Rabu, 24 Agustus 2011

Di Saat Selembar Kertas Bercerita....

Di saat semua manusia sudah tertidur di malam ini, ada seorang gadis yang masih terjaga di kamarnya. Bertepatan di sebuah rumah yang cukup mewah, gadis itu masih membaca semua buku pelajarannya. Dia tidak ingin ujiannya besok gagal karena meninggalkan sedikit materi saja. Walaupun dia ingin tetap belajar, ternyata tidak untuk fisiknya.

Gadis itu sudah merasa ngantuk menyelimuti dirinya. Dilihat jamnya sudah menunjukkan pukul 23:30, matanya sudah tidak kuat untuk membuka, dan pada akhirnya dia akan pergi ke tempat tidurnya.

Sebelum dia tertidur lelap, dia mengambil memo nya, dia menulis suatu kalimat yang akan membuatnya semangat keesokan harinya.

“semoga besok akan menjadi hari yang baik dari sebelumnya”

**********

Mandy, gadis yang selalu bercerita di atas kertas, bukan hanya di cerpennya yang setiap bulan selalu ada yang terbaru, tetapi dia juga suka bercerita di memo kesayangannya itu. Beberapa catatan kecilnya itu ada yang dia simpan, ada juga yang dia buang di mana saja, di tempel di dinding gedung, bangku taman, di mana saja. Terkadang dia ingin semua orang tahu apa yang dia rasakan sekarang, karena itu dia menempelkan kertas itu di sembarang tempat.

Tidak ada yang tahu kebiasaan Mandy, karena memang Mandy tidak ingin orang tahu. Dia sangat ingin jika ada orang yang melihat kertasnya menjadi penasaran dan ingin mencari dirinya. Mandy percaya, hanya dengan selembar kertas kecil bisa mempertemukan seseorang yang baik. Itu dinamakan dengan Jodoh bukan?.

Ok berhenti berbicara tentang Mandy, karena Mandy itu adalah aku. Kalau aku terlalu sering menceritakan diriku, nanti aku akan cepat terkenal karena dibicarakan terus. Hehehe maaf aku jadi PD gini.

Aku yang sedari tadi sudah duduk di bangku meja makan sambil memakan roti bakar buatan sendiri, masih tetap membaca buku biologi ku yang lumayan tebal. Haaah aku bingung kenapa pelajaran di jurusan IPA yang paling gampang adalah Biologi, padahal ada pelajaran seperti Kimia dan Fisika, tetapi kalau dilihat, memang pelajaran Biologi yang paling enak.

Bukan, bukan karena aku tidak bisa Kimia dan Fisika, tetapi setahuku Kimia dan Fisika itu harus diajari oleh guru yang bisa berbicara dengan baik dan bahan ajarnya diterima oleh muridnya bukan? Nah sialnya aku tidak dapat guru seperti itu. Jadi, ya akhirnya pelajaran yang paling gampang itu Biologi kan. Disini terbukti kalau guru sangat berperan dalam proses belajar murid.

Berhenti berbicara pelajaran ku karena aku sudah muak belajar. Aku berusaha untuk mendapatkan nilai bagus agar aku tidak bertemu dengan guru itu untuk remedial, dan beruntungnya aku karena jarang bertemu dengan remedial, walaupun nilainya kadang di rata-rata, yang penting aku tidak remedial kan?

Aku melihat jam tangan ku yang sudah menunjukkan pukul 05:30, sudah waktunya aku berangkat sekolah. Kalian pasti berpikir aku berangkat sekolah terlalu pagi, tetapi itulah resiko sekolah jauh, berangkat lebih pagi, dan lebih sialnya, pemerintah memajukan jadwal masuk sekolah dari jam 07:00 menjadi 06:30, sial banget kan?

Sebelum aku meninggalkan rumah, aku menulis pesan untuk mama ku yang masih tertidur dikamar.

“ma aku udah siapin sarapan, dimakan ya ^^V”

Aku menempelkan pesannya di kulkas. Setelah itu aku langsung pergi meninggalkan rumah dan bersiap untuk melanjutkan cobaan hidup di dunia ini.

********

Di pagi yang dingin dan sunyi, jam masih menunjukan pukul 06:00, aku yang sudah menginjakan kaki di SMA Perwira Muda tercinta ini masih melirik-lirik sekitar sekolah. Aku langsung saja masuk ke dalam sekolah, berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Aku sudah melihat para OB yang sedang membersihkan halaman sekolah.

Aku sudah sampai di ruang kelas ku yang berada dilantai 2, aku kelas XI IPA 1, kelas ku paling ujung. Aku langsung saja duduk di bangku ke 3 barisan ke 2. Posisi yang paling ‘aman’ jika ada ulangan. Bukan, bukan karena aku suka menyontek, tetapi yaa, hanya ‘berjaga-jaga’ hehehe.

Beberapa menit aku menunggu teman-teman ku. Tenang saja aku tidak baca buku biologi untuk menunggu teman-teman ku, otak ku sudah full dengan biologi dan sudah ingin memuntahkan ilmunya ke selembar kertas jawaban nanti.

15 menit kemudian, anak-anak sudah datang. 5 orang, 10 orang, hingga akhirnya kelas sudah penuh. Teman sebangku ku, Elle (read: Elle! Bukan Elli!) yang datang paling terakhir. Aku tidak tahu kenapa dia selalu datang paling akhir, mungkin karena dia mencatok rambutnya dulu sebelum berangkat.

“hai El, udah siap biologi?”, tanyaku dengannya. Dia yang langsung duduk disamping ku menoleh kepadaku.

“tenang aja Man, otak gue udah mau muntah gara-gara kepenuhan biologi”, kata Elle ngelantur.

“memangnya otak muntah seperti apa ya? hihihi” kata ku diiringi dengan cekikikan kecil ku.

“mikir saja sendiri, hahaha”

Tiba-tiba, bel tanda masuk kelas sudah berbunyi.anak-anak yang berada di luar kelas masuk kedalam kelas dan duduk di tempatnya masing-masing. Aku dan Elle masih mengobrolkan tentang hal-hal yang sedang hot saat ini.

“eh Man, katanya ada anak kelas X yang nyatain perasaannya loh sama Reihan”, kata Elle memulai percakapan kecilnya

“really? Siapa??”

“namanya Donna, ituloh cewek yang udah cari sensasi semenjak awal masuk sekolah ini”

“oohh Donna itu, kapan dia nembaknya?? Trus diterima gak?”

“ya enggaklah. Tahu sendiri Reihan seperti apa, Reihan tidak suka anak yang suka cari sensasi”

“masa sih? Setidaknya Donna itu cantik. Bagaimana keadaan Donna sekarang?”

“Down, semua orang menjelekkannya di Twitter, Facebook, bahkan Renata kelas XII IPS 3 saja mempostingnya di Blog. Itu menjadi Trending Topic saat ini”

“sepertinya semua orang tidak suka Donna ya”

“begitulah. Semua orang”

Aku dan Elle terus membicarakan kejadian Donna itu. Aku sangat ingin tahu tentang kejadian itu, sangat ingin tahu. Kalau boleh jujur, aku mengagumi Reihan. Masih mengagumi loh, belum suka ataupun sayang. Reihan dan aku tidak terlalu dekat, malah mungkin tidak pernah mengobrol.

Bu Sammy, guru Biologi kamu datang dengan setumpuk kertas yang terlihat masih bersih. Ini dia saatnya, dimana semua isi otak ku yang sudah penuh dengan biologi, akan dimuntahkan.

*********

Bel istirahat telah berbunyi daritadi. Aku dan Elle sudah keluar lebih dulu sebelum bel berbunyi setelah ulangan biologi tadi. Kami yang berada di depan perpustakaan sedang menikmati cemilan yang baru saja dibeli di kantin sekolah. Di selang kami mengobrol, kami melihat Donna yang berjalan di halaman sendirian.

“eh, le, liat Donna deh, kok penampilannya rada beda ya”, kata ku kepada Elle.

“iya ya, tumben dia gerai rambutnya. Biasanya dia bando atau dikat”, komentar Elle tentang gaya Donaa

Donna beda. Pakaiannya lebih simpel, rambut berantakan, dan tidak memakai aksesoris apapun. Dia langsung duduk di bangku halaman, sendirian.

“tumben sendirian, gak ada yang nemenin tuh”, kata Elle

“sudahlah, aku bosan ngomongin Donna terus, aku ke perpus bentar ya cari novel”, kata ku pada akhirnya.

“haha ya sudah aku tunggu sini”

Aku memasuki Perpustakaan dan langsung ke rak tempat novel-novel remaja berada. Aku langsung melihat ke catalog Novel terbaru yang berada di samping rak. Aku melihat-lihat sinopsisnya dan ada beberapa yang bagus, aku lalu mencarinya di antara buku-buku lainnya.

Saat aku membaca-baca beberapa halaman novel yang sudah kudapati, tiba-tiba aku merasa ada yang memperhatikanku dari jauh, aku menoleh kearah yang kurasakan, tetapi tidak ada siapa-siapa di rak novel. Aku melanjutkan membacanya, lalu dengan cepat aku langsung menoleh ke kanan, dan tidak disangkah, ada Reihan yang sepertinya sedang berjalan mendekat kearah ku.

Aku sedikit terkejut, tetapi aku sembunyikan rasa terkejutku, dan aku hanya tersenyum kepada ku. Dia juga membalasnya dengan senyumannya yang manis. My God, aku baru tahu kalau senyumannya manis, dan matanya itu, tatapannya terlihat ringan. Aku juga tidak tahu mata dengan tatapan ringan itu seperti apa, tetapi menurutku, tatapannya ringan saja.

Lalu dia melewatiku begitu saja. Haah, aku pikir dia ingin mengajak ku mengobrol, sedikit kecewa dengan prediksi sok tahu ku ini. Dengan perasaan yang masih kecewa, aku beranjak pergi dari rak novel sambil membawa novel pilihanku, tetapi tiba-tiba, Reihan sudah ada di depanku.

“hmm, kamu yang namanya Mandy kan?”, tanya Reihan kepadaku. Aku bisa menangkap ekspresinya sangat gugup. Kenapa harus gugup sih? Aku juga ikutan gugup nih.

“iya, aku namanya Mandy, dan aku gak akan nanya kalau kamu namanya Reihan karena aku tahu kalau kamu Reihan”, kata ku dengan sangat-sangat ngelantur. Well Mandy kenapa kamu berkata seperti itu sih!

“hehe iya. Gini, kamu ikut OSN Biologi kan?, aku kebetulan di suruh Bu Sammy untuk ikut, cuman aku disuruh ke kamu buat yaa, buat tanya-tanya gitu”

Aku ingin tertawa lihat tingkah Reihan, kok dia jadi terlihat polos gini sih, tidak seperti cowok keren yang dibicarakan kalangan cewek lainnya.

“haha, kamu kok kelihatan canggung sih, kamu susah buat memulai pembicaraan ya?”, judge ku kepada Reihan, Reihan malah jadi makin salting.

“enggak kok. Mungkin karena kita gak pernah ngobrol aja jadi bingung mau ngomong apa”, kata Reihan dengan polos.

“sama aja tahu. Santai aja sama aku, aku gak ganas kok”, kata ku sedikit bercanda, Reihan juga jadi tertawa.

Tiba-tiba bel tanda masuk jam pelajaran berikutnya sudah berbunyi.

“Reihan, gimana kalau nanti saja pembicaraannya dilanjutin, aku mau masuk kelas”

“oh ok ok. Gimana kalau nanti sepulang sekolah?”

“hmm lihat nanti ya, hehe”

Aku langsung meninggalkan Reihan di perpustakaan. Aku lalu menghampiri Elle yang daritadi duduk di depan perpustakaan.

“Mandy kok lama sih, kamu minjem berapa novel??”

“enggak kok, hanya satu, cuman banyak banget yang pengin aku pinjem jadi milihnya bingung deh, hehehe”, kata ku sambil cengengesan.

“sepertinya habis keluar dari perpustakaan jadi seneng gitu, ada apa sih?”

“nanti aku ceritain, yuk ke kelas”

“ya sudah bentar ya”, kata Elle yang langsung membereskan buku-buku disampingnya.

Aku menunggu sambil duduk. Di lantai tempat kami duduk, ada sebuah selembar kertas yang sengaja di tempel. Aku lalu mengambilnya dan ada sebuah kalimat yang tertulis di kertas itu

“She’s so beautiful, she’s so perfect for me”

Ya Tuhan, ternyata bukan aku saja yang mempunyai kebiasaan menulis lalu ditinggal, ada orang lain yang sama seperti ku. tetapi siapa? Nalar penasaranku sudah timbul.

“eh udah yuk, ke kelas”, kata Elle yang mengagetkan ku. aku langsung saja meninggalkan tempat itu dengan Elle sambil membawa kertas yang ketemukan. Aku ingin mencari orang yang menulis kertas ini.

********

Aku lalui pelajaran selanjutnya dengan tenang dan mudah dimengerti, dan beruntungnya aku mengerti dengan pelajaran Fisika yang di ajar oleh Pak Nuturi tadi. Setelah bel pulang berbunyi, aku dan Elle yang memperkirakan bel pulang akan berbunyi sebentar lagi dan sudah membereskan buku-buku kami ke dalam tas langsung saja beranjak dari tempat duduk.

“eh Man ke toilet yuk, mau ganti nih”, kata Elle yang langsung menarik ku saat berjalan.

“oohh ya sudah aku temenin, cepetan ya”

Saat ku menuggu di dekat toilet. Aku mengeluarkan kertas yang tadi aku temukan dari kantong ku, aku masih penasaran dengan orang yang menulisnya, lebih penasaran lagi dengan orang yang dimaksud si penulis. Lalu aku punya ide cemerlang. Aku mengambil memo ku dan mengambil selembar kertas.

“dari mana kamu tahu dia sempurna? Aku yakin dia ada kekurangannya. Lebih baik kamu menyukai kelebihan dan kekurangannya daripada kamu menyesal nantinya”

Aku menempel kertas itu di tembok dekat mading yang kebetulan dekat toilet. Aku juga menempelkan kertas si penulis itu di sampingnya. Aku berdoa mudah-mudahan si penulis melihat komenter ku atas tulisannya.

Elle yang sudah selesai mengganti ‘roti jepang’nya langsung menghampiriku. Kami berjalan menyusuri koridor dan keluar dari daerah sekolah, saat melihat jalanan depan sekolah yang masih ramai, aku mengajak Elle duduk dulu di dekat pos satpam. Sambil menunggu jemputan Elle, aku membicarakan kejadian tadi di perpustakaan.

“eh tadi di perpus kamu lama ngapain sih?”, tanya Elle kepada ku.

“oohh iya, tadi masa di perpus, aku ketemu sama Reihan”

“trus-trus? Setelah ketemu Reihan?”

“gak tahu kenapa ajaib apa emang kebetulan, Reihan ngajak aku ngobrol”

“serius? Ngobrol apaan??”

“cuman ngomongin OSN biologi sih, cuman yaa gitu karena bel masuk jadinya gak ngelanjutin deh ngobrolnya”

“yaah, trus kalian ngelanjutin ngobrolnya kapan lagi?”

“hmm kata dia sih habis pulang ini. cuman kok daritadi aku gak liat dia ya, mungkin gak ketemu kali, huhu sedih”, kata ku sambil pura-pura sedih, atau emang beneran sedih?

“cieee, dideketin sama cowok populer, hahaha. Nanti kalau beneran deket siapin PJ ya”

“yeee gak gitu juga kali. Tapi lihat nanti aja deh”

“tuh kan ketahuan suka yaa sama Reihan, hahaha ketahuan”, kata Elle sambil ngegodain aku.

“iihh kan belum sekarang. Tapi tahu kan nanti”, kata ku dengan santai.

Tiba-tiba ada suara klakson mobil yang mengagetkan aku dan Elle, di depan kami sudah berhenti mobil Jazz warna silver. Kami barengan ngelihat kearah dalam, lalu jendela mobil (aku gak tahu kalau di otomotif jendela mobil disebut apa sih?) terbuka. Ternyata itu mobil Reihan, aku dan Elle terkejut. Kita saling lihat dan lalu melihat Reihan.

“hai Mandy, gak pulang?”, sapa Reihan kepada ku.

“hmm belum nih. Hehehehe”

“ya sudah, bareng yuk, aku anterin pulang”, ajak Reihan kepada ku. Aku menoleh kearah Elle. Elle memberikan sinyal setuju kepadaku.

“hmmm tapi aku lagi nungguin Elle… auh!”, kata-kata ku terhenti karena kaki diinjak oleh Elle.

“udah kok gak papa pulang aja sama Reihan, hehehe”, kata Elle sambil cengengesan.

Aku yang sudah pasrah, mengiyakan ajakan Reihan. Aku langsung melangkah menuju mobil Reihan dan membuka pintu sebelah kiri.

“Elle,aku pulang dulu yaa, daaah”, kata ku kepada Elle

“iyaaa dadaaah Mandy”, kata Elle yang sangat terlihat dirinya sangat senang.

Beberapa menit kemudian mobil Jazz itu sudah melaju pergi dari sekolah. Di dalam mobil, Reihan diam, aku pun juga diam. Diam seribu bahasa. Aku juga tidak yakin kalau bahasa itu ada seribu, pasti lebih banyak dari seribu.

Lalu, Reihan dengan insiatifnya mengambil kumpulan menyalakan tape nya dan memutarkan lagu Lady Antebellum yang Need You Now.

“wau, lagu kamu romantis juga ya”, kata ku yang tiba-tiba keluar begitu saja, bagus Mandy, setidaknya ada topik pembicaraan yang keluar.

“hehehe, memangnya cowok harus lagu yang ngerock terus, enggak kok. Ada yang suka mellow kok”

“termaksud kamu??”

“yaa begitulah, eh iya kamu kelas XI IPA 1 kan ya?”

“iya dan kamu kelas XI IPA 3, gak mungkin kan aku nanya balik kalau udah tahu, hihihi”, kata ku dengan keceplosan lagi.

“hahaha kok kamu lucu sih, sukanya to the point gak suka basa-basi”

“siapa bilang gak suka basa-basi, itu juga termaksud basa-basi kali”

“oh iya kata Bu Sammy kamu biologinya bagus banget, aku jadi mau tahu kelebihan kamu”

“hmm sepertinya tidak juga, soalnya tadi setelah ulangan biologi aja langsung pusing banget. Haaah”, kata ku langsung membantingkan kepala ke jok mobil.

Aku tidak tahu ini adalah sebuah kesialan atau keberuntungan, jalanan menuju rumah ku sedang macet. Sialnya, aku sudah ingin cepat-cepat sampai rumah dan istirahat, kepala ku sudah ingin pecah rasanya. Beruntungnya, ya gitu deh, bisa lama-lama disamping Reihan.

Loh? Kok seneng sih kalau aku lama-lama di sebelah Reihan?? Ada apa gerangan nih?? Masa aku suka sih sama Reihan? Masa aku … aku cin… aaah apaan sih Man!!

“Mandy, kok bengong?”, suara Reihan menyadarkan aku dari kebengongan sesaat.

“eh enggak kok. Aku ngantuk. Habis kena macet”, jawab ku dengan lemas.

“kamu sakit ya?, kok mukanya merah gitu?”, kata Reihan kepadaku. Haah aku sadar kalau badan ku seperti ditiban oleh berton-ton baja.

“enggak kok, aku gak sakit, cuman pengin cepat-cepat pulang”

Saat mobil sudah keluar dari kerumunan mobil yang terjebak macet, Reihan langsung tancap gas dan mobilnya melaju dengan cepat. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, karena kepala ku sudah pusing dan beberapa detik kemudian aku tertidur dengan lelap.

*********

Rasa nyaman, itu yang aku rasakan sekarang. Tidur di kasur yang empuk, dan aku mencium bau masakan yang enak.

Wait! Ini dimana?? Saat itu juga aku langsung terbangun. Aku sudah berada di kamar ku, dengan seragam yang masih menempel dibadanku. Itu tadi, saat pulang bareng dengan Reihan bukan mimpi kan? Haaah aku harap bukan.

“sayang, kamu baru bangun?”, suara mama yang tiba-tiba masuk kamar mengagetkan aku.

“ma, tadi aku dianterin siapa??”, tanya ku dengan sigap, sampai mama terlihat kaget dengan pertanyaanku.

“sama teman kamu. Dia yang gendong kamu sampai kamar. Kalau tidak salah, namanya Re..Ra.. Reihan”

Jadi, aku dianterin Reihan bukan mimpi, tapi memang kenyataan.

“tapi kok aku sampai di gendong ma??”

“lah ya jelas kamu sakit. Tahu-tahu tertidur di mobil kata Reihan, makanya kamu kalau belajar jangan terlalu dipaksa, nanti kesehatanmu terganggu”

Aku melihat mama membawa semangkup sup daging sapi dan sepiring nasi. Loh? Setahu ku mama tidak bisa bikin sup daging deh.

“ini tadi Reihan beliin kamu sup daging sapi saat kalian dalam perjalanan pulang tadi, dan ini juga ada pesannya, katanya kamu harus makan”

“iya ma iya, aku pasti makan kok”, kata ku kepada mama.

“ya sudah mama mau siap-siap kerja dulu, mama ada meeting sampai malam loh, jaga rumah”

Mama lalu meninggalkan aku sendirian di kamar. Aku langsung mengambir nampan yang diatasnya ada makanan dari Reihan. Diatas nya ada selembar kertas, mungkin ini pesan dari Reihan.

“dimakan ya, ini aku beliin khusus buat kamu. Istirahat yang cukup dan jangan lupa minum obat, Reihan”

Kok so sweet banget sih? Aku sampai senyum-senyum sendiri melihatnya. Aku langsung memakan sup itu dengan lahap. Saat aku makan, tiba-tiba suara HP ku berbunyi di meja samping tempat tidur. Aku langsung meraih HP ku dan melihat ada 1 SMS. SMS dari Elle.

“eh Mandy gimana tadi pulang nya?? Sampai dengan selamat kan??, wkwkwkw”

Maksudnya sampai dengan selamat ini apa??, aku langsung saja membalas dengan cepat.

“maksudnya sampai dengan selamat apaan nih??? Iyalah aku sampai dengan selamat tidak ada lecet. Cuman badan ku panas dingin nih gara-gara kecapaian belajar. Reihan bawain aku makanan loh, hihihi ┐(^•^┐)”

Baru beberapa menit aku tinggal HP di samping ku, HP nya berbunyi lagi. Aku lihat kembali ada 1 SMS dari Elle.

“eh ciee deh. Makanan apa tuh?? Makanan yang dibikin dengan rasa cinta ya?? Hahaha”

“enggak juga sih, tapi dibeliin. Week salah kan :P tapi seneng sih dibeliin sama dia ☺”

“kalau udah perhatian kayak gitu, itu tandanya si Reihan suka sama kamu Mandy, hahaha tinggal nunggu ditembak aja dah itu”

“yaaa, gimana ya. Lihat nanti saja. Hahahha”

“iihh kenapa sih Man kamu selalu bilang ‘lihat nanti saja’, emangnya kamu gak mau?”

“bukannya gak mau, tapi kan siapa yang tahu sih cerita kehidupan selanjutnya”

“ya kenapa kita gak berusaha buat ngerencanain cerita kehidupan selanjutnya?”

Aku langsung terdiam dengan SMS terakhir Elle, apakah kita bisa merencanakan cerita kehidupan selanjutnya? Takdir? Bisa kah?

*******

Keesokan harinya, aku datang ke sekolah seperti biasa, tetapi aku datang lebih telat dari biasanya, mungkin karena aku sangat kecapaian, jadi tidurku juga lebih lama, bahkan aku tidak belajar sama sekali.

Saat aku sampai di sekolah, aku sempat melihat mading yang ada di dinding-dinding koridor, memang di sekolah ini mading nya sangat banyak. Aku lebih sering lihat mading yang ada di dinding koridor ini, dan saat ku lihat, ada sesuatu yang mengejutkan. Aku menemukan selembar kertas misterius itu lagi!

“Aku sudah berusaha untuk mendekatinya, dan ternyata kau benar, dia ada kekurangannya, tetapi cinta itu harus apa ada nya kan? aku akan tetap mendekatinya”

Ya ampun, orang ini sangat tahu bagaimana membuat aku menjadi lebih penasaran. Dia sangat romantis. Dia ini cewek, apa cowok ya? Kalau cowok, sangat lah beruntung cewek yang dicintainya. Aku lalu mengambil memo dan mengambil selembar kertas lagi.

“kalau begitu kejar lah terus. Aku tahu kau pasti bisa”

Tentunya aku tidak menempel kertas itu di mading kembali, aku mencari tempat yang menurutku, pasti ditemukan oleh si misterius ini. Lalu aku menemukan tempat yang bagus. Perpustakaan!

Aku sadari, si misterius ini suka menyebarkan kertas ini sama sepertiku, mungkin hobinya juga sama seperti ku, suka pergi ke perpustakaan. Aku langsung pergi ke perpustakaan.

Sesampaiku di perpustakaan, sangat disayangkan perpustakaan masih di tutup. Ekspresiku menjadi kecewa dan sedih. Pada akhirnya aku hanya menempelkan kertas itu di samping pintu perpustakaan. Tiba-tiba dari belakang ada yang mengagetkan aku. aku langsung saja menoleh ke belakang dan mendapatkan Reihan sudah ada di depan ku.

“Hai Reihan, gimana kabar mu hari ini?”, tanya ku kepada Reihan. Itu seperti pertanyaan orang konyol bukan?

“lumayan lah. Tidak terlalu buruk. Gimana keadaan mu? Sudah sembuh?”, tanya balik Reihan kepada ku.

“yaap lumayan lah. Maaf ya kemarin udah ngerepotin. Makasih juga makanannya. Kebetulan aku suka sup daging. Hehehe”

“oh ya? Syukurlah karena aku juga suka sup daging. Kalau lagi sakit pasti disediakan itu oleh mama ku”

“wau ternyata kita banyak kesamaan ya”

Reihan diam, aku pun juga diam. Diam seribu bahasa, dan aku juga tidak akan ngejelasin lagi kalau sebenarnya bahasa itu bukan seribu tapi lebih.

“Mandy, ke kelas bareng yuk”, tiba-tiba Reihan berkata seperti itu kepadaku.

“hmm baiklah”, kata ku dengan pelan.

Aku memulai berjalan menuju kelas, dan Reihan menyeimbangkan jalannya agar seiring dengan ku. Di perjalanan, kami berdua diam. Entah kenapa aku merasa jantung ku seperti berdetak lebih cepat dari detakan normal, aku merasa suhu badan ku meningkat hingga suasana di sekitar ku menjadi panas. Aku menoleh kearah Reihan. Kelihatannya dia sangat gugup, tetapi kenapa gugup? Apa karena berjalan bersama ku? tetapi kenapa?

“Reihan kenapa tiba-tiba kamu mengajak ku berkenalan waktu itu?”, kata ku dan aku berhenti berjalan. Reihan juga berhenti berjalan di saat bersamaan.

Kelihatannya suasana tidak mendukung perkataan ku. Koridor dimana aku berada masih sangat sepi, aku sempat melirik kearah jam tangan ku dan waktu menunjukkan pukul 06:20. 10 menit lagi bel masuk akan segera bunyi, tetapi kenapa Reihan lama menjawab pertanyaan ku.

“hmm kan mau ngomongin soal OSN”

“hanya itu? soalnya kalau soal itu aku akan langsung menyampaikannya ke Bu Sammy”

“ya sudah. Trus apa?”, pertanyaan Reihan sangat membingung kan.

“maksudnya?”

“maksudku setelah kau menyampaikan soal keikutsertaan ku dalam OSN ke Bu Sammy,apa lagi kelanjutannya?”

Aku benar-benar bingung dengan pertanyaan Reihan, yang dia maksud apa sih?”

“ya sudah. Kau ikut OSN Biologi”

“trus kita gimana?”

Pertanyaan Reihan yang satu ini lebih membingungkan. Apa maksudnya kita? Memangnya kita selama ini bagaimana?

“maksud kamu apa sih han, aku gak ngerti”

“yaa, memangnya kita gak bisa lebih dekat?, nanti kalau soal ini sudah selesai, hubungan kita sudah selesai gitu?”

“Reihan, kok kamu ngomongnya jadi bertele-tele, intinya apa sih?”

Reihan jadi menatap ku sangat lekat, sedangkan aku, sama sekali tidak berani, kadang aku memanglingkan wajah ku, kadang menatapnya, yang terpenting sekarang adalah intin dari pembicaraan Reihan apa?

“intinya adalah..”, tiba-tiba Reihan mendekatkan jaraknya kepada ku dan memegang pergelangan tangan ku.

“aku ingin lebih dekat dengan mu, aku tidak ingin jauh dari mu. Aku sudah cukup nyaman di dekat kamu dan..”, perkataan Reihan terputus begitu saja.

Aku sekarang mengerti apa yang dimaksud Reihan. Reihan masih tetap memegang tangan ku, bahkan lebih erat. Seperti tidak ingin kehilangan sesuatu.

“Reihan, aku….”, perkataan ku terputus dengan bunyi bel masuk yang nyaring.

“lebih baik kita ke kelas”, kata Reihan dengan cepat. Dia tetap memegang tangan ku, bahkan menariknya agar aku bisa berjalan disampingnya. Aku membiarkan dia tetap memegang tangan ku. Aku bahkan senang dengan sikap Reihan seperti itu. Sangat terlihat kalau Reihan sangat posesif, tetapi tidak apa-apa kok.

*********

Saat jam makan siang, aku sama sekali tidak nafsu makan, lebih tepatnya, mager alias malas gerak. Aku duduk-duduk saja di bangku sambil membaca novel yang baru aku pinjam kemarin di perpustakaan. Setelah Bel istirahat berbunyi, Elle sudah langsung pergi keluar, katanya mau beli makan siang di kantin. Dia juga ingin membelikan makan siang untuk ku agar aku cepat sembuh, senangnya punya sahabat seperti Elle.

Di kelas hanya ada aku di kelas. Suasana semakin sunyi dengan aku yang terlalu serius membaca novelnya. Karena semakin sepi, aku akhirnya mengambil IPod ku di dalam tas dan memasangkan earphonenya ditelingaku, aku memutar playlist yang ada di IPod dan memilih lagu Party Rock Anthem nya LMFAO. Suasana yang tadinya sunyi menjadi ramai dengan adanya lagu ini, sampai aku berhenti membaca dan menikmati lagu ini. aku mengubah posisi duduk ku dengan membungkuk kan badan ku dan wajah ku mengenai meja. Beberapa lama aku dengan posisi ini, lagu sudah keganti dengan lagu Need You Now nya Lady Antebellum. Aku jadi keinget lagu ini saat Reihan mengantar ku pulang. Aduuh jadi kepengin pulang bareng lagi.

Aku lalu mengambil memo ku dan menuliskan beberapa kalimat di beberapa kertas.

“aku ingin kejadian indah itu terulang lagi”

“ya Tuhan, kapan aku bisa bersatu dengan nya”

“aku akan berusaha untuk merencanakan cerita kehidupanku agar aku bersamanya, selamanya”

Untuk kertas ketiga dengan kalimat terakhir tadi, aku menjadi lebih bersemangat. aku ambil selembar kertas ketiga tadi dan menempelnya di kaki meja sekolah. Setelah menempelkan kertas itu, aku langsung mengangkat badan ku dan ternyata sudah ada Elle di depan ku. Dengan membawa 2 kotak makan siang, Elle langsung duduk disamping ku dan memberikan kotak makan siang itu kepadaku.

“tuh aku traktir beef teriyaki. kamu suka kan makan itu”, kata Elle diiringi dengan senyum manisnya itu

“hehe iya tahu aja sih kamuu ihhh”, kata ku sambil mencubit pipinya yang sedikit tembem.

“iihh Mandy sakiit. Lama-lama pipi ku tirus gara-gara kamu cubitin”

Kami segera melahap menu makan siang kami dengan lahap. Di selang makan siang kami, ada seseorang yang memasuki kelas, dan aku melirik kearah pintu dan ku lihat Reihan berdiri di pintu kelas. Aduh, kok dia kelihatan keren sih di depan situ.

“ciee disamperin pacar, hihih”, bisik Elle sambil cekikikan.

“ih, belum tahu”, kata ku sambil mencubiti pipi Elle lagi.

Aku lalu beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Reihan.

“ngapain han kesini?”, tanyaku dengan senyuman manis (mudah-mudahan senyum ku manis di depan Reihan)

“cuman mau ke kelas kamu, nyamperin kamu. Lagi makan siang ya, padahal aku mau ngajak kamu makan siang di kantin”, kata Reihan kepada ku.

“yaah, kebetulan aku lagi mager ke kantin, jadi Elle beliin aku makan siang. Lagi pula badan aku masih lemes”

“oohh badan kamu masih panas?”, kata Reihan yang tiba-tiba memegang pipi ku. secara otomatis pipi ku langsung memerah. Aku sedikit menjauh dari Reihan karena takut salting.

“eh sorry, cuman ingin memastikan keadaan kamu saja”, kata Reihan yang langsung menjauhkan tangannya dari wajah ku. aku lihat dia juga langsung salting.

“gak papa kok, kan cuman memastikan. Mau masuk kelas aku dulu atau kamu mau balik ke kelas kamu?”

“kayaknya balik ke kelas deh, lagipula kamu sama temen kamu. Oh iya nanti pulang bareng ya?”

“ok, nanti aku tunggu di pos satpam”, kata ku

Reihan lalu pergi meninggalkan senyuman manisnya saat berkata bye kepadaku. Aku seperti lagi berada di langit ketujuh bersama para malaikat dan melihat sunsite dari awan yang tebal. Biarin aku terlihat lebay, semua orang kalau lagi jatuh cinta pasti lebay kan?

Apa? tadi aku bilang jatuh cinta? Hah ya sudahlah ku akui kalau aku lagi jatuh cinta. Lalu aku berbalik badan ingin kembali ke meja, tetapi Elle dengan enak nya, berteriak sesuka hati.

“CIEEEEE YANG TADI PIPINYA DIPEGANG!!”

Astaga Elle, tidak tahu sikon apa kalau kelas udah penuh sama anak-anak?? Sepertinya butuh disumpelin juga sama kapas pembersih wajah agar suara cemprengnya tidak keluar dengan sangat polos.

********

Sebulan sudah berlalu begitu saja, dan sebentar lagi sekolah akan mengadakan UTS (Ulangan Tengan Semester). Aku yang juga sibuk dengan OSN Biologi baru seminggu yang lalu menyelesaikan seleksi OSN Biologi, yang bikin deg-degkan, kenapa pengumumannya sangat lama, mudah-mudahan aku mendapatkan peringkat pertama.

Lalu, soal si penulis misterius itu, aku sudah tidak menemukan kertasnya lagi. Huhuhu padahal aku sangat berharap menemukannya. Apa dia tidak menemukan kertas yang aku tulis? Atau aku tidak menemukan kertasnya lagi? Hah tidak tahu lah, semua sudah takdir yang mempertemukan kami.

Soal Reihan? Hah hubungan kami seperti tergantung. Aku tahu Reihan suka dengan ku dan Reihan sendiri tahu bagaimana perasaan ku, tetapi kenapa dia tidak menyatakan perasaannya kepadaku, padahal sudah jelas-jelas kalau dia melakukannya, aku tidak akan menolaknya. Huh nyebelin!

Tetapi setidaknya hubungan aku dengan Reihan masih berjalan dengan baik. Dia masih mengantarku pulang dan memberikan perhatian lebih kepadaku, dan aku senang akan itu, tetapi tetap saja, kapan peresmian hubungan kami dari seorang “sahabat” menjadi “sepasang kekasih”.

Aku sekarang berada di sekolah. Aku dengan beberapa murid lainnya sedang ada tambahan materi Fisika dalam rangka memmpersiapkan diri dalam UTS nanti. Aku sangat bersyukur dengan ada nya kelas tambahan ini, tahu saja kalau aku sangat buruk dalam Fisika, setidaknya dalam ulangan nanti, aku mendapatkan nilai yang tidak pas-pas an lagi.

Kelas tambahan materi berjalan begitu cepat. Aku dan beberapa murid lainnya bubar pada jam 17:00. Suasana sekolah sudah pada sepi, anak-anak yang lain ternyata sudah ada yang dijemput, tinggal aku sendiri yang berada di pos satpam. Bukan, bukan karena aku dijemput, cuman bingung mau pulang sekarang apa tidak. Saat aku duduk di pos satpam, aku mendengar ringtone HP ku. aku lalu mengambil HP ku di saku rok ku dan membukanya, ada 1 SMS dan itu dari Reihan.

“Mandy, kamu masih di sekolah? Aku jemput ya. Aku tahu kamu pasti pulang sendiri, ehehe”

Hihi, Reihan sok tahu. Tahu darimana kalau aku pulang sendiri, tetapi pada kenyataannya memang aku pulang sendiri.

“iya kebetulan aku masih disekolah. Memangnya gak ngerepotin?? Nanti kamu dicariin ortu kamu loh (>.<)”

“enggak kok, aku baru pulang dari les dekat sekolah. Aku jemput ya?”

“ok deh. Aku tunggu ya, makasih udah mau jemput ☺”

Aku menunggu Reihan di depan gerbang sekolah. 5 menit…10 menit… hingga 15 menit, barulah ada mobil Jazz berhenti di depan ku. Aku langsung saja masuk kedalam mobil itu dan menoleh kearah Reihan yang berekspresi senyum kepada ku.

“lama ya nunggunya?”, tanya Reihan kepadaku.

“tidak juga, baru 15 menit, kamu kena macet ya tadi?”

“iya begitulah. Kalau memang jam-jam segini ada aja yang menghalang. Hehehe”

Beberapa menit kemudia, mobil Reihan sudah melaju dijalan. Selama perjalanan, seperti biasa, tidak usah aku bilangin lagi, kita saling diam satu sama lain. Aku melihat Reihan yang serius mengendarai kendaraannya. Untuk saat ini, aku berharap kena macet lagi agar Reihan bisa mengajak ku ngobrol.

Ternyata Tuhan mendengar harapanku, jalan kerumah ku kena macet! Yes yes. Aku melirik-lirik kearah jalan, tetapi aku baru sadari, sepertinya ini bukan jalan kerumah ku deh.

“han, ini kayaknya bukan jalan ke rumah ku deh”

“hmm iya, mau gak kita makan dulu. Aku mau ngajak kamu dinner bareng”, kata Reihan yang sedikit gelagapan.

“tapi, masa masih pakai baju sekolah?”

“enggak kok aku udah bawain kamu baju dikasih tadi sama Elle, mau ya? Aku udah siapin dinnernya daritadi”, kata Reihan sedikit memelas.

Aku sendiri yang diajak dadakan oleh Reihan aja jadi salting. Gimana Reihan yang udah siapin dari jauh hari.

“ya sudah, tetapi kita makan dimana?”

“ada deh, nanti aku kasih tahu. Kan kejutan”, kata Reihan sambil tersenyum.

Ya ampun, aku mau diajak kemana ini. ets ets Mandy masih sempatnya berpikir negative thinking. Aku tahu seorang Reihan tidak akan berperilaku buruk kepada ku. Mudah-mudahan dia melakukan hal yang aku harapkan dari dulu. Yaaa you know me so well lah

******

Aku melihat baju yang tadi dikasih Reihan. Aku lihat dari atas sampai bawah, ini kan gaun kesayangannya Elle. Aku tahu betul karena Elle selalu pakai gaun ini kalau ada acara khusus. Segitu mewahnya ya Dinner ala Reihan sampai harus memakai gaun.

Aku langsung saja ganti baju di dalam mobil Reihan. Tenang saja, Reihannya sudah di luar kok, tidak mungkin lah aku menunjukkan ‘barang berharga’ aku ke dia, sorry lah yau, bukan aku banget!

Reihan juga memberi ku kotak kosmetiknya Elle, katanya disuruh dandan biar lebih cantik. Haah Elle pasti tidak kasih tahu kalau aku tidak suka pakai alat kosmetik yang tele-tele, tetapi ya sudahlah. Aku hanya memakai bedak dan lipglossnya saja. Setelah semua beres, aku keluar dari mobil. Kalian pasti berpikir kalau aku masih pakai sepatu sekolah yang berwarna serba hitam itu, enggak kok. Ternyata Elle juga minjemin Wedges nya juga. Mudah-mudahan setelah aku mengembalikan semua barang yang dia pinjam, dia tidak minta uang sewa karena sangkin banyaknya barang yang dia pinjamkan.

Aku mencari Reihan di dekat mobil, tetapi aku tidak menemukannya.

“hei udah selesai dandannya?”, suara Reihan mengagetkanku dari belakang.

“eh, iya nih. Gimana? Gak jelek-jelek banget kan?”, tanya ku kepada Reihan.

“enggak kok, makin manis malah. Hehehe”, kata Reihan kepadaku. Wajah Reihan malah jadi memerah. Aku sendiri yang dipuji juga memerah.

“oh iya, karena ini kejutan, aku punya ini”, kata Reihan sambil memperlihatkan sebuah kain.

“ini untuk apa??”, kata ku karena bingung.

“aku tutup mata kamu ya, biar makin terasa kejutannya, hehehe”, kata Reihan yang langsung pindah ke belakangku dan menutup mata ku dengan kain itu.

“Reihan, sebenarnya kita mau kemana sih?”, kata ku dengan keadaan sudah buta karena ditutup kain oleh Reihan.

“ada deh say, nanti juga tahu sendiri”, bisik Reihan di telingaku.

What? Say? Maksudnya?? Ya ampun, ku harap itu bertanda baik.

Aku yang dibantu oleh Reihan berjalan sesuai arah yang dituju Reihan. Kalau kalian pikir mudah berjalan dengan mata ditutup karena dituntun seseorang, kalian salah besar, karena aku memakai Wedges nya Elle yang lumayan tinggi. Kalau kalian ingin merasakan seperti aku yang sekarang, coba saja sendiri.

“nah kita udah sampai”, bisik Reihan dan disaat itu juga kita berhenti.

“han bisa buka ikatannya gak?”, tanya ku dengan pasrah.

“bentar-bentar ya. Aku lagi siapin sesuatu”

Aku masih menunggu Reihan yang aku rasakan sedang jauh dari ku. Tidak lama kemudian Reihan mendekat lagi kepadaku dan sepertinya ingin melepaskan ikatan kain ini.

“ini dia yang aku ingin tunjukin ke kamu”, saat Reihan berkata seperti itu, disaat itulah ikatannya juga terbuka. Mata ku masih sedikit rabut dan aku kucek-kucek sebentar. Setelah terlihat jelas, aku langsung terpesona dengan tempat dinner yang dipilih Reihan. Aku saja tidak tahu ini dimana, tetapi sungguh ini indah, dengan di daerah perbukitan dan dibawah sana, ada lampu warna-warni perkotaan yang sangat indah.

“han, kok romantis sih??”, kata ku kepada Reihan sangkin senangnya.

“hehehe kan buat kamu”, kata Reihan yang langsung tersenyum didepanku. Aku juga ikut tersenyum dengan perkataan Reihan yang menurutku, itu benar-benar manis.

Lalu perlahan aku mendengar lagu. Semakin lama semakin jelas lagunya terdengar. Lagu Just a Kiss nya Lady Antebellum. Kelihatannya Reihan sangat suka band ini, sama seperti ku, aku juga suka lagu ini.

“dansa yuk, lagunya lagi enak nih”, ajak Reihan yang langsung meraih tanganku.

“aku gak tahu aku bisa apa enggak”

“i know you can”, bisik Reihan di telinga ku. perlakuan Reihan sekarang sangat beda dari biasanya. Kali ini sangat sangat romantis. Aku yang sebenarnya memang tidak pernah dansa hanya bisa mengikuti gerakan Reihan.

Beberapa menit kami berdansa sampai lagu itu habis, aku dan Reihan sekarang hanya diam. Aku tahu Reihan tidak pintar dalam berbicara romantis, tetapi perlakuannya bisa menunjukkan kalau setidaknya dia bisa membuat aku senang.

“aku harus membalas kamu dengan apa malam ini? aku pasti tidak bisa membalas semua kejutan yang sudah kamu kasih malam ini”, kata ku kepada Reihan pada akhirnya.

“aku mau menunjukkan sesuatu”, Reihan menarikku dan mengajakku ke meja dimana nanti kita akan dinner. Di atas meja itu ada sebuah buku kecil. Reihan mempersilahkan aku duduk dengan menarikkan kursinya untuk ku.

“coba kamu lihat buku itu”, kata Reihan.

Aku lalu membuka buku itu, aku sangat terkejut dengan isi di dalamnya. Selembar kertas itu, bahkan ada berapa kertas itu, dan yang lebih mengejutkan kertas-kertas si misterius ada di dalam itu. Kertas-kertas yang aku tulis untuk si misterius, dan memo terakhir ku.

“aku akan berusaha untuk merencanakan cerita kehidupanku agar aku bersamanya, selamanya”

“aku orang yang nulis ini”, kata Reihan sambil menunjukan kertas si misterius.

“lalu kamu tahu darimana kalau aku yang nulis ini?”, kata ku sambil menulis memo ku sendiri.

“awalnya aku tidak tahu kalau kamu yang nulis, tetapi saat aku menemukan kertas ini”, kata Reihan sambil menunjuk memo terakhir ku “disitulah aku tahu”

Tahu darimana?? Apa karena aku menempelkan memo ini di kaki meja ku?

“apa karena memo ini ada di kaki meja ku?”, tanya ku kepada Reihan.

“bukan, aku menemukan kertas ini saat aku mencari mu di kelas karena waktu itu aku tungguin kamu di gerbang malah gak ada, trus saat aku mencari kamu lagi, aku ketemu Elle”, kata Reihan panjang lebar.

“lalu Elle melihat aku membawa kertas ini, dia lalu mengambilnya dari tanganku. Saat dia lihat, dia sadar kalau ini kertas yang ditulis sama kamu, dan aku juga yakin kalau yang menulis ini sama dengan orang yang suka mengomentarin tulisan aku yang ada di kertas”

Ya Tuhan, kenapa akhir ceritanya seperti ini? ini terlalu kebetulan, atau mungkin ini rencana mu untuk mempertemukan aku dengan Reihan?

“Reihan, aku gak nyangka kalau kamu bakal tahu kalau itu tulisan aku”

“sebenarnya inti dalam acara dinner ini bukan soal kertas itu, anggap saja itu hadia kenangan dari aku”, kata Reihan sambil tersenyum lebar kepada ku.

“terus, intinya apa?”

“coba kamu baca halaman terakhir”

Aku lalu membalik buku itu dan membuka halaman terakhir. Di halaman terakhir ada sebuah kalimat, atau lebih tepatnya puisi kecil.

Kertas

Ya itu hanya sebuah selembar kertas yang bersih tidak ada noda.

Tetapi kamu tidak tahu kalau selembar kertas bisa bercerita

Di saat selembar kertas bercerita

Maka si penulis tidak bisa bercerita dengan lisan kepada si pendengar

Di saat selembar kertas bercerita tentang cinta

Itu baru masalah kecil

Jika di dalam cerita tidak ada tokoh, apa yang mau diceritakan?

Maukah si pendengar menjadi tokoh dalam cerita cinta yang si penulis tulis di selembar kertas ini?

Setelah membaca puisi kecil itu, aku melihat Reihan. Reihan pun menatap aku dengan sangat lekat.

“Maukah kamu menjadi tokoh dalam cerita cinta yang aku tulis di selembar kertas?”, kata Reihan dengan perlahan.

Aku terkesima dengan puisi kecil buatan Reihan, simpel tetapi ada makna terselubung.

“Reihan, aku tidak tahu harus berkata apa lagi”, kata ku kepadanya

“hanya bilang mau atau tidak Mandy”

Aku bingung, sebelum Reihan menyatakan perasaannya pada ku, aku malah ingin berkata ya, tetapi kenapa sekarang kata-kata itu susah untuk dikatakan, atau mungkin ada cara lain untuk mengatakannya. Lalu keluarlah ide cemerlang dari kepalaku.

“Reihan, kamu punya pulpen atau pensil?”, tanya ku kepada Reihan.

“untuk apa?”, kata Reihan terlihat bingung, tetapi tidak ingin menunggu lama, Reihan langsung memberikan pulpen yang ada di saku celananya.

Aku langsung mengambil pulpen itu dan menulis satu kata di buku tadi. Setelah menulisnya, aku langsung menunjukan nya kepada Reihan

“Ya”

Aku melihat Reihan, dan aku yakin dia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain hanya menatap ku dengan senyum. Aku pun juga tersenyum kepadanya, bahkan menurut ku, bulan yang sedang bersinar diatas kami juga tersenyum kepada kami.

“jadi intinya permasalahan kita berdua sudah selesai kan?”, kata Reihan dengan tersenyum.

“belum tahu”, kata ku dengan singkat.

“loh emangnya apalagi?”, tanya Reihan yang makin bingung.

“kata kamu ini Dinner, mana makanannya??”, celetukku ku sambil diakhiri dengan suara tertawa ku yang ringan. Reihan yang mendengar celetukku juga langsung tertawa.

---The End---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar