Kamis, 31 Maret 2011

Gadis Pendamping Rena

Di saat pagi yang sangat dingin, ada suatu rumah yang sangat sepi. Jam masih menunjukkan pukul 05:00. Di bagian dalam rumah itu, ada suatu kamar yang sudah menyala lampunya. Ada seorang gadis di dalamnya. Dia sedang siap-siap dengan seragam sekolah dan tasnya, tetapi dia sekarang duduk termenung. Dia sedang memikirkan sesuatu.

Namanya Rena, dia masih termenung dan memikirkan apa yang akan terjadi di sekolah nanti, apakan dia akan dikucilkan? Dijauhkan? Itu sangat susah untuk dipikirkan. Dia sangat tergantung dengan pacarnya yang lumayan famous itu, tetapi sekarang hubungan mereka lagi diujung tanduk.

Walaupun memang sulit untuk melanjutkan waktu, tetapi karena waktu terus berjalan, ia harus tetap menjalani hidup. Dia harus pergi ke sekolah dan melewati semua masalah ini dengan caranya.

◙◙◙◙◙

Di SMA Permata Hati, sekolah swasta ternama di Bandung, selalu memberikan pendidikan yang sangat baik di sekolah ini. Tidak salah lagi kalau yang memasuki sekolah ini adalah siswa-siswi yang sangat kaya dan mempunyai harta yang lebih.

Ada sebuah mobil yang baru saja memasuki gerbang sekolah itu, mobil itu langsung melaju ke tempat parkiran sekolah yang sangat luas. Setelah memberhentikan mobil, keluarlah cowok dari mobil itu. Nama nya Doni. Dia adalah seorang pemain basket yang sangat dipercaya di sekolah, dan tentu saja cowok yang sangat populer di kalangan para siswi disekolah,

Tetapi sayangnya dia tidak terlalu serius dalam menjalin hubungan, dan itu dia masalahnya. Banyak sekali gadis yang di pacari, tetapi hanya untuk mainan. Bagaikan habis manis sepah di buang, kalau Doni sudah bosan, maka dia langsung membuangnya bagaikan sampah. Walaupun Doni bersikap seperti itu, tetap saja dia masih disukai di sekolah.

Saat itu lah, Rena yang baru sampai di sekolah melihat Doni, dan saat itu lah, Rena merasa miris. Dia merasakan rasa sakit di hatinya, dan itu sangat sesak di dada. Rena langsung berlari masuk ke dalam sekolah sedangkan Doni sedang diributin oleh siswi-siswi yang datang.

Saat di kelas, Rena langsung mencari tempat duduk paling depan, entah kenapa, dia sedang ingin serius belajar. Tidak ingin memikirkan masalah-masalahnya yang sangat tidak penting untuk dipikirkan, tetapi tetap saja kepikiran terus. Tiba-tiba Rena di kagetkan oleh Seya, teman sebangku Rena.

“Ren, kok bengong sih?, tumben mau duduk di depan”, kata Seya yang langsung duduk di bangku satunya.

“enggak Sey, gue gak papa kok”, kata Rena yang langsung menundukkan kepala dan menempelkannya di meja.

“lo masih mikirin Doni ya? Kan udah gue bilang, dia itu cuman jadiin lo mainan”

“ tapi gue sayang sama dia Seya”, kata Rena yang langsung menangis di sela tundukannya.

Seya langsung mengusap-ngusap punggung Rena dan menghiburnya

“sudah Ren, pasti Tuhan akan kasih jalannya”, kata Seya dengan halus

“ iya, gue percaya itu”, kata Rena yang langsung mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya.

“udah ya jangan nangis lagi. Gimana kalau kita olah raga pagi?”

“hah? Ke toilet nih?”, kata Rena yang langsung tersenyum

Seya hanya mengangguk dan Rena makin tersenyum. Mereka lalu keluar dari kelas dan langsung berlari menuju toilet dan menghindari semua orang yang berjalan di koridor sekolah. Mereka hanya tertawa dengan riang dan Rena sedikit bisa melupakan semua masalahnya, walaupun itu hanya sementara.

◙◙◙◙◙

Saat saat istirahat, Rena dan Seya pergi ke taman belakang sekolah. Mereka memang selalu disitu jika ingin istirahat, mau ngerjain PR, mau curhat,bahkan mau tidur-tiduran juga disitu, dan sekarang mereka sedang memakan cemilan mereka yang baru saja dibeli di café sekolah.

“oh iya, gimana lo sama Doni? Masih jalan kan?”, tanya Seya kepada Rena.

“ya gitu, jadi kayak diem-dieman gitu. Gue jadi bingung harus bersikap seperti apa”, kata Rena sambil meminum jus alpukatnya.

“nanti kalau seandainya, seandainya nih ya, kalian putus gimana?”

“sakit banget Sey. Gue tuh udah kasih apa yang dia mau, tapi apa yang dia balas? Gak ada. Bukannya aku meminta balasan, hanya saja bisa kan ngerti kondisi aku seperti ini”

“iya gue tahu Ren, kalian tuh jadian cepet banget, baru juga PDKT sebulan tahu-tahu udah jadian. Trus kalian pacaran gak sehat lagi, pegangan tangan, pelukan dan semacamnya”

“ iya, gue tahu. Gue salah. Gue terlalu bego buat kasih terlalu lebih”, kata Rena dengan menyesal.

Seya lalu terdiam, Rena juga terdiam. Beberapa menit mereka hanya memikirkan pikiran masing-masing, lalu Seya memecahkan semua keheningan.

“Ren, lo gak akan ninggalin gue kan sebagai sahabat lo?”

“enggak Sey, gue tanpa lo apa jadinya. Aku padamu lah, hahahaha”, jawab Rena sambil tertawa, begitu juga dengan Seya yang tertawa.

Beberapa menit kemudian terdengar suara Bel berbunyi tanda sudah masuk. Rena dan Seya lalu berdiri dan pergi meninggalkan taman. Saat perjalanan menuju kelas, Rena melihat dari kejauhan ada Doni di depan kelasnya. Rena melihat Doni seperti mengobrol dengan seseorang. Setelah Rena dan Seya hamper dekat, Doni lalu melihat mereka berdua dan melambaikan tangan ke Rena dan Seya. Rena pun membalas dengan senyuman dan lambaian tangan.

“hai, habis dari mana, aku nyariin kamu”, kata Doni yang langsung memegang tangan Rena.

“hmm habis dari koperasi sama Seya”, kata Rena berbohong. Dia memang tidak ingin semua orang tahu kalau taman belakang sekolah itu tempat kesukaan mereka berdua.

“oh ya? Kok tadi aku gak liat?”

“mungkin gak ketemu. Oh iya kenapa ke kelas aku?”

“cuman mau ngajak pulang bareng nanti, nanti aku anterin kamu pulang”

Rena langsung tersenyum dengan ajakan Doni

“iya, aku mau kok”

“ya udah, nanti aku tunggu di mobil ya”

“ok deh”

Doni langsung pergi dari kelas yang sebelumnya berpamitan dengan Rena. Perasaan Rena sekarang lega, tetapi tidak untuk Seya.

“tadi ngapain Doni ke kelas?”, tanya Seya langsung menyerbu sebelum Rena duduk di kursi.

“cuman ngajak pulang bareng”, jawab Rena dengan senyumannya yang manis

“oohh, ya udah. Hati-hati ya”

Rena merasa bingung dengan sikap Seya yang sedikit canggung.

“kenapa Sey? Jangan bilang lo ada feeling gak enak?”

“bukan apa-apa. cuman gue ingetin aja sama nasihat gue tadi”, kata Seya sambil tersenyum

Lalu mereka berhenti mengobrol setelah ada guru yang datang. Mereka langsung serius dengan pikiran masing-masing dan mendengarkan guru dengan serius

◙◙◙◙◙

“apa? putus?”, Rena tercengang dengan pernyataan Doni di mobil

“kita udah gak cocok lagi. Kamu sama sekali gak ngerti apa yang aku mau”, jawab Doni tanpa titik koma.

“tapi aku sayang sama kamu. Aku rela kasih apa yang kamu mau”

“tapi itu kurang, gak cukup buat aku”

Rena tidak bisa menahan tangisnya lagi. Walau sudah ada air mata yang keluar, dia tetap menahan air matanya tidak keluar. Doni yang melihat Rena menangis malah menjadi risih.

“please dong, aku gak suka kalau kamu nangis”, kata Doni sambil memukul stir mobil

Rena sudah muak dengan ini semua. “berhenti disini, turunin aku disini!”, kata Rena yang sudah terlalu geram. Mobil sudah berhenti dan Rena langsung turun. Doni juga mengikuti Rena turun. Dia bukannya ingin mencegah, tetapi malah ingin mencaci maki Rena.

“ gue emang udah gak butuh lo lagi. Gue udah bosen sama lo. Lo itu cuman cewek mainan aja buat gue”, teriak Doni sangat keras. Hingga Rena sangat marah mendengarnya.

Rena yang sudah berjalan maju malah berhenti dan berteriak

“GUE BERSUMPAH SEUMUR HIDUP LO BAKAL SIAL DONI, KETURUNAN LO JUGA BAKAL HANCUR, DAN LO BAKAL MENYESAL KARENA SUDAH BIKIN HATI GUE HANCUR DAN MEMBUAT GUE KOTOR!!”, teriak Rena dari kejauhan, dan tiba-tiba ada suara gledek yang menyambar, lalu turun lah hujan.

Setelah itu, Doni melihat ke atas langit, satu persatu menjadi menyerbu, hujan turun dan membasahi tubuh Doni, saat itu lah, Doni melihat jalan kembali dan tidak melihat Rena lagi. Doni langsung kembali ke mobilnya. Doni masih memikirkan perkataan Rena dan tiba-tiba Rena menghilang begitu saja, tetapi dia melupakan semua itu dan beberapa menit kemudian mobil sudah melaju pergi dari tempat itu.

◙◙◙◙◙

Rena baru saja sampai rumah. Dia langsung disambut oleh mamanya. Bu Nia, itu lah mama Rena. Dikenal sebagai penulis buku psikolog bestseller dan dokter gigi di di salah satu rumah sakit bandung. Saat itu, Rena melihat mamanya seperti sedang khawatir, tidak dipungkiri lagi, Bu Nia mengkhawatirkan keadaan Rena.

“Rena, darimana saja kamu?? Mama mengkhawatirkan kamu”, kata mama kepada Rena.

“maaf ma, aku baru pulang. Soalnya tadi hujan, jadi aku berteduh dulu, lalu karena hujan belum berhenti, aku pulang dengan keadaan kehujanan”, kata Rena panjang lebar.

“ ya sudah, sekarang kamu langsung mandi sama keramas, biar gak sakit ok”

Rena mengiyakan perintah mamanya. Setelah ditinggal oleh Rena, Bu Nia merasa ada yang tidak beres. Seharusnya hari ini diprediksi tidak hujan di berita tadi pagi, dan tadi pagi sampai siang suasana langit masih cerah, tetapi mengapa tiba-tiba hujan. Bu Nia langsung menyadari keadaan anak nya sekarang sudah melebihi batas akal manusia.

◙◙◙◙◙

Doni baru saja sampai dari rumah. Dia langsung masuk ke kamar mandi nya dan mengganti baju. Dia sangat basah kuyup dengan hujan. Dia langsung tidur di kasur empuknya karena sudah kelelahan dengan kegiatan di sekolah. Walaupun dia berusaha untuk menghilangkan semua masalah, tetapi dia tetap saja masih memikirkannya.

Tak lama kemudian dia tertidur dengan lama. 5 menit.. 10 menit… tetapi saat ada suara petir yang menyambar, Doni terbangun dan melihat ke arah jendela. Tiba-tiba saat suara petir makin menyambar, ada sesosok manusia di luar sana, tidak tahu perempuan atau laki-laki. Doni langsung berlari kea rah jendela dan mengibas gorden jendela. Saat dilihat, tidak ada siapa pun di luar sana.

“tadi siapa di luar?”, guman Doni.

Doni kembali ke tempat tidurnya. Dia masih penasaran siapa yang ada diluar sana, lalu tiba-tiba ada suara ketuk pintu dari luar sana, dan salah satu asisten rumah tangga nya masuk ke kamar.

“Den, makan malam sudah disiapkan”, kata asisten rumah tangganya dengan logat sedikit jawa.

“nanti aja mbak makannya, masih kenyang”

“tapi den, udah jam 8 malam”

Doni kaget dengan perkataan mbaknya itu. Dia langsung melihat jam wekernya dan ternyata benar waktu sudah menunjukkan pukul 20:00. Padahal Doni merasa masih tertidur lama. Ada apa dengan ini?? mengapa semuanya menjadi aneh.

◙◙◙◙◙

Seminggu kemudian, Seya menunggu Rena sangat lama disekolah. Waktu sudah menunjukan pukul 07:00, tetapi Rena belum juga datang. Padahal dia sudah seminggu tidak masuk.

Disaat itulah Seya melihat Doni yang sepertinya baru datang. Seya langsung menghadang Doni.

“Doni, lo liat Rena gak?”, tanya Seya kepada Doni.

“ya enggak lah, emangnya gue satu rumah sama dia”, jawab Doni yang sangat ketus.

“loh lo kan pacarnya….”, pertanyaan Seya langsung berhenti dan tahu apa yang terjadi.

“lo putus ya?”

“iya emang gue udah putus. Jadi gue bukan siapa-siapa dia lagi”

Seya sangat kaget mendengan itu. Memang dia akan mengira Doni dan Rena akan putus, tetapi tidak secepat ini.

“jadi gara-gara ini Rena gak masuk seminggu”, kata Seya sinis dan langsung meninggalkan Doni.

Doni tidak peduli dengan keadaan Rena. dia lalu berjalan menuju kelasnya yang ada di lantai 2. Di saat perjalanan Doni ke atas, tiba-tiba dia tersandung salah satu lantai yang sudah rusak, dan dia terjatuh dengan keras. Dia meringis kesakitan. Dia berusaha bangun dan baru tahu kalau lutut nya berdarah lecet kena pecahan lantai.

“ih sumpah parah, selama ini gue bayaran buat apa?”, guman Doni yang dengan wajah yang geram. Untung saja waktu itu koridor sudah sepi karena semua murid sudah masuk.

Sampai di kelasnya, Doni sudah melihat sudah ada guru di dalam, mungkin ada untungnya juga dia jatuh, karena ada alasan nya. Saat dia masuk kelas, Pak Martul, guru kimia yang terkenal keganassan nya itu, sudah memasang wajah merahnya dan marah. Belum juga Doni bersalaman dengan Pak Martul, guru itu langsung membentak Doni

“kenapa kamu telat?? Sedang mencoba menjadi orang hebat kamu heh!”

“enggak Pak, tadi waktu mau ke kelas, saya terjatuh kesandung lantai rusak. Terus lutut saya berdarah”, kata Doni sambil menunjuk-nunjuk lututnya

“yang benar?, mana coba saya liat”, kata Pak Martul.

Doni lalu melipat sedikit celananya hingga ke atas lutut. Setelah dibuka, alangkah kagetnya Doni melihat luka tersebut sudah tidak ada. Hanya bercak merah yang tidak terlalu kelihatan bahwa itu adalah darah.

“apa-apaan kau, ingin mengerjain bapak hah!”, bentak Pak Martul semakin marah.

“tetapi benar Pak, liat deh ada darahnya kan

“tetapi bisa saja itu darah tikus, ayam, buat kamu beralasan, sudah kamu sana diluar saja, tak usah kau ikut pelajaran saya”, marah Pak Martul sampai logat bataknya keluar.

Mau di kata apa, Doni terpaksa tidak mengikuti pelajaran Kimia. Dia lalu duduk di koridor kelas, lesehan di lantai dan menyender di tembok. Doni yang masih kesal karena kejadian di kelas malah membuang tasnya ke depannya, lalu dia mengambil lagi karena ada dua siswi yang melewatinya. Awalnya siswi itu melihat Doni, tetapi karena Doni melihat mereka dengan tajam, mereka langsung berjalan dengan cepat, tetapi beberapa jarak yang jauh, mereka malah tertawa. Doni semakin kesal dibuatnya.

“kasian banget sih disuruh keluar”, tiba-tiba Doni mendengar suara dan dia menoleh ke arah suara itu. Ada Rena disampingnya. Dia memakai baju seragam dan rambutnya di gerai, tidak seperti biasa yang sering diikat tinggi.

“ngapain lo disini? Bukannya gak masuk??”, tanya Doni keheranan, diingatnya perkataan Seya yang sudah seminggu Rena tidak masuk.

Rena masih diam menanggapi ini. Dia hanya tersenyum.

“woy, jawab dong”, kata Doni yang semakin risih dengan keadaan Rena yang seperti patung.

“inget Don, gue selalu ada di pikiran lo”, kata Rena sambil melihat Doni.

Tiba-tiba ada suara yang memanggil Doni dari arah lain, dan Doni langsung menoleh ke aras itu, dilihatna siswi berparas cantik dengan rambut panjang lurus yang hiasi bando merah, sama dengan cardigannya. Namanya Juni, gadis yang paling populer di sekolah karena kecantikannya, tetapi selain dengan kecantikannya, dia juga terkenal karena sensasinya yang suka melabrak orang yang sudah menganggunya.

“Doni kamu ngapain disini??”, tanya Juni dengan manja. Memang Juni sudah lama suka dengan Doni, tetapi sayang, waktu itu Doni sedang berpacaran dengan Rena.

Doni masih mencueki pertanyaan Juni, dia lalu menoleh ke Rena, tetapi dia tidak menemukan sosok Rena yang duduk di sampingnya.

“eh, lo tadi liat Rena gak?”, tanya Doni kepada Juni.

“Rena?, ya enggak lah. Dia kan gak masuk hari ini”, jawab Juni dengan ketus.

“ enggak, tadi dia ada disini duduk di samping gue”

“Doni, dari kejauhan aja tuh aku liat kamu duduk sendiri disini, jangan ngigau ah, udah pagi juga”

Doni masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Juni. Tanpa disadari waktu sudah begitu cepat berlalu dan bel pelajaran pertama dan kedua berakhir, itu tandanya pelajaran Kimia sudah berakhir. Doni berusaha menghilangkan semua kejadian yang tadi, dan berusaha untuk serius belajar pada hari ini.

◙◙◙◙◙

Seya sekarang sudah berada di depan rumah Rena. Dia sangat khawatir dengan Rena karena sudah satu minggu tidak masuk dan tidak ada sama sekali kabar darinya. Seharusnya, kalau dia sakit, dia harus memberikan surat dokter kesekolah.

Saat Seya mengetuk pintu, rumah itu terlihat sangat sepi. Seya masih mencoba mengetuk lagi. Berkali-kali dia mengetuk kembali hingga seeorang wanita setengah baya membukakan pintu untuknya. Seya mengenalinya sebagai mamanya Rena, Bu Nia.

“nak Seya ngapain ke sini??”, tanya Bu Nia kepada Seya.

“gini tante, mau cari Rena. Dianya ada gak tan?”, kata Seya kepada Bu Nia.

Bu Nia terdiam sebentar, wajahnya langsung berubah menjadi bingung.

“ada kok, cuman lagi istirahat. Dia lagi sakit”

“oohh, kalau gitu Seya boleh masuk gak tan jenguk Rena?”

“boleh kok, ayo silahkan masuk”

Bu Nia mempersilahkan Seya masuk dan menjengun Rena. Seya menuju kamar Rena sendiri tanpa diantar oleh Bu Nia. Saat menuju kamar Rena, Seya seperti merasakan hawa yang tidak enak. Seperti ingin masuk ke rumah yang berhantu saja. Setelah sampai ke kamar Rena, Seya mengetuk pintu terlebih dahulu.

“siapa?”, sahut yang ada dibalik pintu, tak lain dan tak bukan adalah Rena.

“Seya Ren, gue datang buat ngejenguk lo”, kata Seya.

Pintu lalu terbuka, dan Rena langsung menyambut Seya dengan pelukan persahabatan. Seya menyambut pelukan itu.

“Ren, lo udah seminggu loh gak masuk, kok gak bilang sih kalau sakit?”, tanya Seya kepada Rena

“gue gak sakit, cuman males masuk sekolah aja. Tenang aja kok nyokap gw udah telpon wali kelas”, kata Rena dengan santai.

Seya dipersilahkan masuk. Lalu mereka berdua duduk di sofa yang ada di pojokan kamar.

“Ren kok lo gak bilang sih kalau udah putus?”, tanya Seya prihatin

“buat apa gue kasih tahu. Nanti juga tahu sendiri. Lagi pula biar gue gak makin sakit hati”, kata Rena sedih.

“yang sabar ya sayang”, kata Seya sambil mengusap punggung Rena

“gak kok gak papa, jadinya kan gue tahu kalau dia cowok seperti apa”, kata Rena miris.

Rena lalu memanggil mbaknya untuk membuat kan minum untuk mereka berdua. Lalu mereka langsung mencari-cari DVD apa yang bagus buat di tonton, sayangnya tidak ada yang bagus sehingga mereka tidak jadi menonton.

“oh iya Sey, masa tadi pagi gue mimpi aneh banget”, kata Rena kepada Seya

“mimpi apaan Ren?, makanya kalau tidur tuh jangan sampai lewat dari jam 7”

“haha, habis ngantuk banget. Jadi tuh gue mimpi lagi sekolah, terus gue liat Doni lagi di depan kelasnya. Kayaknya sih dia lagi dihukum gitu. Trus gue samperin aja. Ngobrol bentar. Kan ini itu, tapi tiba-tiba gue terbangun Sey”

“di dalam mimpi itu lo ngobrol apaan sama dia?”

“ya awalnya gue bilang, kasihan deh lo, trus Doni jawab, ‘katanya kamu gak masuk’, tapi gue gak nanggepin pertanyaan dia, trus gue malah bilang, ‘inget Don, gue selalu ada di pikiran lo’ gitu gue ngomong”, kata Rena panjang lebar.

“trus apa yang aneh sama mimpi lo?”, tanya Seya heran

Rena lalu berfikir sebentar, terus dia berkata

“yang aneh tuh, kenapa gue merasa gue lagi gak mimpi, kayak beneran gitu loh. Soalnya kayaknya semuanya real, kayak mimpi biasa”

“emangnya kalau mimpi biasa kayak gimana? Hahahaha”, kata Seya sambil ketawa

“iya juga sih, hahahahah”, kata Rena mengikuti ketawa Seya.

Mereka lalu larut dalam bercandaan dan obrolan mereka. Sampai-sampai waktu sudah menunjukkan pukul 19:00. Seya lalu ingin kembali ke rumah dan berpamitan kepada Rena.

“Ren, pokoknya lo besok harus masuk.gue bosen di sekolah sendirian”, kata Seya kepada Rena

“iya-iya gue usahain besok masuk”, kata Rena sambil tersenyum.

Seya lalu pergi dari rumah Rena yang sebelumnya berpamitan kepada Bu Nia. Lalu setelah Seya pergi, Rena menghampiri mamanya.

“ma, Rena besok masuk sekolah ya?”, izin Rena kepada Bu Nia

“kamu kan masih kurang enak badan, ngapain kamu sekolah?”, kata Bu Nia.

“tapi ma aku gak kenapa-napa. Aku sehat-sehat saja dan aku sudah seminggu gak masuk. Gak baik ma sama nilai aku nanti, udah banyak ketinggalan belajar”

Bu Nia tidak tahu lagi harus mencegah Rena agar tidak masuk sekolah.

“Rena, tiga hari lagi deh, baru kamu masuk sekolah ya”

“mama, it’s so long. Aku udah bosan di rumah terus”

“Rena, dengerin kata mama, kamu itu lagi dalam bahaya”

“bahaya apa sih mam?”, kata Rena yang heran dengan sikap mama yang melarangnya sekolah.

Bu Nia tidak bisa menyimpan semua rahasia lagi, dia terpaksa harus membeberkan semua keadaan Rena dari dulu hingga sekarang.

◙◙◙◙◙

Seya sangat heran dengan sikap Rena. Terakhir kali dia ke rumah Rena, dan Rena berjanji untuk masuk sekolah untuk keesokan hari nya. Tetapi sudah seminggu semenjak Seya ke rumahnya, dia belum kunjung masuk sekolah. Seya menjadi lebih khawatir lagi dengan keadaan Rena.

Seya tetap menunggu di pintu masuk sekolah, dan Seya menjadi tersenyum setelah melihat mobil Rena masuk. Setelah mobil itu terparkir dengan baik, Seya langsung menghampiri mobil itu. Rena langsung keluar dari mobil dan Seya langsung memeluknya dengan erat.

“udah yuk Sey masuk, gue kangen banget sama sekolah”

“iyalah lo udah kayak liburan semester tahu gak”, kata Seya yang langsung merangkul Rena.

Saat Rena memasuki kelas, semua murid langsung berhamburan mendatanginya dan bertanya ini itu.

“Ren, kemana aja lo?”

“Ren lo sakit apa sih?”

“Ren, lo tahu gak sih kita semua khawatir sama lo”

Rena hanya menanggapinya dengan senyuman dan jawaban seadanya karena kebingungan harus menjawab apa. Tiba-tiba Bu Juli, guru Biologi sekaligus wali kelas mereka sudah datang ke kelas. Yang tadinya kelas ribut, anak-anak langsung berlari ke mejanya masing-masing. Rena dan Seya duduk di bangku kesayangan mereka. Urutan ke 2 barisan 3. Mungkin karena dekat dengan AC, jadi tidak kepanasan. Padahal suhu Bandung bisa dibilang dingin.

“anak-anak, sebelum kita memulai pelajaran ini, Ibu punya kabar baik dan kabar buruk, kalian maunya yang mana duluan?”

Kebanyakan anak-anak memilih kabar baik.

“ok, kabar baiknya, temen sekelas kita, Renata sudah kembali ke kelas lagi setelah di rawat dirumahnya selama 2 minggu karena sakit tipusnya, gimana kabar kamu sekarang Rena?”, tanya Bu Juli kepada Rena

“masih sedikit mual sih Bu, tapi setidaknya udah bisa masuk sekolah kok”, kata Rena sambil tersenyum.

“ok, kalau gitu sekarang kabar buruknya”

Anak-anak terlihat sangat deg-degkan dengan kabar buruk ini, karena jarang-jarang ada kabar buruk yang dikasih oleh Bu Juli.

“Doni Suhendra, dari kelas 11 IPA 3, dia tadi malam baru saja kecelakaan”

Seluruh anak semua tercengang dengan kabar tersebut, begitu juga dengan Rena. tetapi dia sudah tidak sekaget anak-anak yang lain karena dia sudah mengira akan seperti ini akhirnya. Lalu Bu Juli meminta para pengurus kelas untuk menjenguk Doni sepulang sekolah nanti. Lalu pelajaran dimulai.

◙◙◙◙◙

“hah? Yang bener?”, kata Seya dengan tercengang.

“iya Ren, gue takutnya Doni kecelakaan karena sumpah gue waktu kita putus waktu itu”

Rena masih memikirkan perkataan mamanya waktu itu

“kamu itu memiliki perkataan yang tajam nak, kalau kamu bersumpah, sumpah itu akan benar-benar terjadi, apalagi kamu anak yang baik, suka beribadah kepada Allah, pasti sumpah mu akan kabulkan oleh Allah”

“kamu sebenarnya mempunyai pedamping di sisi kamu, saat kamu mulai bersumpah, dan itu akan terjadi, lebih baik kamu tidak menemui orang yang kamu sumpah, karena pedamping itu sedang melakukan tugas yang kamu suruh alias sumpah mu itu”

Rena sangat tidak habis pikir, mamanya merahasiakan semua kelebihan nya sudah lama. Seya juga tercengang dengan cerita Rena bahwa dia punya kelebihan seperti itu.

“jadi Sey, nanti kita ke rumah sakit ya, jenguk Doni”

“ya udah, nanti aku temenin”, kata Seya sambil tersenyum.

◙◙◙◙◙

Doni sedang tertidur di kasur rumah sakit. Dia dalam keadaan kritis karena kecelakaan yang terjadi pada minggu malam. Kejadian itu sangat cepat hingga rasa sakit Doni pada saat itu tidak terasa.

Pada malam itu, Doni baru saja pulang dari club dimana semua teman-teman nya berkumpul disitu. Doni merasa sial sekali pada waktu itu, pertandingan basketnya untuk pertama kali dia mengalami kekalahan yang sangat jauh skor nya dibandingkan dengan lawannya, lalu semua tugas yang tiba-tiba tidak ada atau bahkan keteter belum dikerjakan karena kesial-kesialan kecilnya itu. Doni sangat stress pada saat itu, hingga Doni mencari cara lain untuk merelakskan diri, yaitu pergi ke club bersama dengan teman-temannya

Dia bersenang-senang sekali disana, bermain dengan gadis-gadis yang ada disana, meminum minuman alcohol yang banyak, dan segala macamnya. Dia melampiaskan semua masalahnya dengan bermain di club, dan saat pulang, Doni sudah terhuyung-huyung dalam berjalan sangkin mabok nya, tetapi dia tetap mengemudi seperti biasa.

Saat perjalanan pulang, tempat club dengan rumahnya begitu jauh. Doni masih bisa melihat ke jalan dengan baik, walaupun dirinya sudah terkantuk-kantuk. Beberapa menit kemudian Doni sudah merasakan kantuk yang sangat besar. Doni sempat tertidur tidak melihat jalan, tetapi dia langsung tersadar lagi dan tiba-tiba dia kaget karena ada gadis berbaju seragam sekolah berada di jalan. Doni langsung membanting setirnya dan mobil menjadi tidak seimbang. Mobilnya lalu tertabak pohon besar yang ada di samping jalan, dan setelah itu lah Doni tidak sadarkan diri.

Doni lalu sudah tersadar, dirinya sudah berada di rumah sakit. Kamar rawatnya sangat sepi, tetapi untung lah hari sudah siang, jadi tidak terlalu seram bila sepi seperti ini.

Tiba-tiba suster masuk bersama dengan 2 siswi yang memakai seragam seperti sekolah Doni. Itulah Rena dan Seya.

“Doni, ada teman dari sekolah kamu yang ingin menjenguk kamu”, kata susternya kepada Doni.

Doni lalu menoleh ke arah suster. Dibelakang suster itu sudah ada Rena dan Seya, Doni langsung kaget dan tiba-tiba Doni terguling dari tempat tidurnya dan terjatuh. Suster ingin membantu Doni untuk bangun, tetapi Doni langsung memegang kaki Rena sambil menangis.

“Rena, maafin gue. Gue emang punya salah sama lo, tapi please gue sekarang minta maaf, gue gak kuat sial terus dan di gangguin sama hantu Ren, gue gak kuat”

Rena terdiam dengan perkataan Doni yang sepertinya sangat tersiksa selama dia tidak masuk sekolah. Seya hanya melihatnya dengan rasa campur aduk, antara rasa prihatin dan rasa kesal yang masih ada di hatinya. Rena langsung membantu Doni untuk berdiri dan menuntunnya untuk duduk di kasur rawat.

“Don, bukan gue yang berbuat seperti ini, tetapi karena kamu yang melakukan kesalahan yang Tuhan tidak suka, karena itu tuhan marah kepada mu dan dia menghukum mu dengan cara ini”, kata Rena pelan

“dan kamu harus berhenti menyakiti hati siapa pun, ataupun menjadi angkuh dan sombong karena kepopuleran mu, kamu seharusnya bersyukur karena Tuhan masih sayang sama kamu”

Doni lalu terdiam sambil menangis tersendat-sendat. Rena sudah menyelesaikan semua tugas yang seharusnya dia lakukan. Seya hanya tersenyum dipojokan ruang. Lalu suster masuk dan meminta izin kepada Rena dan Seya untuk keluar karena jam besuk sudah habis dan Doni harus istirahat. Rena dan Seya lalu berpamitan dengan Doni yang sekarang sedang tidur dan beristirahat.

Semenjak itu lah, seluruh kehidupan Rena menjadi menyenangkan kembali.

◙◙◙◙◙

Sebulan kemudian, Doni kembali masuk ke sekolah. Setelah dia mengalami kecelakaan dan dirawat cukup lama karena dirinya yang mengalami kritis dan luka yang cukup parah, Doni sudah bisa menjalani kehidupannya seperti biasa lagi. Banyak teman-temannya yang menyambutnya dengan baik lagi. Doni juga tersenyum ramah kepada mereka yang menyambut mereka. Itulah tanda persahabatan dari Doni.

Tetapi yang dia cari sekarang adalah seorang gadis yang telah membuatnya menjadi seorang yang lebih baik dan lebih ramah. Siapa lagi kalau bukan Rena. Doni berjalan menuju kelas Rena, sayangnya dia hanya bertemu dengan Seya yang sedang mengerjakan PR.

Dia tidak menanyakan Seya dimana Rena, tetapi dia langsung pergi mencari kemana saja sampai bertemu Rena. Sampai akhirnya Doni berhenti di sebuah taman belakang sekolah yang sangat sepi, tetapi disana ada seorang siswi yang sedang duduk-duduk. Doni menghampiri gadis itu dan ternyata gadis itu adalah Rena.

“Doni, ngapain disini?”, tanya Rena sangkit kagetnya

“ gue nyariin lo dari tadi”, kata Doni yang lalu duduk di samping Rena.

Lalu mereka terdiam, tidak ada yang duluan memulai topic pembicaraan, sampai pada akhirnya Doni yang memulai duluan.

“makasih ya karena udah nyadarin gue”, kata Doni kepada Rena

“ sama-sama”, kata Rena sangat singkat.

“kita jadi teman kan?”, tanya Doni kepada Rena

“hmm, bukannya gue nyusahin?”

“awalnya, tetapi kamu adalah teman yang baik untuk diajak curhat”

Mereka lalu tertawa bersamaan. Dan akhirnya, semua berakhir dengan bahagia, tidak ada lagi yang tersiksa, sedih, marah, kesal, dan rasa dendam. Hanya kebahagian yang membuat mereka tersenyum dan semangat menjalani hidup mereka.

Lalu bel pun berbunyi, Doni lebih dulu pergi kekelas, tetapi Rena masih di taman. Dia lalu berkata “ tugas kamu sekarang sudah selesai, biar sekarang yang diatas yang melakukannya”

Lalu ada seorang gadis duduk di samping Rena. Dia lah gadis pedamping Rena yang selalu siap melindungi Rena dari apapun. Gadis itu hanya menganggup dan tersenyum, dengan penampilan rambut digerai dan memakai baju seragam yang sama, mereka tampak mirip. Rena langsung berdiri dan meninggalkan taman itu, dan gadis yang duduk di samping Rena menghilang seketika, tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.

-- THE END--

Pesan: semua yang kita lakukan pasti ada resikonya, jadi jangan melakukan hal-hal yang bisa membuat mu menghadapi resiko yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar