran selesai jam 12 juga”

“hahaha, iya sih. Eh hari ini anak-anak pada ke SMA Bunga Jaya buat promosiin acara Modeling School 2011, mau ikut gak?”

Mario awalnya tidak ingin ikut, tetapi mendengar sekolah yang di datangi SMA Bunga Jaya, matanya langsung melek.

“eh, jam berapa ke sana?”, kata Mario yang langsung berdiri tegak.

“jam 10an, saat istirahat pertama. Sekolah itu akan pulang lebih cepat”

“oh ok gue akan siap-siap dulu”, Mario pergi meninggalkan Brenda ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***********

Cherris, gadis cantik yang berjalan sangat mantap di koridor sekolah seperti magnet yang menarik kawat. Penampilannya membuat semua laki-laki yang ada disekolah melihatnya, terkecuali guru tentunya. Mana mungkin guru melirik gadis remaja?

Cherris yang sedang berjalan menuju taman sambil membawa buku-buku di tangannya. Dia mencari Anya, sahabatnya yang selalu menyendiri jika sedang memiliki bacaan baru, dia tahu itu, karena setahunya Anya baru saja membeli novel baru yang katanya sangat menarik untuk remaja putri. Setelah menemukan Anya, Cherris langsung berlari menghampiri Anya dan mengagetkannya.

“Anyaaaaa, gue ada kabar baik dong buat lo”, kata Cherris sambil kegirangan.

“kabar baik apaan?? Lo dateng-dateng ngagetin gue aja sih”, kata Anya ngedumel.

“hehehe sorry, habis kabar ini pasti membuat lo seneng deh”

“iya kabar apaan??”

Cherris merapikan roknya yang sedaritadi sedikit berantakan saat datang mengagetkan Anya.

“nanti kita pulang cepet”

“hah itu doang?”, kata Anya semakin bingung

“bukan itu doang, nanti ada crew dari MM Radio dateng ke sini, buat promosiin acara Modeling School 2011”

Mendengar nama MM Radio, Anya mulai mendengar serius pembicaraan Cherris.

“iya? Ada acara itu?? yang promosiin MM Radio?”

“iya nyaa, gue tahu kalau lo pasti suka banget kan dengerin MM Radio, nah ada lagi kabar terserunya”

“apaan lagi?”

“lo dan gue, sebagai perwakilan dari Jurnalistik, bakal ngewawancarai salah satu crew dari MM Radio?”

“hah?! Yang bener Cher?”, Anya langsung terlonjak kaget mendengar kabar yang lebih mengejutkan lagi dari Cherris.

“iya beneran. Tadi gue disuruh sama Bu Nawasi.

Ekspresi Anya sekarang sudah senyam senyum tak karuan. Dia tiba-tiba memeluk Cherris.

“Ya Tuhan mimpi apa gue semalem kenapa tiba-tiba dapet rejeki nomplok sih?”

“hahaha, bagus kan kabar gue. Untung aja pakaian lo lagi rapi nya, biasanya kan lo simpel-simpel aja gak pake dandanan, tumben sekarang pake bedak. Hahaha”

“gak tahu deh gue tumben tadi pagi sadar akan kesisian feminism gue. Eh kapan tuh crew nya pada dateng?”

“katanya jam istirahat pertama”

“berarti sekarang dong?”

“eh iya ya sekarang jam istirahat pertama ya, tapi dari tadi gue gak lihat spanduk-spanduk gitu, mungkin nanti kali ya”

“ya sudah, sekarang kita siap-siap aja dulu”, kata Anya kepada Cherris

Anya dan Cherris langsung beranjak dari tempat duduk taman dan pergi meninggalkan tempat itu. Selama di perjalanan menuju kelas, Cherris berdiskusi dengan Anya.

“By the way, nanti tema wawancara kita apaan?”, tanya Cherris kepada Anya

“lah tadi di suruh Bu Nawasi apaan?”, Anya berbalik nanya kepada Cherris

“katanya sih cuman radionya aja. Gak ada sangkut pautnya dengan acara promosi itu”

“oh ya sudah kita paling nanya radio itu sejarahnya gimana, crewnya gimana, apalagi yang paling gue penasaran, kenapa indentitas penyiarnya harus dirahasiain”

“oh iya, trus kenapa nama penyiarnya unik-unik, hahaha”

“iya tuh, bisa dicurigain itu kan nama samaran, bukan nama asli penyiarnya”

Setibanya di kelas, Anya dan Cherris menghampiri meja belajar mereka yang kebetulan duduk bersama. Anya mengambil note kecilnya dan Cherris mengambil perekam suara dari dalam tasnya. Beberapa detik kemudian, mereka pergi meninggalkan kelasnya menuju ruang Jurnalistik.

************

Di kantor MM Radio, semua crew sudah bersiap dengan perlengkapan untuk dibawa ke SMA Bunga Jaya. Mario yang berada di pojokan dapur sampil meminum capucinno yang baru saja dia seduh.

“eh Mario, nanti lo ke BeJs (baca: BiJis) naik motor sendiri ya, soalnya mobil udah penuh sama ladies-ladies”, kata Toni, manajer MM Radio.

“oohh ya sudah gampang lah. Eh nanti gue disana ngapain?”

“paling bantu-bantu aja. Trus kan tampang lo masih klimis tuh dan jiwa lo masih anak muda banget, lo nanti ladenin anak-anak aja yang nanti pengin ikutan audisi Modeling School”

“hahaha jiwa muda apaan usia gue udah 20 tahun cuy”

“setidaknya yang paling muda di kantor tuh elu, lagipula kan baru 2 tahun yang lalu lo lulus SMA, hahaha”

“haha ya sudah gue berangkat duluan ya buat ketemu sama kesiswaan sana. Nanti lo habis ini langsung berangkat ya, biar gue ada temennya disana”

“ok deh bos”, kata Mario sambil mempperlihatkan senyum manisnya

Toni lalu meninggalkan Mario sendiri di dapur. Setelah menikmati capucinno hangatnya sampai habis, Mario pergi menuju meja kerjanya untuk mengambil jaket. Setelah mengambil jaketnya, Mario pergi menuju tempat parkir. Di parkiran sudah ada mobil kantor yang siap untuk berangkat.

“eh ada gak nih yang nebeng gue?”, tawar Mario kepada kumpulan crew dekat mobil kantor.

“gak ada yo, udah pada muat di mobil”, kata salah satu crew.

“ya sudah, gue cabut duluan ya. Disuruh Toni nih buat duluan”

Beberapa menit kemudian, motor Mario sudah melaju di jalan. Jarak dari Bejs dengan MM Radio tidak terlalu jauh, jadi hanya menempu waktu 5 menit Mario sudah sampai di sekolah itu. Saat memasuki sekolah, ada satpam yang menghentikan motor Mario untuk masuk.

“dari mana mas?”, tanya Pak Satpam kepada Mario.

“dari MM Radio pak, ada acara hari ini di sekolah”, kata Mario sambil menunjukkan tanda pengenalnya.

“oh, ya sudah parkir buat crew nya disitu mas”, kata Pak Satpam sambil menunjukan tempat parkir yang sudah di siapkan khusus untuk crew.

“makasih ya pak”, Mario langsung melajukan motornya dengan pelan dan memarkirkan motornya di dekat motor Toni.

Setelah itu, Mario lalu memasuki lingkungan sekolah dan mencari-cari sesosok Toni, dan dia mendapatkan Toni di depan ruang guru sambil berbicara dengan salah satu guru. Mario tidak mungkin mengganggu percakapan Toni dengan guru itu, dan pada akhirnya daripada berdiam diri ditempat, Mario berkeliling sekolah agar tidak canggung di BeJs yang mempunyai arsitektur dan gedung sangat mewah.

Mario memperhatikan anak-anak yang berlalu lalang sambil membawa cemilan kecil mereka. Kalau dilihat-lihat, seragam sekolah ini sangat unik, seperti seragam sekolah Jepang, hanya saja yang tidak ada di seragam adalah pita besar bagi siswi. Lalu kalau lebih diperhatikan, murid-murid disini memiliki orang tua yang perekonomiannya sangat baik. Mereka tidak hanya menggenggam BB sebagai HPnya, tetapi ada beberapa yang memakai IPhone ataupun Android yang masih terbaru. Gaya fashion mereka juga seperti anak gaul jaman sekarang, yang cewek belah tengah, cowok bajunya rapi tetapi membuat mereka terlihat lebih ganteng.

Kondisi fisik juga sangat mendukung dalam penampilan mereka. Hebatnya, walaupun disini semua adalah anak-anak kaya, tetapi tidak ada kata Bullying disini, tidak seperti sekolah swasta kaya pada umumnya. Mungkin karena disini semua sama saja, sama-sama saling menghargai dan sama-sama saling membantu.

Mario masih mengelilingi sekolah, sampai pada akhirnya dia melihat ruangan yang sangat luas. Ruangan itu dinamai Ruang Jurnalistik, ruangan yang sangat besar untuk sebuah ekstrakulikuler yang membuat Majalah Sekolah itu. saat melihat kedalamnya, Mario melihat 2 siswi yang sedang berdiskusi. Mario tidak tahu apa yang mereka diskusikan, tetapi salah satu dari mereka melihat Mario dan tersenyum dengan ramah. Nilai plus terbaru dari Mario untuk sekolah ini, muridnya sangat ramah dan murah senyum.

Tiba-tiba Mario dikagetkan dengan tepukan bahu dari Toni. Mario melihat Toni bersama Bu guru yang kelihatannya masih muda.

“heh Mario sudah daritadi datang?”, tanya Toni kepada Mario.

“iya, tadi gue liat lo lagi ngobrol sama guru, jadi gue gak ganggu deh”, jawab Mario sesingkatnya.

“oh iya kenalin, ini Bu Nawasi, Pembina eskul Jurnal, nanti kita pakai kelas ini buat crew nya”

“oh ya? Ada 2 siswi didalamnya”, kata Mario kepada Bu Nawasi.

Bu Nawasi melihat kedalam dan mendapatkan 2 siswi bimbingannya sedang berdiskusi.

“Anya Cherris, sedang apa kalian disana?”, kata Bu Nawasi kepada 2 siswi itu.

Anya dan Cherris langsung saja beranjak dari tempat duduk dan menghampiri pembinanya itu.

“ini bu, lagi siapin pertanyaan buat wawancara sama crew MM Radio”, kata Anya dengan pelan.

“oh iya mas Toni, nanti dua siswi saya bakal mewawancarai salah satu crew anda tentang MM Radio, boleh kan mas?”, tanya Bu Nawasi kepada Toni

“oh bisa kok bu, kalau boleh tahu tentang apa?”

“tentang pekerjaan di MM Radio saja. Oh iya menurut mas, siapa crew yang pas buat di wawancara?”

Tanpa berpikir panjang, Toni dengan mudahnya berkata.

“Mario saja bu, kebetulan dia crew yang paling muda, pasti lebih nyambung ngomongnya”, kata Toni sambil menepuk bahu Mario. Awalnya Mario bengong tiba-tiba disuruh meladeni kedua siswi yang kebetulan sangat manis-manis, tetapi dia lalu menampilkan ekspresi pasrah saja.

“kalau begitu, nanti Anya dan Cherris saja yang membantu kalian dalam mempersiapkan perlengkapan kalian di ruangan ini”, kata Bu Nawasi dengan santainya.

“ya kali bu”, celetuk Cherris yang langsung dapat cubitan kecil dipinggang dari Anya.

“saya permisi dulu ya”, Bu Nawasi pergi meninggalkan Anya dan Cherris bersama Toni dan Mario.

Anya dengan ke’spontanan’nya langsung mengajak bicara Mario dan Toni.

“well, apa yang bisa kita berdua bantu buat mas-mas ini?”, tanya Anya kepada dua lelaki itu.

“sebentar lagi crew kami akan sampai, kalau bisa kalian dibantu sama Mario membereskan meja-meja ya, trus agak di lebarin didepannya buat audisi nanti”

“ya kali Ton gue terus yang dari tadi disuruh”, bisik Mario kepada Toni.

“ye kali-kali yo”, kata Toni yang langsung pergi untuk menghampiri crew-crewnya yang sudah berada di parkiran.

Mario menatap Anya dan Cherris, begitu juga Anya dan Cherris.

“hmm kita memulai dari mana?”, tanya Mario kepada kedua siswi itu.

“ya sudah, ayo kita bereskan meja-meja ini”, kata Cherris yang sangat antusias.

Mereka langsung menyusun meja-meja dan merapikan perlengkapan jurnal yang tidak diperlukan. Mario yang mengangkat-angkat meja dan Anya dan Cherris yang merapikan perlengkapan jurnal. Anya dan Cherris adalah senior sekaligus ketua dan wakil di eskul Jurnalistik, jadi merekalah yang lebih tahu akan isi ruang jurnal ini.

“kalian berdua kelas berapa?”, tanya Mario memulai percakapan diantara mereka bertiga.

“kita berdua kelas XII IPA 3, mas sendiri sekarang masih kuliah atau kerja aja?”, kata Anya kepada Mario

“aduh dek, jangan pake mas dong, usia saya masih 20 tahun nih”

“oohh ceritanya kita beda 3 tahun doang, hihihi”, kata Cherris yang sikap centilnya mulai keluar.

“oh iya kalian sudah kelas XII kok masih jalan eskulnya?”, tanya Mario

kan belum turun jabatan, jadi aku ketuanya, trus Cherris wakilnya. Ketua itu biasanya selalu jadi prioritas dalam wawancara sambil ditemani wakil yang siap nulis, tetapi kalau sistim kita beda, kadang aku yang mewawancara, tetapi bisa gentian sama Cherris, atau saat wawancara bisa juga ganti-gantian mewawancara”, kata Anya panjang lebar.

Lalu mereka diam sejenak, membereskan ruangan tanpa berbicara.

“oh iya kak Mario, nanti ada penyiar gak yang datang?”, kata Anya kepada Mario.

“gak ada pasti yang dateng, kalau pun ada pasti dirahasiain”, kata Mario dengan jujur.

“kok dirahasiain sih, kan gak seru kita jadi gak ketemu sama penyiar favorit kita”, kata Anya kemudian.

“emangnya kamu pendengar setia MM Radio?”

“ya begitulah, bahkan sering banget sebelum tidur aku dengerin MM Radio”

Tidak disadari di dalam ruangan hanya tinggal Anya dan Mario, Cherris sedang mengambil sapu untuk menyapu lantai ruang jurnal. Sudah ada beberapa crew yang datang sambil membawa spanduk promosi.

“ya sudah, aku udah selesai membantu beres-beres, jadi aku permisi dulu ya”, kata Anya kepada Mario.

“katanya pengin wawancara, kapan?”, tanya Mario kepada Anya.

“emangnya kakak gak sibuk ngurusin ini?, nanti saja kalau saat audisi, pasti kalau sudah ditengah acara yang daftar tinggal sedikit, hehe”

“ya paling hanya ngasih formulir saja. Ya sudah nanti datangin saya aja”, kata Mario sambil tersenyum.

Anya lalu meninggalkan Mario di ruang jurnal, setelah di luar ruangan, dia melihat Cherris yang membawa sapu.

“eh mau pergi kemana lo?, tunggu gue dong belum nyapu nih”, kata Cherris kepada Anya

“ah ya udah nanti aja nyapu nya”, kata Anya yang langsung menarik tangan Cherris dan pergi meninggalkan ruang jurnal.

Di dalam ruang jurnal, semua nya sudah siap, yang awalnya hanya sebuah kelas, sudah menjadi ruang audisi yang terlihat lebih lebar. Mario yang sekarang duduk di salah satu kursi sambil minum air mineral. Sesekali, dia memikirkan dua siswi tadi, Anya dan Cherris. Dia lebih memikirkan Anya, karena dia menjadi teringat dengan pendengar setianya yang bernama Anya.

“apa dia Anya yang sering dengerin gue siaran?, kan kebetulan banget dia sekolah di BeJs dan dia juga suka dengerin MM Radio. Ya Tuhan semoga dia, berharap banget”,guman Mario dalam hati.

Pertama kali melihat Anya, Mario seperti melihat gadis lugu yang jarang melakukan kenakalan remaja, tetapi tetap dalam standarisasi remaja ‘gaul-jaman-sekarang’, apalagi saat dia tersenyum kepadanya, maniiiis sekali, seperti manis alami bukan manis buatan. Lebih mengejutkan lagi, kalau ternyata gadis itu bernama Anya, itu membuat Mario makin menggebu-gebu untuk mendekati gadis itu.

***********

Anya yang sedari tadi duduk di depan ruang jurnal sedang duduk menunggu Cherris yang ngantri dalam pendaftaran Modeling School 2011. Cherris memang sangat suka menjadi model, walau masih dalam tingkat model amatir, tetapi dia sangat bersungguh-sungguh dalam menggapai cita-cita kecilnya itu. kenapa cita-cita kecil? karena cita-cita besarnya adalah dokter, sangat muliakan cita-citanya?

Anya masih menulis-nulis pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan untuk Mario, apalagi Mario masih muda dan lebih tua 3 tahun darinya, pasti bahasanya tidak terlalu berat. Disaat Anya masih sibuk dengan pekerjaan jurnalnya, dia dikagetkan dengan tepukan bahu oleh Mario.

“hei, masih sibuk?”, tanya Mario dengan ramah.

“tidak juga, aku hanya menunggu Cherris yang sedang mengantri dengan cewek-cewek lain”, jawab Anya yang langsung berhenti menulis.

Mario melihat sikap Anya yang langsung berhenti menulis, itu menandakan Anya ada seorang pendengar yang baik, dengan menghentikan semua aktifitasnya dan mendengar sang pembicara.

“oh iya boleh tanya sesuatu?”, tanya Mario kepada Anya

“apa itu?”, tanya balik Anya

“emangnya kamu suka dengerin MM Radio ya?”

“ya lumayan suka sampai menjadi ritual sebelum tidur”

“siaran yang paling kamu suka apa?”

“hmm acara yang tiap minggu malam, Mellow ya namanya. Sangat unik hihi”

Mata Mario semakin melebar karena perkataan Anya.

“oh, apa mungkin kamu ya yang sering diceritain Morgan”, kata Mario sedikit mengarang, karena tahu sendiri, Mario adalah Morgan.

“hah? Emang Morgan ngomong apaan kak?”, kata Anya yang sangat antusias setelah mendengar nama Morgan.

“wau, kelihatannya kamu suka dengan Morgan”

“ya kalau dilihat begitu, habis, sekali aku dengar suaranya, suara itu selalu terngiang-ngiang di kepala ku, well, jadinya seperti ketagihan buat dengerin dia”

Mendengar perkataan seperti itu, Mario hanya senyum-senyum mesem, karena suaranya sudah membuat kecanduan pendengarnya.

“kalau seandainya kamu bisa kenal sama Morgan, trus jadi deket, sampai pada akhirnya menjadi hubungan khusus gimana?”

“wau, aku belum bisa menjawab pertanyaan itu”, kata Anya dengan singkat.

“kenapa?”, tanya Mario yang semakin penasaran.

“soalnya yang selama ini aku dengar hanya lah suaranya, kita tidak tahu dia seperti apa, sifatnya seperti apa, kelakuaannya juga, karena itu aku sedikit kecewa kenapa kita gak boleh tahu indentitas penyiarnya, padahal pendengar ingin tahu lebih banyak tentang penyiar favoritnya kan?”

Mendengar perkataan itu, Mario menjadi terenyuh, segitukah para pendengar ingin mengenal para penyiar idaman mereka? Dan karena itu juga dirinya menjadi susah untuk dekat dengan Anya!

“well, itu kritikan yang bagus”, kata Mario dengan singkat.

“hmm sorry, bukannya ngejelekin, hanya memberi kritik”, kata Anya takut-takut ada salah kata.

“tidak kok tidak, hanya saja, peraturan itu membuat para penyiar tidak menjadi diri sendiri”

“benarkah?”, tanya Anya dengan penasarannya.

“ya, itu sih kata sebagian penyiar”, kata Mario dengan pelan.

Lalu mereka berdua terdiam. Mereka memiliki pemikiran masing-masing. Yang ada dipikiran Anya sekarang, apakah benar tidak ada penyiar yang datang? Atau ada beberapa penyiar yang datang lalu dirahasiakan.

“apakah Mario adalah salah satu penyiar yang dirahasiakan? Atau jangan-jangan dia Morgan”,guman Anya dalam hati.

kMario berpikir lain, dia memikirkan kritik Anya yang membuat dirinya sedikit down. Lalu ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri benak Mario.

“emang apa sih tujuan ada peraturan itu? kenapa dengan adanya peraturan itu gue jadi susah meraih apa yang gue mau?”, guman Mario dalam hati.

“Anya, kamu beneran suka ya sama Morgan?”, tanya Mario sekali lagi untuk memastikan.

“suka, tetapi hanya sekedar suaranya, bukan lebih”, kata Anya dengan pelan.

“kalau dia memberitahu indentitasnya sama kamu gimana?”

“ya sudah, lagi pula, kenapa dia ngasih tahu indentitasnya sama aku?, emang nya ada hal penting sampai harus melanggar peraturan kantor?”

Pertanyaan Anya membuat Mario sedikit gelagapan.

“nih anak, pemikirannya panjang banget sih, gak salah lah dia masuk jurusan IPA”

“mungkin memang ada salah satu hal penting yang mau disampaikan sama kamu”, kata Mario dengan sedikit terbata karena mencari alasan.

“seperti apa?”, kata Anya semakin bingung dengan arah pembicaraan Mario.

“hmmm entahlah. Mungkin dia sudah tahu kamu lebih dulu, dan mungkin dia suka sama kamu”

“tahu dari mana?? Dari Twitter? Facebook? Kalau Morgam suka sama aku karena dia hanya mengenalku lewat jejaring sosial lebih baik dia berpikir 2 kali untuk menyukaiku”

“kenapa memangnya?”

“karena orang yang suka hanya sebatas tahu lewat sumber-sumber tertentu, bukan dari orangnya langsung, pasti orang itu akan kecewa”

“kecewa kenapa?”, sekarang malah Mario yang semakin bingung dengan perkataan Anya.

“karena pasti dia tidak mengenalku lebih dalam, tidak tahu kejelekanku, tidak tahu apa saja yang terselubung di dalam aku, dan kalau saja yang tidak tahu itu adalah sesuatu yang dia tidak suka, aku takut dia akan kecewa, mengerti kan maksud ku?”, tanya Anya yang mulai melihat garis kebingungan di wajah Mario.

“oohh ngerti kok. Kok kamu sebagai gadis SMA pemikirannya canggih banget sih?”, tanya Mario yang takjub dengan perkataan Anya.

“canggih gimana? Dikira elektronik masa kini canggih-canggih, hahaha”, kata Anya yang tertawa dengan pertanyaan Mario.

“iya beneran canggih banget, atau karena elektronik masa kini kali ya, anak jaman sekarang jadi berpikir dengan panjang, hahaha”, kata Mario yang ikutan tertawa.

Obrolan hangat Anya dengan Mario terputus karena Cherris sudah datang menghampiri mereka. Sudah ada nomor dada yang dilebel di dadanya. Tertulis nomor 75 di lebel tersebut.

“kayaknya gue masih lama deh soalnya didalam masih nomor 20”, kata Cherris kepada Anya dan Mario. Kelihatannya Cherris tidak canggung berkata gue lo kepada Mario karena tahu kalau jarak usia mereka hanya 3 tahun.

“ya sudah gimana kalau kita mulai saja wawancaranya, mumpung aku lagi tidak sibuk?”, tawar Mario kepada Anya dan Cherris.

“ok deh, kita wawancara dimana?”, tanya Anya.

“mending didalam saja, lebih adem. Hehe”, kata Mario kepada Anya.

Mereka lalu beranjak dari tempat itu dan pergi ke dalam ruang jurnal.

************

Dua minggu sudah terlewati dari acara promosi yang dibawakan MM Radio. Semakin hari kegiatan Anya mulai sibuk dengan kesibukan anak kelas XII yang mulai menghadapi try out, persiapan UN, UTS, dan UAS. Karena kesibukan itulah, Anya jadi jarang mendengarkan MM Radio, apalagi setiap hari minggu di acara kesukaanya itu. Apalagi kalau bukan Mellow yang dibawakan Morgan si penyiar bersuara seksi itu.

Tepat di hari minggu ini, Anya yang sedang tiduran di tempat tidur empuknya karena kecapekan dengan tugas-tugas barunya itu. Ingin rasanya dia tidur, tetapi ada suatu niat yang membuatnya menyalakan radionya terlebih dahulu. Tedengarlah suara seksi Morgan dari dalam radio itu.

“Malam muda mudi Jakarta yang masih ngalong jam 9 malam ini, gue Morgan datang lagi untuk nemenin kalian di malam yang sunyi ini di acara ‘Mellow’ Melodi Malam Selalu Rowmantis. Ok gue tunggu SMS kalian di nomor 085723678954 dan nanti ada berita terhangat dari MM Radio so jangan matiin radionya, tetap stay tune di Mellow”, setelah pengantar pembuka Morgan tadi terdengar lagu yang mengawali jeda siaran, Lady Antebellum yang Just a Kiss.

Mengingat MM Radio, dia malah jadi kepikiran Mario, cowok yang sudah mau menyediakan waktu untuk diwawancarai oleh Anya dan Cherris. Selama dua minggu ini, hanya Mario yang mengganggu pikirannya dalam belajar. Apalagi suara Mario, masih tetap terngiang di otaknya. Ada apa ini? apa dia menyukai Mario?

“ok kembali lagi sama gue Morgan di Mellow, Melodi Malam Selalu Rowmantis. Ok sudah ada beberapa SMS yang masuk di line SMS gue, dan gue hari ini kecewa banget”, kata Morgan di kejauhan sana. Anya masih mendengarkan dengan seksama.

“gue berasa kayak kehilangan salah satu pendengar setia gue nih, udah dua minggu ini dia gak SMS ke line SMS gue, biasanya dia selalu menjadi yang pertama gue bacain, jangan sirik ya para pendengar setia ku hehehe”

Anya tersenyum sendiri dengan kePDan Morgan yang mulai menjadi.

“namanya Anya, anak BeJs, tahu kan BeJs, SMA Bunga Jaya yang deket MM radio. Dia itu menurut gue, kayaknya bukan pendengar biasa. Dia selalu SMS gue semenjak 3 tahun yang lalu! Trus, dia itu kalau SMS punya ciri khas.

Anya terkejut dengan pendengar yang dimaksud Morgan.

“hah? Gue? Gak salah tuh”, Anya jadi teringat dengan Mario yang katanya Morgan suka kepada dirinya. Apakah itu benar?

“ok, cuman gitu aja sih curhat gue, oh iya gue mau ngasih tahu kalau ada peraturan baru di MM Radio, peraturan yang katanya kita para penyiar tidak boleh memberikan indentitas pribadi kepada pendenger muda-mudi, sekarang udah dihapus.. pus.. pus…”

Anya lebih terkejut lagi dengan peraturan konyol itu yang sudah dihapus mulai dari sekarang. Apa Mario sudah menyampaikan kritikannya kepada Bosnya?

A “jadi kalian yang mau tahu si Morgan ini, bisa tanya Facebook dan Twitternya, tetapi tetep, no HP mah pribadi gak boleh sembarang orang, hehehe”

Anya lalu mengambil HPnya dan mulai mengetik kalimat-kalimat yang akan dikirimnya ke line SMS Morgan.

Hi Morgan, gimana kabar lo?? Udah makan belum?? Hehehe udah dua minggu gue gak dengerin

lo siaran aja membuat gue gimanaa gitu, gue lagi sibuk sama kegiatan gue disekolah, maklum lah kan anak kelas XII hehehe. Trus hari ini gue dengerin lo lagi, padahal awalnya gue mau langsung tidur nih karena capek ngerjain tugas kimia yang sebenarnya gue masih rada gak ngerti, tapi entah kenapa ada aja dorongan buat nyalain radio, ya sudah gue nyalain deh radio gue.

Gue sangat kaget karena ternyata lo kangen sama gue! Hahahah gue sekarang jadi senyum-senyum sendiri nih gara-gara lo. Lo harus tanggung jawab kalau gue tiba-tiba dikira gila sama nyokap gue.

Yang lebih gue kaget, jadi peraturan konyol itu udah dihapus?? Wah senangnya, jadi gue bisa kenal lo lebih jauhkan? Gue penasaran lo orangnya kayak gimana, jadi gakusah lama-lama, lo obral deh tuh Facebook sama Twitter lo. Ok ok hihihi ^^V

Anya langsung mengirim SMS yang lumayan panjang itu ke line SMS Morgan. Anya lalu menunggu kapan SMS nya dibaca, tetapi sampai jam 23:30 pun, belum di baca SMSnya. Mata Anya sudah mulai menurun daya kapasitasnya, mungkin sudah 3 watt, tetapi dia tetap semangat mendengar sang penyiar itu.

“ok udah jam setengah 12 malam nih, tinggal setengah jam lagi gue siaran. Tetapi ada satu SMS yang daritadi gue tahan buat penutup siaran gue kali ini, dan SMS ini sangat spesial”, Anya masih tetap mendengarkan suara Morgan.

“akhirnya, gue dapet SMS dari Anya, yeah. Ok gue bacain ya sekarang. ‘Hi Morgan, gimana kabar lo? Udah makan belum?’ Alhamdulillah gue udah makan kok Anya. ‘Gue udah seminggu gak dengerin lo siaran, itu membuat gue gimana gitu, gue lagi sibuk sama kegiatan gue disekolah, maklum lah kan anak kelas XII. Trus hari ini gue dengerin lo lagi,padahal awalnya gue langsung mau langsung tidur nih karena capek ngerjain tugas kimia yang sebenarnya masih rada gak ngerti, tetapi entah kenapa ada aja dorongan buat nyalain radio, ya sudah gue nyalain radio deh’ ini lumayan panjang ya SMSnya”, kata Morgan yang berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.

“’gue sangat kaget karena ternyata lo kangen sama gue! Gue sekarang jadi senyum-senyum sendiri nih gara-gara lo.lo harus tanggung jawab kalau gue tiba-tiba dikira gila sama nyokap gue. Yang lebih gue kaget, jadi peraturan konyol itu udah dihapus? Wah senangnya jadi gue bisa kenal lo lebih jauhkan?’ oh tentu nya lo bisa kenal gue lebih jauh, bakal gue mau deket banget sama lo.’gue penasaran lo orangnya kayak gimana, jadi gak usak lama-lama, lo obral deh tuh Facebook sama Twitter lo, ok ok’ ok deh nya, tetapi gue sekarang pengin jujur sama lo sekarang”

Anya semakin penasaran saat Morgan berkata ingin jujur sama dia.

“hmm sebenarnya gue udah pernah deket kok sama lo, lo masih inget gak saat crew MM Radio ke BeJs, lo sama temen lo yang bantuin gue buat beresin ruang jurnal untuk tempat audisi”

Anya semakin penasaran dengan perkataan Morgan. Dia lalu berpikir sebentar.

“yang bantuin dia beresin ruang jurnal buat jadi tempat audisi, waktu itu gue bantuin kak Mario sama mas Toni, tapi yang jadi Morgan yang mana?”

“lo yang ngewawancarain gue. Udah tahu kan gue yang mana? Hehehehe”, suara Morgan semakin merendah seperti bercerita dengan bisik-bisik. Anya yang tadinya sudah mulai mengantuk, seketika itu juga dia langsung melek lagi.

“jadi, Morgan itu….”, Anya masih tercengang dengan perkataan dari suara radio itu.

***********

Mario yang masih menganggurkan microphonenya, terdiam sejenak.

“ok deh, udah jam 12 malam nih, lumayan kan dapat cerita curhatan dari penyiarnya langsung, hehehe gue tutup acara ini lagu terakhir gue. Ivan Handojo yang Pada Waktunya, buat Anya, nya, aku sayang sama kamu”

Siaran Mario selesai dengan alunan lagu yang dia putar. Sekarang semua beban yang terpikirkan oleh dirinya sudah pol dikeluarkan. Hanya karena dia menyampaikan kritikan Anya kepada Toni, Toni langsung mendukung reformasi yang diajukan oleh Mario dan Toni langsung menyampaikan pendapat Mario ke Bosnya. Tidak disangkah kalau pendapat Mario bisa dicerna oleh bosnya dan sekarang peraturan itu telah dihapus di kantor MM Radio.

“udah selesai mas Mario dengan pernyataan cinta dadakannya?”, kepala Brenda muncul dari balik pintu studio.

“eh Brenda, hehe ya begitulah”, Mario sekarang hanya duduk di kursi studio sambil menikmati lagu yang sedang diputar.

“menurut lo dia bakal nelpon lo?”, tanya Brenda kepada Mario

“gue harap dia bakal telpon gue, dia kan udah megang nomor HP gue”

“kenapa gak lo duluan yang nelpon?”

“nah itu dia bodohnya gue, gue lupa minta nomor HP dia”

Brenda lalu menghela nafas mendengar perkataan Mario tadi. Mario juga ikutan menghela nafas dengan kepasrahannya.

“gimana kalau dia lupa kalau dia punya nomor lo?”, tanya Brenda kepada Mario

“haduh sedih banget gue dilupain. Tapi bisa juga sih”, kata Mario yang sekarang mirip anjing yang memelas.

Mereka berdua lalu terdiam, memikirkan pikiran mereka masing-masing.

“ya sudah, gue pulang duluan ya, lo seperti biasa kan nginep disini?”, kata Brenda sambil berdiri dari sofa studio.

“ya gitu deh. Udah kayak tempat tinggal sendiri nih kantor, haha”

“ya sudah, hati-hati ada sutiyem nemenin lu”

“eh udah napa”, kata Mario yang langsung melempar bantal kursi studio ke Brenda. Sialnya tidak mengenai Brenda, tetapi mengenai pintu yang sudah keburu ditutup oleh Brenda.

Yang belum tahu, Sutiyem adalah ‘penunggu’ kantor. Katanya sih, OB yang nginep di lantai paling atas, sering melihat dia suka nyanyi di atap gedung. Awalnya Mario tidak percaya dengan cerita itu, tetapi dengan cerita yang makin hari makin serem, dia makin tidak ingin percaya, bahkan dipaksa tidak ingin percaya.

Mario lalu beranjak menuju sofa studio dan tiduran disana. Jam sudah menunjukkan pulu 00:20, tidak ada tanda-tanda bunyi telepon dari Anya. Mario mulai menyerah, setidaknya dia sudah berusaha untuk menyatakan perasaan sebenarnya kepada Anya. Beberapa menit kemudian rasa ngantuk sudah menyelimuti tubuh Mario, dan akhirnya dia tertidur pulas.

************

“jadi itu ya yang namanya Anya kelas XII IPA 3?”

“iya yang itu. sumpah dia tadi malem beruntung banget ditembak sama Morgan tadi malem”

“hah yang bener sumpah. Gue juga pengin”

“eh jadi Anya itu anak siapa??”

Beberapa pertanyaan bisik telah Anya dengar setelah sampai disekolah, dari hari pagi sampai jam istirahat makan siang. Cherris yang menemaninya daritadi pagi malah memasang tampang prihatin sama Anya.

“kok tampang lo gak enak sih?”, tanya Anya kepada Cherris.

“gue kasihan sama lo”, kata Cherris dengan singkat.

“kasihan kenapa?”

“habis lo jadi bahan omongan satu sekolahan”

“hahaha biasa aja kali”

Lalu mereka didatangi oleh Rifa, adek kelas yang juga termaksud dalam anggota jurnalistik.

“eh kak Anya kak Cherris, nih majalah sekolahnya udah dicetak, mau secepatnya di terbitkan, cuman kata Rere minta izin sama kalian berdua dulu”, kata Rifa kepada mereka berdua.

“coba sini liat cetakan nya dulu, ini cetakan keberapa?”, tanya Cherris kepada Rifa

“cetakan pertama kak”

Cherris melihat dari lembar perlembar, lalu berhenti di rubik Wawancara.

“eh nya,liat deh”, kata Cherris kepada Anya. Di rubik Wawancara terlihat foto Mario bersama dengan Anya dan Cherris. Isinya tentu adalah wawancara saat MM Radio datang kesekolah dalam rangka promosi Modeling School 2011. Melihat foto itu, Anya menjadi Kangen dengan Mario.

“heh nya, lo lama banget liat rubiknya, liat rubiknya apa fotonya?”, goda Cherris

“enggak kok, hanya melihat takut ada kesalahan cetak”, kata Anya dengan singkat.

Cherris dan Rifa yang mendengar perkataan Anya yang singkat itu hanya menanggapinya dengan kata oh yang diakhiri dengan tertawa kecil.

“ya sudah ini langsung cetak perbanyak saja, besok kamu terbitin ya”, kata Anya kepada Rifa.

“ok deh bos”, kata Rifa yang mengambil majalah itu dari tangan Anya dan pergi meninggalkan Anya dan Cherris.

Cherris dan Anya pun terdiam. Lalu ada suara yang mengagetkan mereka berdua. ‘kriuk kriuk’

“ehehe, ini suara perut gue, laper banget”, kata Cherris kepada Anya.

“lo bilang dong kalau lagi lapar, ya sudah yuk ke kantin”

Mereka yang sedaritadi duduk di kursi taman langsung beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

**************

Saat pulang sekolah, Anya berjalan begitu pelan. Perjalanan yang biasanya hanya ditempu 20 menit jika berjalan kaki sekarang terasa lama. Anya yang sudah terbiasa pulang sendiri dengan malas mengangkat kakinya saat berjalan. Dia pikir dengan adanya kejadian tadi malam, dia akan didatangi oleh Mario di sekolah, walaupun hanya untuk memperjelas hubungan apa yang sekarang dijalani oleh Mario dan Anya, tetapi harapannya itu pupus begitu saja.

Sebenarnya jalan pulang ke rumah bisa dari mana saja, tetapi entah kenapa kaki Anya melangkah menuju kantor MM Radio yang kebetulan dekat dengan sekolahnya. Saat di depan kantor tersebut, Anya sempat melihat kearah pintu masuk gedung tersebut. Dia tunggu sebentar, siapa tahu Mario keluar disaat yang tepat, tetapi karena itu sesuatu yang tidak mungkin, Anya langsung berjalan kembali dengan pelan.

Ternyata takdir bekata lain, saat Anya berjalan dengan pelannya, Mario yang bersiap untuk pulang kerumah melihat Anya di dekat kantornya. Disaat itu juga Mario langsung memanggil nama Anya.

“Anya!”, panggil Mario dengan lantang, seperti memanggil serdadu yang ingin di siding.

Anya yang terkejut karena namanya dipanggil langsung berbalik badan dan mendapatkan Mario yang berdiri di pintu kantor. Mario lalu mendekati Anya.

Di hati Anya ada suara-suara yang membuatnya jantungnya menjadi dag-dig-duk. Antara pilihan mau melanjutkan perjalanan pulang dengan cara jalan cepat atau tetap berdiri mematung menunggu Mario sampai dihadapannya. 4 meter lagi, 2 meter, 1 meter hingga akhirnya Mario sudah tepat didepannya.

“kamu baru pulang sekolah?”, tanya Mario kepada Anya.

“hmm i-iya, baru pulang sekolah”, kata Anya terbata-bata.

“oohh kok lewat kantor? Atau emang setiap pulang kamu lewat kantor?”

“heh i-iya gitu deh”

Melihat sikap Anya yang sedikit canggung, Mario pun tidak banyak basa-basi.

“hmm soal yang kemarin malam….”, sebelum Mario melanjutkan perkataannya, Anya sudah memotongnya.

“Jadi yang tadi malam itu beneran?”, tanya Anya kepada Mario.

“ya, semua itu benar. Masa kamu gak mengenali suara aku sih?”

“aku cuman kaget, semuanya tuh diluar bayangan aku aja”

Ekspresi Anya sekarang seperti ingin menangis, tetapi ditahan olehnya. Mario yang menyadari sikap Anya yang seperti cewek-digantung-cinta jadi bingung harus gimana.

“maafin aku karena tidak langsung menelpon mu setelah siaran selesai”

“kakak kok jahat sih gak ngabarin aku langsung, kan aku bingung banget setelah itu”

“ya kan aku gak tahu nomor kamu, kamu yang punya nomor aku bukannya telpon”, kata Mario yang sedikit sewot karena seperti disidang oleh Anya.

“ya masa aku telpon, kan gak enak banget cewek duluan yang telpon. Kakak juga kan bisa lihat nomor aku di line SMS”

Kebodohan Mario yang kedua kalinya. Mario baru sadar kalau nomor Anya bisa saja ada di line SMS.

“hmm ya sorry, aku gak kepikiran sampai situ”, kata Mario dengan pasrah.

“iya kok gak papa”, kata Anya sedikit menyekat air matanya yang sudah mulai keluar.

“kok kamu nangis?”, kata Mario mulai panik. Takut dikiran habis mencegat-gadis-SMA-lalu-dinikahin-sirih.

“habis, aku mikirin kakak dari kemarin”, kata Anya jujur kepada Mario. Mendengar kejujuran Anya, Mario jadi ingin tersenyum.

“ya sudah jangan nangis lagi, aku anterin kamu pulang ya”, kata Mario sambil menyeka air mata yang sudah jatuh ke pipi Anya.

Lalu, tangan Anya digandeng oleh Mario dan pergi mendekati motor Mario.

“trus sekarang kita apa dong?”, tanya Anya dengan polosnya.

“apanya apaan?”, kata Mario sok-sok tidak mengerti.

“yaa itu, hmm hubungan kita sekarang apa?”

“kamu maunya apa?”, kata Mario yang mendekatkan wajahnya ke wajah Anya. Membuat pipi Anya menjadi bersemu merah.

“ih kakak mah jangan deket-deket banget dong”, Anya langsung mendorong Mario menjauh.

“hahaha mukanya langsung memerah gitu, haha”, kata Mario yang mendapatkan cubitan kecil dari Anya.

“iya iya sayang”, kata Mario yang sedikit mengernyit, tetapi dia langsung mencium kening Anya. Itu membuat Anya menjadi tersenyum dengan senang.

Mario lalu memberikan helm kepada Anya, dan beberapa menit kemudian, motor yang membawa mereka sudah melaju pergi menuju rumah Anya.

--The End--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar